Infeksi TBC pada otak…suatu penyakit “peniru”

Hingga saat ini, penyakit TBC (Tuberculosis) masih merupakan suatu tantangan dan pekerjaan rumah yang belum tuntas diselesaikan oleh bangsa dan negara kita. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri “Mycobacterium tuberculosa” masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama yang dihadapi oleh pemerintah kita khususnya oleh departemen kesehatan RI. Usaha pemerintah untuk mengatasi penyakit ini dengan memberikan pengobatan secara luas hingga ke puskesmas-puskesmas dan bersifat gratis, tetap tidak mampu mengejar kecepatan penyebaran penyakit ini. Penyakit ini menyebar melalui udara dari pernafasan penderita ataupun saat penderita batuk, sangat mudah menular kepada orang-orang di sekitarnya baik keluarga, tetangga dan teman. Ditambah lagi keadaan higenitas/kebersihan lingkungan dan udara di negara kita yang relatif buruk.

Bentuk paling umum yang diketahui oleh masyarakat adalah bahwa penyakit TBC menyerang organ paru-paru kita dengan manifestasi klinis berupa batuk-batuk  atau mungkin sesak nafas. Beberapa penderita juga kadang mengeluhkan suhu tubuh meningkat (demam) yang bersifat naik turun. Beberapa penderita lainnya juga mengeluh suka keringat dingin di malam hari dan berat badan menurun. Pada kasus dengan penyakit TBC lanjut, pasien dapat mengalami batuk berdarah.

Namun ternyata, penyakit TBC ini lebih luas dari hanya gangguan di sistem pernafasan atau paru-paru saja. Kemampuan bakteri TBC untuk menyerang tubuh kita tidak terbatas pada organ paru-paru saja. Tuberculosis mampu menyerang hampir seluruh organ di tubuh kita, termasuk otak dan saraf tulang belakang. Saya harus akui bahwa pasien dengan TBC pada otak dan tulang belakang yang datang ke bedah saraf tidaklah sedikit.

Kenapa saya mengatakan bahwa TBC merupakan penyakit “peniru”….??

Saya jawab dengan sebuah cerita. Seorang wanita muda datang kepada saya dengan keluhan sakit kepala kronis dan kelemahan sesisi tubuh. Pasien sudah mengalami penyakit ini sejak 3 bulan terakhir. Tidak jelas adanya riwayat trauma ataupun infeksi dari cerita pasien. Pasien datang dengan rasa khawatir dan takut yang tidak dapat disembunyikan. Dengan membawa CT Scan dan MRI kepala hasil pemeriksaan dirinya, pasien bercerita kalau dia sudah pernah berobat ke dokter saraf dan dikatakan menderita penyakit tumor otak. Setelah divonis dengan tumor otak, pasien menjadi sangat ketakutan dan kehilangan semangat hidup. Dengan menangis, dia berkata mengapa usia semuda dirinya harus menghadapi kematian sedini mungkin.

Saya berusaha menenangkan wanita muda tersebut dan menyampaikan kepadanya untuk tenang dan bersabar dahulu. Berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang dilakukan padanya serta hasil pemeriksaan pencitraan yang dibawanya, diagnosis pasti penyakitnya belum dapat ditentukan. Memang dari hasil pemeriksaan CT Scan dan MRI kepala terlihat suatu massa menyerupai tumor di dalam otak. Pada saat itu memang saya belum bisa memberikan kesimpulan dari penyakitnya. Kemudian saya menawarkan tindakan operatif untuk mengambil massa yang diduga tumor tersebut dengan tujuan untuk mengetahui jenis massa tumor dan usaha untuk mengurangi massa tumor seoptimal mungkin. Pasien dalam kepasrahan menyetujui tindakan yang saya tawarkan dan kemudian pasien dipersiapkan. Dilakukan tindakan operasi pada pasien satu minggu setelah kedatangannya ke saya. Massa tumor diambil sebagian karena pengambilan secara total dapat membahayakan nyawa pasien. Massa tumor yang diambil kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Pasien kemudian dirawat pasca operasi.Pasien masih dalam keadaan stres dan tidak punya semangat hidup setelahnya.

Sekitar satu minggu setelah tindakan operasi, keluarlah hasil pemeriksaan massa tumor. Pasien sangat khawatir saat menunggu hasil pemeriksaannya keluar. Kemudian saya membuka amplop hasil pemeriksaan laboratorium. Saya terdiam sejenak kemudian saya menatap pasien dan mulai berbicara. Sebelum saya beri tahu hasilnya, saya bertanya terlebih dahulu kepada pasien apakah pasien pernah mengalami sakit batuk-batuk kronis. Pasien mengangguk. Kemudian saya bertanya apakah di antara anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC dan bila ada, bagaimana dengan pengobatannya. Pasien menjawab ada namun pengobatannya tidak lengkap. Baru kemudian saya memberi tahu pada pasien bahwa hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa pasien tidak menderita tumor otak, tetapi yang ada adalah lesi tuberkulosis pada otak. Penyakit TBC ini dapat sembuh dengan pengobatan yang benar dan teratur. Pada saat itu juga pasien menangis kegirangan dan bersujud syukur. Dia kemudian memeluk saya sekuat tenaga sambil masih terus menangis dan mengucapkan terima kasih. Saya hanya mengatakan kepadanya untuk berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Saya juga kemudian menganjurkan pasien untuk memulai terapi TBC secara teratur.

Enam bulan semenjak pasien pulang dari perawatan di rumah sakit, saya ertemu kembali dengannya di poliklinik. Wanita muda tersebut kelihatan sangat segar, bahkan tubuhnya lebih berisi. Wajahnya penuh dengan senyuman dan matanya berbinar-binar. Wanita muda tersebut kemudian mengatakan bahwa keluhan sudah jauh membaik. Kelumpuhannya semakin membaik dan sakit kepalanya menghilang. Hasil pemeriksaan MRI kepala kontrol menunjukkan massa TBC sudah hampir menghilang sepenuhnya. Dapat dikatakan pasien sudah sehat sekarang.

Penyakit TBC pada otak dapat berbentuk seperti suatu tumor otak dengan gejala-gejala seperti gejala yang ditimbulkan oleh tumor otak. Penyakit TBC merupakan suatu penyakit yang dapat menyerang hampir seluruh organ di tubuh kita dan dapat menjadi berbahaya bila tidak diobati. Namun satu hal yang harus diketahui, bahwa penyakit TBC dapat diobati.

42 tanggapan untuk “Infeksi TBC pada otak…suatu penyakit “peniru””

  1. dok, ayah saya didiagnosa kena tbc di otak dan sekarang dirawat di rumah sakit. sudah 4 hari ini keadaanya seperti koma. apakah ada kesempatan untuk sembuh?

    1. Mahesa yang terhormat, terima kasih sudah memberikan komentar dan pertanyaan ke blog saya.
      Sebelumnya saya ingin bertanya, bagaimana ayahnya didiagnosa TBC otak? Berdasarkan pemeriksaan apa diagnosa itu dibuat? Bagaimana dengan riwayat perjalanan penyakitnya mulai dari keluhan pertama kali muncul hingga menjadi koma sekarang? Pengobatan apa saja yang sudah diberikan kepada ayahnya? Kalau boleh, saya bisa dikirimkan foto-foto pemeriksaan radiologi (CT Scan kepala atau MRI kepala) yang sudah pernah dilakukan. Agar menjaga kerahasiaan kondisi ayah anda, semua data dan foto dapat anda kirimkan ke email saya di: dr.andra.bs@gmail.com

      TBC otak bisa dalam bentuk suatu massa yang dalam bahasa medis disebut dengan tuberkuloma di otak, atau bentuk lain adalah infeksi TBC secara menyeluruh ke selaput otak (atau disebut dengan meningitis TBC) dan/atau ke selaput otak dan jaringan otak juga (atau disebut dengan meningoensefalitis TBC). Bentuk yang pertama (tuberkuloma) biasanya dapat diobati dengan baik bila efek kerusakan otak yang ditimbulkannya belum terlalu hebat. Yang bentuk kedua (meningitis TBC atau meningoensefalitis TBC) biasanya kondisi pasien lebih berat karena infeksi bersifat menyeluruh ke jaringan otak. Pada prinsipnya, infeksi TBC di otak dapat diobati pila dengan pengobatan TBC dengan pengaturan kombinasi obat dan dosis yang benar. Namun yang menjadi masalah adalah bila otak sudah mengalami kerusakan hebat sebagai akibat dari infeksi TBC tersebut. Modal keadaan fisik yang dimiliki seorang pasien sebelum dilakukan pengobatan sangat berpengaruh dengan hasil pengobatan nantinya. Bila kondisi pasien sebelum dimulai pengobatan relatif baik dan stabil maka pengobatan dapat menghasilkan kesembuhan yang baik. Namun bila kondisi pasien sebelum dimulai pengobatan sudah sangat turun maka pengobatan TBC mungkin akan membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya belum tentu sebaik yang kita harapkan, karena kerusakan otak sudah demikian hebatnya akibat infeksi. Selain itu, kondisi sistem kekebalan tubuh (imunitas) ayah anda sangat berpengaruh dengan kesembuhannya dari infeksi TBC ini.
      Saat ini hanya sampai disini yang bisa saya sampaikan. Saya menantikan balasan email dari anda.
      Semoga anda dan keluarga diberikan kesabaran dan jalan yang terbaik olehNYA.
      Terima kasih.

      dokter andra

      1. Perlu diketahui dok sebulan sebelum masuk rs yang sekarang ini ayah saya ada pendarahan di lambung dan dirawat selama 1 minggu, tp selama 3 minggu setelak keluar dari rs, tingkat kesadaran ayah saya terus menurun, badan lemas dan maunya tidur terus, klo tidak dibangunkan secara paksa beliau akan tidur sepanjang hari.

        Karena khawatir makanya saya ajak lagi ke rs saya pikir mungkin ada pendarahan lagi, tp selama 4 hari dirawat keadannya semakin memburuk dan sekarang sudah nggak bisa dibangunkan lagi alias tidur terus. Nah dari dari hasil CT scan di kepala dok, saya diperlihatkan ada semacam titik2 disekitar otak besar dan otak kecil, dan dokter yang merawat mendiagnosa ayah saya kena tbc di otak dan saat ini tidak ada tindakan apapun kecuali dosis antibiotiknya di dobelkan.

        Saya tidak tahu apakah ada kesempatan untuk sembuh apa tidak.

      2. Mahesa yang terhormat,

        Pemeriksaan CT Scan memang mendukung untuk mencari diagnosis TBC otak, namun bukanlah alat diagnosis yang pasti untuk TBC otak. Diperlukan pemeriksaan lainnya seperti analisa cairan otak.
        Gejala yang bapak anda alami kemungkinan menunjukkan ke arah suatu infeksi otak yang cukup berat dan penyebabnya bisa bervariasi kuman. Kalu memang diduga penyebabnya adalah TBC maka tidak cukup hanya dengan pemberian antiobiotik yang keumudian dikuatkan/didobel. Ayah anda perlu juga mendapatkan obat anti TBC dan kalau memang perlu juga obat anti inflamasi (steroid, dll).

        Bila anda berkenan, mohon CT Scan kepala ayah anda dikirim kepada saya agar saya dapat menganalisanya lebih lanjut. Dapat dikirimkan ke email saya di : dr.andra.bs@gmail.com
        Terima kasih

        Dokter Andra

  2. Saya sangat berkenan sekali untuk mengirimkan hasil CT Scan-nya, tapi sudah tidak ada dok, sudah dibakar. Maaf dok, ayah saya sudah meninggal.

    Memang benar apa yang dikter ulas diatas bahwa TBC merupakan penyakit “peniru”, karena selama 9 hari dirawat di rs, selama 7 hari dokter ahli penyakit dalam memperkirakan ayah saya mengalami Koma Hepatikum, akibat fungsi hati yang nggak bagus maka darah kotor mengalir ke otak yang menyebabkan kesadaran ayah saya turun drastis, lemas tak bertenaga. Menurut dokter yang merawat seharusnya 3 – 4 hari setelah diberi suntiukan albumin (3x) dan di infus aminoleban ada perubahan ke arah lebih baik atau tingkat kesadaran ayah saya membaik, tapi malah semakin menurun yang mebuat dokternya curiga yang akhirnya mengajak rekannya Dokter Neurolog untuk membantu. Setelah di adakan pemeriksaan dan CT Scan didiagnosa lessi tubercolosa (mdh2an benar penulisannya) ato TBC di otak. Belum sempat berbuat banyak ayah saya sudah keburu meninngal.

    Saya ucapkan terima kasih kepada Dokter Andra atas bantuannya memberi penjelasan yang sangat mendetail. Mohon maaf apabila ada kesalahan. Dan tak lupa ucapan terima kasih yang sebesar2nya kepada Dokter yang merawat ayah saya selama di RS.

    Salam

    1. Mahesa yang saya terhormat,

      Saya mengucapkan rasa belasungkawa saya untuk Mahesa dan keluarga yang telah ditinggal oleh Ayahanda tercinta. Semoga ayahanda mendapatkan tempat yang terbaik disisiNYA. Semoga Mahesa dan keluarga yang ditinggalkan kuat dan tabah.

      Dokter Andra

  3. maaf dok saya, adik saya juga mengalami tbc otak setelah diambil sampel seperti tumor dikepalanya, dok saya mau bertanya, apakah tuberkoloma itu harus diangkat dok, adik saya sudah mengalami penyakit ini selama setahun, dan dia juga seorang dokter yang baru selesai ptt di kepulauan alor, sementara kami tinggal di Medan dok, dan selam ini kami dari pihak keluarga sudah melakukan berbagai cara , bahwakan sudah sampai ke penang dan dan berkali kali sudah MRI tapi mengapa sejak awal penyakit itu tidak bisa terdeteksi dok, adik saya tidak pernah batuk kronis, dari dari pihak keluarga juga tidak ada yang mengalami tbc. Apakah adik saya masih bisa sembuh dok. makasih banyak dok. salam

    1. Ibu Sri Wahyuni yang terhormat
      Terima kasih untuk berbagi di blog saya.

      Tuberkuloma di dalam otak diambil dengan tujuan untuk menegakkan diagnostik dan untuk terapi mengurangi lesi desak ruang di dalam otak. Dengan diambil sampel tuberkuloma maka diagnosis secara patologi di bawah pemeriksaan mikroskop dapat ditegakkan. Sedangkan untuk terapi, pengangkatan tuberkuloma dikhususkan pada lesi yang berukuran relatif besar atau sudah menimbulkan efek desak ruang ke jaringan di sekitarnya. Bila tuberkuloma sudah memberikan efek desak ruang ke jaringan di sekitarnya maka biasanya akan muncul gejala atau keluhan dari penderitanya, sehingga sebelum gejalanya semakin memberat maka volume massa tuberkuloma harus dikurangi dengan operasi pengangkatan.
      Namun bila ukuran tuberkuloma kecil dan sedikit sekali memberikan gejala, maka pengambilan biasanya ditujukan untuk menegakkan diagnosis tuberkuloma (bila diagnosis dengan cara lain tidak mudah atau tidak konklusif). Karena tujuannya hanya untuk diagnostik, biasanya pengambilan sampel dilakukan dengan cara yang paling aman dan “minimal invasive” (paling kecil menimbulkan trauma pada jaringan sehat di sekitar. Biasanya dalam ilmu bedah saraf disebut dengan tindakan “Stereotaktik Biopsi”, yaitu pengambilan sampel di otak dengan menggunakan alat yang berbentuk seperti jarum dan dengan perhitungan 3 dimensi komputer yang amat tepat.

      TBC memang adalah penyakit yang dapat mengenai hampir seluruh jaringan dan organ di tubuh kita. Walau penyakit TBC dapat disembuhkan namun masih memberikan tantangan kepada ilmu kedokteran karena sifatnya yang meniru dan kadang penegakkan diagnosisnya tidak mudah. Kadang pada saat kuman TBC masuk ke dalam tubuh kita, bila sistem imunitas tubuh kita masih relatif baik, maka tidak akan muncul gejala seperti batuk dan lain-lain. Namun penyebarannya dari paru-paru (sumber primer masuknya kuman) ke organ lain masih dapat terjadi, termasuk ke otak.

      Adik Ibu Sri Wahyuni mungkin masih memiliki sistem imunitas yang baik sehingga gejala awal infeksi TBC tidak timbul. Namun penyebaran terjadi ke otak dan menjadi tuberkuloma. Penularan TBC bisa terjadi dimana-mana di negara kita yang penuh dengan polusi dan belum higenis ini. Apalagi di daerah-daerah Indonesia timur atau tengah. Riwayat pernah bertugas di Alor bisa menjadi tempat terjangkitnya penyakit ini, dan bukan harus dari keluarga.

      Bila memang hasil sampel menunjukkan tuberkuloma maka kemungkinan kesembuhan itu ada dengan pengobatan TBC yang baik dan lengkap. Ikuti regimen dan protokol pengobatan TBC extrapulmoner ( di luar paru ) yang diberikan oleh dokter paru atau dokter penyakit dalam dan mudah-mudahan kesembuhan akan dicapai.

      Dokter Andra

  4. Dok sya didiagnosa tbc otak,awal timbul gejala seperti mau pingsan,tetapi kondisi masi kuat,,yang sya rasakan dari perutsmpai ke otak,,lalu gejala tersebut sya abaikan,,,skian lma sya mrskn gjla tersebut,sya mengalami kejang,,sblum sy ke dokter sya sdh mengalami 2x kejang,,lalu sya melakukan CTscan,dan hsilny positif TBC otak,,lalu sya diberi obat antibiotik TBCdan obat anti kejang, selama 10bulan,slma sya dlm msa pengobatan,kejang itu tidak timbul ,tetapi setelah selesai pengobatan selama1bulan kejang itu timbul lgi,,maaf dok apakah sya bisa sembuh total?/

    1. Bapak/Ibu Nunah yang terhormat
      Terima kasih untuk pertanyaannya,

      TBC pada otak merupakan salah satu jenis radang dan infeksi otak yang tersering di negara kita. Radang dan infeksi ini biasanya bersifat menyeluruh pada seluruh bagian otak. Radang pada permukaan otak ini yang selanjutnya dapat mengakibatkan kerusakan sel-sel saraf permukaan otak sehingga mengakibatkan serangan kejang yang dialami.

      Pada keadaang yang berat, maka infeksi TBC pada otak dapat mengakibatkan penurunan kesadaran dan mengancam nyawa. Tetapi pada keadaan ringan atau si penderita memiliki sistem pertahanan tubuh yang baik, maka kondisinya juga akan lebih baik.

      Pengobatan TBC pada otak pada intinya adalah pengobatan infeksi TBC dengan regimen khusus. Bila mengikuti protokol pengobatan dengan benar maka biasanya radang dan infeksi TBC dapat diobati, termasuk TBC pada otak.

      Untuk masalah kejang yang masih berlangsung setelah 10 bulan minum obat, hal ini sangat mungkin terjadi karena sel-sel saraf di permukaan otak sudah mengalami kerusakan yang permanen saat radang otak akibat TBC dulu. Selain itu, penggunaan obat anti kejang juga perlu diketahui dan dipakai dengan benar. Obat anti kejang digunakan dalam jangka waktu yang relatif panjang dengan secara perlahan diturunkan dosis dan frekuensi nya bila kejangnya mulai terkontrol.

      Pada kasus bapak/ibu Nunah, adanya kejang menunjukkan bahwa masih memerlukan konsumsi obat anti kejang dalam waktu yang cukup panjang. Konsultasikan kepada dokter yang merawat sebelumnya untuk mengetahui apakah bapak/ibu benar-benar sudah dinyatakan sehat dan bebas dari TBC otak serta cara penggunaan obat anti kejang yang benar.

      Sembuh total pasca kerusakan sel saraf sangatlah sulit karena sel-sel saraf memiliki daya pemulihan/regenerasi yang sangat jelek walau sudah diterapi maksimal. Namun yang penting adalah mencapai kondisi kesehatan yang optimal agar dapat bekerja dan beraktifitas dengan normal.

      Dokter Andra

  5. maaf dok,,waktu sya selesai pengobatan selama 10 bln,,sya dari obat dinyatakan sembuh oleh dokter,,dan slma 1 bln sy lpas dri obat sya kjng lgi,,,lalu saya tdk priksa ke dokter ,,melainkan sya alternatif akupuntur&bekam,,dan sya di anjurkan hrus msi minum obat kejang,,saelama pengobatan alternatif,&slma sya mnjlnkan alternatif sya merasa fsik sya jauh lebih baik,,yng sya tnyakan kpd dokter apakah sya ketergantungan dengan obat kejang??dan apa benar dok obat kejang yg sya minum tdk menyembuhkan,melainkan mencegah terjadinya kejang,,,,,sblumnya trimaksih atas jawabanny….y dok…..

    1. Obat kejang memang sering sekali digunakan dalam jangka panjang (hingga tahunan), karena ketidakstabilan listrik otak akibat infeksi dapat berlangsung terus. Dan setelah pemakaian jangka panjang, obat kemudian diturunkan dosis dan frekuensi pemakainannya. Jadi saya tidak bisa bilang itu sebagai ketergantungan juga.

      Obat anti kejang memang berfungsi untuk mencgah terjadinya kejang dan bukan menyembuhkan kejang. Namun dalam pemakaian jangka panjang maka tubuh akan beradaptasi sehingga kemungkinan serangan kejang akan semakin kecil.

      Dokter Andra

  6. dokter, suami saya di diagnosa tuberculoma. Sama seperti cerita dokter andra di atas, diagnosa sebelum 2 operasi yg di jalani suami saya adalah tumor otak (astrocytoma & glioblastoma). Operasi pertama dilakukan pemasangan selang untuk mengeluarkan cairan di otak (ada diagnosa juga hydrocephalus).
    Operasi ke 2 dilakukan untuk mengambil sampel tumornya di batang otak. Hasil patologi menyatakan bukan tumor, tapi tuberculoma. Dan disarankan untuk mengkonsumsi obat selama 6 bulan kedepan.
    Saya ingin menanyakan, suami saya di operasi 9 hari yang lalu. Tapi kondisi sekarang suami saya sering mual terkadang sampai muntah. Jadi sampai sekarang tdk bisa untuk makan nasi. Sebenarnya apa penyebab mual dan muntahnya tsb dokter?
    Berapa lama pasca operasi nyeri setelah operasi bisa hilang dok? suami saya masih sering menahan nyeri di kepalanya.
    Terimakasih dokter

    1. Ibu Dewi yang terhormat
      Terima kasih sudah mengisi di blog saya.

      Pertama-tama saya bersyukur atas hasil patologi yang menyebutkan bahwa tumor bapak ternyata sebenarnya adalah tuberculoma. Sebab bila hasilnya astrositoma atau glioblastoma maka angka hidupnya sangat kecil. Apalagi bila lesinya di batang otak (batang otak merupakan bagian otak yang paling vital).
      Sebelumnya bolehkah saya bertanya dimana operasi dilakukan dan siapa dokter bedah saraf yang melakukan tindakan operasi tersebut? Karena operasi kelainan di batang otak tidaklah mudah dan rentan dengan resiko untuk terjadi komplikasi.

      Mual dan muntah satu atau dua hari pasca operasi adalah hal yang wajar dimana bapak memasuki fase sadar dari pengaruh obat bius sehingga akan merasakan sakit kepala yang cukup berat serta mual dan muntah. Terapi yang dapat diberikan adalah obat-obatan anti nyeri dan anti mual/muntah. Namun bila mual dan muntah berlangsung lebih dari seminggu dan tidak membaik dengan pemberian obat-obatan maka harus lebih diwaspadai adanya gangguan yang lain.

      Mual dan muntah (khususnya pasca operasi) dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu : 1. Kondisi di dalam kepala; 2. Kondisi sistemik tubuh; 3. Efek samping obat

      Untuk penyebab yang pertama (kondisi di dalam kepala/intrakranial), sakit kepala, mual dan muntah terjadi umumnya dikarenakan adanya peningkatan tekanan intrakranial/di dalam kepala. Peningkatan tekanan di dalam kepala pasca perasi dapat diakibatkan oleh beberapa hal seperti perdarahan atau terjadi kembali hidrosefalus. Hidrosefalus dapat terjadi kembali bila terjadi gangguan fungsi/malfungsi dari selang yang dipasang pertama kali. Selain itu, kondisi infeksi/radang di dalam otak juga dapat menstimulus timbulnya sakit kepala dan mual serta muntah. Untuk memastikan adanyakelainan di dalam kepala atau tidak, maka perlu dilakukan pemeriksaan kontrol CT Scan kepala atau MRI kepala pasca operasi. Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui dengan pasti adanya peningkatan tekanan intrakranial oleh berbagai sebab tersebut di atas. Bila memang terbukti hal ini ada, maka kemungkinan tindakan operasi lagi perlu dilakukan baik untuk membuang perdarahan atau memperbaiki fungsi selang.

      Untuk penyebab kedua (kondisi sistemik tubuh), sakit kepala, mual dan muntah dapat diakibatkan oleh banyak hal di antaranya kurang darah (anemia), gangguan kadar gula darah (hipoglikemia = kekurangan gula darah atau hiperglikemia = kelebihan gula darah), ketidakseimbangan garam dalam darah (elektrolit; Natrium, Kalium dan Chlor), peningkatan kadar ureum dan kreatinin (zat kimia ginjal) dan lain-lain. Untuk hal ini maka yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan darah/laboratorium dengan kengkap untuk mencari kadar yang terganggu.

      Penyebab ketiga yang mungkin adalah efek samping obat. Sebagian besar obat yang diberikan khususnya obat yang diberikan secara suntikan memiliki efek samping. Dan efek samping terbanyak adalah gangguan pencernaan, meliputi mual, nyeri perut, muntah, diare, dan lain-lain. Obat-obat seperti antibiotik, anti nyeri, anti tuberkulosis sering memberikan efek samping tersebut. Untuk mengatasi hal ini, maka harus ditentukan obat mana yang memberikan efek samping ini dan segera menghentikan obat tersebut dan menggantinya dengan obat yang lain. Kalau perlu, dapat diberikan juga obat anti mual dan muntah.

      Mengingat sudah 9 hari pasca operasi dan bapak masih mengalami keluhan sakit kepala, mual dan muntah, sebaiknya segera dicari penyebabnya. Lakukan CT Scan kepala kontrol dan pemeriksaan laboratoroum. Pastikan tidak ada obat yang memberikan efek samping kuat untuk mual dan muntah.

      Yang terakhir, nyeri pasca operasi dapat hilang dalam durasi waktu yang berbeda-beda tergantung tingkat nyeri dan daya tahan serta daya adaptasi pasien. Namun secara umum, nyeri harus sudah menghilang dalam waktu 5 sampai 7 hari pasca operasi.

      Demikian dulu dari saya, semoga dapat menambah informasi bagi ibu.
      Semoga bapak segera diberikan kebaikan dan kesembuhan.

      Hormat Saya
      Dr. M. Radhian Arief (Dokter Andra)
      Neurosurgeon / Endovascular Neurosurgeon
      Staf Medik Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM
      Email : dr.andra.bs@gmail.com

      Praktek :
      1. RS MEDISTRA Jakarta (Kamis dan Sabtu, jam 18.00 s/d 20.00)
      2. RS OMNI PULO MAS Jakarta (Senin, Rabu, Jumat, jam 18.00 s/d 20.00)
      3. RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta (Senin s/d Jumat, jam 10.00 s/d 12.00)

  7. Suami saya di operasi di RS. Dr.Oen, Dr. untung yg malakukan operasinya dok. Alhamdulillah operasi ke dua berjalan baik, lebih cepat dari prediksi dokter. Alhamdulillah juga mulai hari minggu kemarin suami saya sudah tidak mual lagi dokter, muntahnya juga sudah tidak ada. Semoga hari berikutnya tetap dalam kondisi selalu sehat dan bisa makan seperti biasanya.

    Untuk nyerinya masih agak terasa di sepanjang daerah yang di operasi dok. Jadi lebih nyaman dipakai untuk posisi tidur. Kami berdoa semoga bisa lekas hilang krn suami saya sudah bisa makan (tdk mual & muntah) untuk daya tahan tubuhnya.

    Terima kasih sekali dokter penjelasannya.

    Forum di web dokter sangat membantu pemahaman saya dn keluarga, krn sy tidak selalu menemani untuk control..(skrg saya harus kembali masuk krja yg jauh dgn suami saya ). sekali lagi terimakasih dokter.

    1. Alhamdulillah bila sudah ada perkembangan yang lebih baik bagi suami ibu. Semoga pemulihannya menjadi jauh lebih cepat ya.
      Terima kasih sudah bergabung dengan blog saya. Silahkan memberikan masukan atau kritik atau konsultasi kembali di lain waktu.

      Hormat Saya

      Dokter Andra

  8. Yth Dokter Andra,

    Kemaren anak saya, pengangkatan “massa” yang terdapat di cerebellum dan di batang otak (akan tetapi untuk batang otak, tidak disentuh). Awalnya dokter mengira, “massa” ini adalah infeksi, akan tetapi, ketika dilihat bentuknya tidak seperti infeksi pada umumnya (bentuknya lembek, tidak beraturan, ketika diambil menjadi serpihan / serbuk dan berwarna abu2) maka “massa” yang di cerebellum divakum.

    Pertanyaan , 1. Apa ini masih mungkin TBC atau jamur atau bahkan tumor?
    2. Bagaimana bentuk dan warna tumor pada otak?

    Terima Kasih,

    Semoga allah swt membalas kebaikan dokter

    1. Bentuk tumor sangat bervariasi dan memang tidak ada yang khusus serta banyak yang unik. Baik TBC maupun infeksi jamur juga dapat berbentuk suatu massa atau benjolan di dalam otak. Oleh karena itu kita tidak dapat menyimpulkan apakah itu tumor aau penyakit lainnya hanya dengan gambaran yang terlihat mata atau gambaran makroskopik. Massa tersebut harus diperiksa di laboratorium patologi anatomi untuk dikonfirmasi dengan pasti apa jenis massa tersebut.

      Bentuk dan warna tumor juga sangat bervariasi. Ada yang berbentuk tegas, ada yang tidak beraturan. Ada yang berwarna putih, kekuningan, keabuan atau bahkan kemerahan dan keunguan. Ada yang berbatas tegas dan ada yang tidak berbatas tegas. Sangat banyak variasinya dan tidak pernah memiliki pola yang sama.

      Terima kasih untuk doanya, semoga dikabulkan Yang Maha Kuasa

      Terima kasih

      Dokter Andra

    1. Bapak Yudi yang terhormat
      Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.

      Penyebab dari infeksi TBC ini adalah kuman atau mikroorganisme yang disebut dengan Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menghasilkan penyakit yang sering kita dengar dengan istilah TBC. Infeksi TBC umumnya masuk melalui saluran nafas, sehingga organ pertama yang diserang adalah paru-paru. Gejala yang muncul adalah gejala infeksi paru-paru, seperti batuk, sesak, tanda-tanda infeksi seperti demam dan lain-lain. Beberapa kasus menunjukkan gejala berat badan yang menurun serta tidak nafsu makan.

      Pada keadaan yang berat, misalnya infeksi TBC yang berat sekali atau daya tahan tubuh yang menurun maka TBC dapat menyebar hingga ke organ-organ lain selain paru-paru termasuk otak. Bila TBC sudah menyerang otak maka gejalanya sangat tergantung dengan lokasi dimana TBC terdapat. Gangguan fungsi saraf sesuai dengan lokasi saraf dimana TBC berada. Bila keadaan lebih berat lagi maka terjadi radang di seluruh bagian otak myang menyebabkan penderitanya menjadi tidak sadar. Begitu banyak gejala yang dapat muncul sehingga saya sebut penyakit ini sebagai “penyakit peniru”.

      Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda.
      Terima kasih

      Hormat Saya

      Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
      Neurosurgeon (Spesialis Bedah Saraf) / Endovascular Neurosurgeon (Neuro-Intervensi)
      Staf Medik Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM
      CEO PT. ALTERLOBE INDONESIA (www.alterlobe.com)
      Konsultan Medis, Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit pada PT. QUALEX CONSULTING / QINOVEX (www.qinovex.com)

      Email : dr.andra.bs@gmail.com
      Twitter : @dokter_andra

      Saya dapat ditemui di :
      1. RS. MEDISTRA Jakarta
      2. RS. OMNI PULO MAS Jakarta
      3. RS. ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
      4. RSCM / RSCM KENCANA Jakarta
      5. RS. RAWALUMBU Bekasi
      6. RS. JAKARTA HEART CENTER (JHC)

  9. Yth. Dr Andra,
    Saya ingin menanyakan mengenai kondisi adik saya yangg sebulan lalu. Mengalami kelumpuhan pada bagian ulu hati kebawah termasuk kehilangan sensorik dan motoriknya tepat pada 29 Jan 2013 yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksanaan rotgen dan MRI. Diperoleh hasil adik saya mengalami infeksi saraf di ruas 6 hingga 10 akiibat bakteri tb. Dari pengakuannya ia memang dalam masa pengobatan tb yg sudah berjalan pd bln ke empat dan selama itu juga ia Sedang meminum arv dari pengobatan itu. kami terus terang khawatir dan shock bahkan ia terlihat depresi sekali. Ketakutannya akan lumpuh dan pernyataan dokter yang menurut kami mengambang bahwa pengobatan yang sudah dilakukan sudah maksimal dan sistem motoriknya dinyatakan 0 “Nol”. Ia yang biasanya ceria dan bersemangat menjadi up and down moodnya. Terus terang kami juga sudah menanyakan ken Beberapa dokter hanya jawaban tidak perlu dilakukan operasi yang kami terima bersabar dan dijaga agar infeksi tidak menyebar ke bagian yang lain. Beberapa teman dokter kami menyatakan kasus seperti ini bs disembuhkan dan niscaya infeksi sembuh Ia akan bs berjalan lagi. Terus terang kami awam dengan permasalahan ini. Namun terus terang ketika kami di tanya target apa yang ingin capai adalah kesembuhan sediakala bagi adik kami. Saat ini kami juga dianjurkan untuk fisioterapi. Namun karena kesulitan waktu karna kami bekerja dan hanya ada ibu yang sudah manula. Kami hanya bs melakukan pagi dan larut malam sepulang kami kerja. Terus terang apakah ada cara atau hal yang bs kami pelajari utk kesehatan adik kami.

    1. Bapak Deden yang terhormat
      Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.

      Kelumpuhan di bawah ulu hati menunjukkan adanya suatu proses kelainan di saraf tulang belakang pada daerah yang kita sebut dengan “Torakal”. Kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan kelumpuhan ini adalah iritasi pada saraf yang biasanya disebabkan peradangan dan infeksi serta kompresi atau penekanan pada saraf baik oleh struktur tulang, jaringan ikat atau adanya benda asing seperti tumor.

      Pada kasus infeksi TBC yang menyerang saraf tulang belakang umumnya bermanifestasikan dengan adanya kerusakan tulang, peradangan pada saraf dan adanya nanah di daerah tulang belakang yang dekat dengan saraf tersebut. Semuanya ini dapat menyebabkan kelumpuhan seperti yang adik anda alami. Yang penting untuk diketahui adalah yang mana yang mengakibatkan kelumpuhan tersebut. Bila memang hanya terdapat peradangan saja akibat infeksi, maka tindakannya hanya dengan mengobati infeksi tersebut hingga tuntas. Bila terdapat nanah dalam jumlah yang signifikan maka harus dilakukan pembuangan nanah tersebut dengan tindakan operasi. Adanya nanah ini biasanya juga disertai dengan hancurnya struktur tulang belakang sehingga ada beberapa fragmen tulang tersebut yang menekan saraf di belakangnya. Dalam keadaan berat, maka stabilitas tulang belakang akan terganggu sehingga tulang akan bergeser dan semakin menekan struktur saraf di belakangnya. Untuk keadaan ini maka tindakan operasi menjadi wajib untuk melepaskan tekanan pada saraf dan memasang alat fiksasi guna menciptakan kestabilan lebih lanjut bagi tulang belakang.

      Kemampuan pulih saraf sangatlah buruk. Untuk kembali ke keadaan normal sangatlah sukar. Selain itu, kemungkinan pulih sangat bergantung sejauh mana kerusakan terjadi. Bila kerusakan sudah terlalu berat. Biasanya bila kelumpuhan disebabkan hanya karena peradangan maka kemungkinannya untuk pulih lebih baik dibandingkan karena penekanan oleh tulang belakang yang retak atau ketidakstabilan tulang belakang.

      Bagaimana dengan kasus adik anda….?? Apakah ada nanah atau pergeseran tulang…??

      Fisioterapi merupakan mandatoris pada kasus adik anda namun hal itu baru efektif bila sudah ditangani permasalahan utamanya tadi.

      Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda.
      Terima kasih

      Hormat Saya

      Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
      Neurosurgeon (Dokter Spesialis Bedah Saraf) / Endovascular Neurosurgeon (Neuro-Intervention)
      Staf Medik Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM
      CEO PT. ALTERLOBE INDONESIA (www.alterlobe.com)
      Konsultan Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit pada PT. QUALEX CONSULTING / QINOVEX (www.qinovex.com)

      Email : dr.andra.bs@gmail.com
      Twitter : @dokter_andra

      Saya dapat ditemui di :
      1. RS. MEDISTRA Jakarta
      2. RS. OMNI PULO MAS Jakarta
      3. RS. ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
      4. RS. JAKARTA HEART CENTER (JHC)
      5. RS. RAWALUMBU Bekasi
      6. RSCM / RSCM KENCANA Jakarta

      1. Dr. Andra yth.
        Dari kasus yang kemaren kami terima Dr. Yang menangani adik saya sendiri menyatakan bahwa susunan dan struktur tulang pada saat itu dalam keadaan yang bagus dalam artian tidak ada keropos dan tidak ada saraf kejepit. Setelah dilakukan cek MRI diketahui bahwa terjadi abses atau pembengkakan pada selaput luar saraf yang menekan saraf ke arah tulang belakang pada ruas 6-10.
        Hal ini juga di konfirmasikan pada bedah saraf Dr. Eka dr rs. Siloam yang pada saat itu tidak perlu dilakukan operasi namun perlu dijaga agar abses tidak menyebar. Dan saat ini hanya perlu dilakukan pengobatan TB.
        Beberapa saat lalu kami juga mendengar kesaksian dari tetangga kami bahwa cucu beliau juga mengalami kelumpuhan mendadak seperti adik kami yang diakibatkan oleh virus. Namun hanya dengan suntikan saja ia dapat kembali normal. Hal ini mengakibatkan apakah penyebab kelumpuhan adik kami itu sama seperti yang dialami adik kami atau tidak. Terus terang kami khawatir salah diagnosa walau Beberapa dokter telah mengkonfirmasikan akiibat bakteri TB karena abses tersebut akiibat TB. Karena terus terang kami juga berharap adik kami dapat lekas sembuh bila mungkin dapat merasakan kembali funsi motorik dan sensorik yang hilang dari ulu hati kebawah.
        Karena kami juga sibuk dan sulitnya menemukan caretaker yang jujur dan memiliki passion untuk kesehatan adik kami Beberapa kali kami kecewa dan gonta ganti caretaker. Karena pada saat ini adik kami dalam proses home care.
        Bila memang ini benar karena bakteri TB, apakah ada kemungkinan ia dapat merasakan dan mengembalikan fungsi geraknya. Dari pengalaman dokter, berapa lamakah proses penyembuhan minimal adik kami dapat bergerak atau merasakan fungsi tubuhnya kembali bila tidak ada kerusakan saraf dan hanya karena abses tersebut. Karena terus terang kami kebingungan dan kami mendapatkan saran ia untuk dirawat fisioterapi rawat inap di RS fatmawati agar ia lekas bs Mandiri dan melakukan kemandirian perawatan dirinya sendiri.
        Namun setelah kami coba cari tahu biaya pun sangat mahal. Apakah fisioterapi ini dapat kami lakukan di rumah. Mengingat keterbatasan financial kami. Lalu adakah literahtur yang kami dapat pelajari untuk perawatan fisioterapi yang harus kami lakukan dirumah.
        Maaf bila terlalu banyak bertanya. Secara kesimpulan saya ingin bertanya:
        1. Apakah diagnosa abses ini adalah benar akibat TB bukan karena penyakit lainnya yang seperti dialami tetangga kami?
        2. Berapa lamakah abses ini dari pengalaman dokter akan menghilang dan adik kami dapat kembali merasakan dan mengerakan bagian ulu hati kebawahnya?
        3. Apakah sangat mendesak diperlukan adik kami dikirim untuk dirawat fisioterapi di rs fatmawati?
        4. Tidak adakah literatur atau perawatan fisioterapi atau pembelajaran kami yang dapat kami lakukan Mandiri di rumah.?
        5. Bila ada Mohon bantuan informasinya.

        Kami tahu bahwa dokter pasti sibuk luar biasa. Terima kasih kami ucapkan atas jawaban yang dokter berikan.

      2. Deden yang terhormat
        Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.

        Saya akan mencoba menjawab pertanyaan anda.

        1. Penyakit TBC memang masih merupakan tantangan di negara kita. Walaupun terapinya tidak sulit namun masih merupakan tantangan karena gejalanya yang cukup bervariasi dan teknik diagnosisnya yang cukup banyak dan diperlukan pengetahuan yang cukup baik dari dokternya untuk menentukan pemeriksaan yang terbaik untuk mendiagnosis penyakit ini. Diagnosis TBC dapat dilakuakn dengan berbagai cara seperti pemeriksaan “Mantoux Test”, PCR TB, pemeriksaan dahak dan foto paru. Untuk kelainan TBC yang menyerang organ di luar paru (seperti pada adik anda), maka diagnosisnya juga harus lebih tajam. Namun dalam kesempatan ini saya harus mengatakan bahwa ditemukannya abses di daerah tulang belakang memang sebagian besar disebabkan oleh TBC, walau ada yang disebabkan oleh infeksi lainnya (dalam angka yang kecil). Pada kasus demikian biasanya terapi yang diberikan sudah cukup komprehensif, selain obat TBC juga diberikan obat lainnya untuk membunuh jenis kuman yang lain. Saya yakin dokter adik anda sudah melakukan diagnosa dengan benar, ditambah lagi, Prof. Dr. Eka, seorang ahli bedah saraf yang sangat baik dan sangat dihormati, saya yakin beliau sudah menilai adik anda dengan baik pula.

        2. Abses bila diberikan terapi dengan baik dan benar maka biasanya akan menghilang dalam waktu 2 sampai 3 bulan. Namun mungkin setelah abses menghilang juga adik anda belum dapat menggerakkan bagian bawah tubuhnya karena sisa proses radang yang sudah terjadi akibat infeksi TBC tersebut. Tetapi harus saya tekankan bahwa bila memang kelumpuhan ini disebabkan oleh infeksi maka umumnya pemulihan dari kelumpuhan dapat dicapai, setelah malakukan pengobatan yang intensif dan fisioterapi yang baik.

        3. Saya merasa tidak perlu melakukan fisioterapi dengan perawatan di rumah sakit. Fisioterapi dapat dilakukan di rumah sakit 1-2x seminggu dan sisanya dapat dilakukan di rumah. Gerakan-gerakan fisioterapi dapat dipelajari saat di rumah sakit dan kemudian dilakukan sendiri di rumah. Yang penting adalah semangat adik anda untuk bekerja keras untuk sembuh harus benar-benar tinggi.

        4. Saya tidak memiliki literatur atau sumber bacaan mengenai fisioterapi. Mungkin anda bisa memintakannya kepada dokter fisioterapi yang melatih adik anda. Atau bisa juga di browsing di internet. Mohon maaf dengan sangat ya.

        Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda dan adik anda.

        Terima kasih

        Hormat Saya

        Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
        Neurosurgeon (Dokter Spesialis Bedah Saraf) / Endovascular Neurosurgeon (Neuro-Intervensi)
        Staf Medik FKUI-RSCM
        CEO PT. ALTERLOBE INDONESIA (www.alterlobe.com)
        Konsultan Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit pada PT. QUALEX CONSULTING / QINOVEX (www.qinovex.com)

        Email : dr.andra.bs@gmail.com
        Twitter : @dokter_andra

        Saya dapat ditemui di :
        1. RS. MEDISTRA Jakarta
        2. RS. OMNI PULO MAS Jakarta
        3. RS. JAKARTA HEART CENTER (JHC)
        4. RSCM / RSCM KENCANA Jakarta
        5. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
        6. RS. ISLAM PONDOK KOPI Jakarta

  10. Yth. Dokter Andra,
    Paman saya sering mengalami sakit kepala, dahulunya pernah cedera kepala sekitar tahun 1987, setelah 4 bulan sembuh dan dapat beraktifitas secara normal. Pertengahan Januari 2013 beliau mengalami trauma kepala, jatuh dari pohon dengan posisi kepala belakang mengenai tanah, waktu itu dia sempat pingsan sekitar 2-5 menit. Setelah kejadian tersebut sering mengalami pusing kepala, parahnya 2 minggu yang lalu sakit kepalanya lebih sering dan ada kelemahan pada tangan dan kaki kanan, kemudian dia diperiksa di RSUD Kota Banjar, dokter spesialis syaraf memerintahkan CT Scan, dari hasilnya langsung dirujuk ke bedah syaraf dan dianjurkan untuk operasi dengan indikasi kemungkinan tumor otak.
    Sekarang beliau di rawat di RS Margono Purwokerto, hasil MRI menunjukan ada masa dan cairan, dokter mendiagnosa kemungkinan Tuberculoma dan akan dilakukan operasi (entah biopsi atau apa, saya belum bertemu langsung dengan dokternya terkait hasil MRI).
    Jika dilihat dari kondisinya beliau masih bisa beraktifitas mandiri, pusing dan sakit kepalanya sudah berkurang.
    Berdasarkan data-data tadi mohon saran dan petunjuk dokter agar dapat sebuh sedia kala.

    Terima kasih,
    Iwan Kustiawan

    1. Bapak Iwan Kustiawan yang terhormat
      Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.

      Sebelumnya saya ingin menyampaikan permohonan maaf saya karena baru dapat mebalas tulisan bapak saat ini.

      Apakah di kota Banjar sudah dilakukan tindakan operasi…?? Apakah tumornya pernah diambil…?? Bagaimana kondisi paman anda sekarang…??

      Pada prinsipnya bila ditemukan adanya massa tumor di dalam kepala maka tindakan untuk mengambil massa tersebut merupakan jalan yang terbaik. Adanya massa di otak akan selalu memberikan desakan dan tekanan pada otak yang akan mengancam dan mengakibatkan kematian sel-sel otak. Massa di otak dapat merupakan tumor dan dapat juga merupakan infeksi atau radang (misalnya tuberkuloma). Pengambilan massa tumor bertujuan selain untuk mengurangi tekanan pada otak juga untuk menegakkandiagnosa apa jenis tumor tersebut. Hal ini berguna untuk menentukan pengobatan selanjutnya (misalnya penyinaran atau kemoterapi) dan menentukan prognosa ke depan.

      Begitu juga bila terdapat cairan yang menumpuk di dalam otak, bila sudah memberikan efek desakan pada otak maka sebaiknya dikeluarkan. Dari cairan tersebut juga dapat membantu menegakkan diagnosa jenis tumor yang ada.

      Untuk sembuh ke sediakala sangat bergantung sejauh mana kerusakan otak sudah terjadi dan jenis tumor yang telah diangkat. Tingkat keganasan suatu tumor sangat berpengaruh terhadap kondisi ke depan paman anda. Bila benjolan tersebut memang tuberkuloma, maka prognosa ke depan memang lebih baik. Setelah pengangkatan massa tuberkuloma dan dilanjutkan dengan terapi TBC yang adekuat maka kesembuhan dapat tercapai.

      Oleh karena itu saya sangat menyarankan untuk dilakukan tindakan operasi. Tanyakan kepada dokter bedah saraf nya mengenai rencana tindakan dengan jelas.

      Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda.
      Terima kasih

      Hormat Saya

      Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
      Neurosurgeon (Dokter Spesialis Bedah Saraf) / Endovascular Neurosurgeon (Neuro-Intervensi)
      Staf Medik FKUI-RSCM
      CEO pada PT. ALTERLOBE INDONESIA (www.alterlobe.com)
      Konsultan Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit pada PT. QUALEX CONSULTING / QINOVEX (www.qinovex.com)

      Email : dr.andra.bs@gmail.com
      Twitter : @dokter_andra

      Saya dapat ditemui di :
      1. RS. MEDISTRA Jakarta
      2. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
      3. RS. OMNI PULO MAS Jakarta
      4. RS. ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
      5. RS. DHARMAIS Jakarta
      6. RS. RAWALUMBU Bekasi

    1. Bapak Martianus yang terhormat
      Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.

      Saya tertarik sekali untuk melihat foto-fotonya. Silahkan bapak menguploadnya ke email saya di : dr.andra.bs@gmail.com
      Bagaimana kondisi istri anda saat ini? Apa keluhan yang dirasakan beliau…? Saat ini istri anda sudah berobat ke mana saja….?

      Demikian dulu dari saya, semoga saya dapst membantu anda dan istri anda.
      Terima kasih

      Hormat Saya

      Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
      Neurosurgeon (Dokter Spesialis Bedah Saraf) / Endovascular Neurosurgeon (Neuro-Intervensi)
      Staf Medik FKUI
      CEO PT. ALTERLOBE INDONESIA (www.alterlobe.com)
      Konsultan Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit pada PT. QUALEX CONSULTING / QINOVEX (www.qinovex.com)

      Email : dr.andra.bs@gmail.com
      Twitter : @dokter_andra

      Saya dapat ditemui di :
      1. RS. MEDISTRA Jakarta
      2. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
      3. RS. JAKARTA HEART CENTER (JHC)
      4. RS. DHARMAIS Jakarta
      5. RS. ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
      6. RS. RAWALUMBU bekasi

  11. Selamat Siang Dr. Andra,

    Perkenalkan nama saya indah, saya membaca blog dokter saat sedang googling mengenai Meningitis.
    Kalau boleh saya mau share mengenai case calon suami saya, A umur 29thn.

    Begini dok, A terkena TBC Otak, manifestasinya berupa beberapa lesi / multinodules (kalo ga salah) di bbrp bagian otak. Jadi saat pertama kali di MRI, terlihat ada beberapa titik putih kecil di otak, namun lesi yang agak besar terdapat di dekat otak kecil dan di batang otak.
    Awalnya gejalanya adalah ada batuk2 kecil tak berdahak, lalu panas disaat mau menjelang malam, berlanjut ke pusing, mual, muntah, dan kebas di paha kirinya, hingga sempoyongan seperti kehilangan keseimbangan.
    Awalnya kami ke internist lalu dirujuk ke Dr. syaraf .
    Karena kondisi makin lemah, akhirnya dirawat ditangani oleh Dr. Syaraf, Dr. Paru dan Internist.

    Awalnya diketahui bahwa A terkena TB di paru-parunya dan dia memang pernah terkena TBC waktu SMP, namun saat itu pengobatan TB sudah lengkap selama 6 bulan.
    Namun untuk sakit di kepalanya, dilakukan berbagai macam tes untuk mendiagnosa penyebab dari lesi tersebut, dari tes darah, tes imunitas, dan berbagai macam tes. Diketahui pula bahwa tingkat imunitasnya cukup rendah dibawah normal. Namun hasil tes dengan berbagai jamur, virus, bakteri menyatakan negatif, kecuali TB. Terakhir dilakukan PET scan untuk mengetahui apakah ada sumber penyakit lainnya, namun hasilnya dinyatakan tidak ada. Akhirnya diagnosa ditegakkan bahwa lesi disebabkan oleh bakteri TB.

    Lalu A diberikan berbagai macam obat, vitamin, antibiotik baik dari obat minum maupun infus. A sempat berada pada kondisi dimana ia sangat tidak ingin bertemu dengan cahaya, suara, jadi kamar di RS selalu tertutup dan dikondisikan hening, sering merasa gelisah, kepanasan dan marah-marah, tidak dapat tidur terlentang karena akan muntah. Dokter sempat berpikir untuk mengambil cairan di kepalanya, namun dokter bedah syaraf angkat tangan semua karena posisi lesi yang di batang otak sangat berisiko. Sempat juga Dr. syaraf mendatangkan dr. Dharma dari RSCM untuk kasi suggestion terhadap case ini.

    Setelah total 3 bulan dirawat, A akhirnya diperbolehkan pulang kerumah, dengan berbagai macam bekal obat, suntikan selama beberapa waktu (suntikan obat TB yang kuat, saya lupa namanya), bantuan fisioterapi untuk melatihnya bergerak dan berjalan kembali, karena terlalu lama tidur sehingga sempat sulit berdiri tegak. Dan total 5 bulan pemulihan istirahat di rumah, sambil belajar untuk kembali ke dunia luar akhirnya pada bulan ke-9 sakitnya, ia kembali bekerja secara normal. oiya selama pemulihan, dia juga dibantu obat2an herbal seperti sarang semut dan obat herbal lainnya.

    Namun per jumat kemarin (3/5/13), kondisinya melemah lagi, awalnya badan lemas dan panas tinggi. Badan lemas mulai dirasakan semenjak Selasa (30/4/13). Sampai dengan saat ini kondisinya panasnya sudah berkurang, tetapi ada rasa mual, pusing dan sedikit terasa kebas di lidah kiri belakang. Hari ini dia MRI kepala lagi, besok batru keluar hasilnya.

    Pertanyaan saya, apakah mungkin penyakit itu datang lagi? Apakah yang menyebabkan penyakit itu relapse lagi? Dan penanganan atas case ini harus bagaimana Dok supaya bisa cepat diatasi?
    Karena saya sangat kawatir jika masa-masa dulu itu terulang lagi Dok.

    Mohon bantuan dan pencerahannya.

    Terimakasih Dr. Andra.

    Best Regards,
    indah

    1. Indah yang terhormat
      Terima kasih sudah mengunjungi blog saya

      Sebelumya saya ingin menyampaikan permohonan maaf karena baru sekarang dapat membalas tulisan anda dikarekana kesibukan yang tidak dapat saya tinggalkan.

      Baik, kondisi yang calon suami anda alami tidaklah jarang dan cukup sering ditemukan. Untuk kondisi infeksi di otak memang lebih sering dirawat oleh dokter sarah dan bukan dokter bedah saraf. Namun sering sekali dokter bedah saraf turut serta merawat untuk mengatasi komplikasi penumpukan cairan yang disebut dengan hidrosefalus, yang biasa suka terjadi pada kasus infeksi atau radang otak. Dr. Darma SpS sendiri adalah seorang dokter saraf yang saya kenal baik dan memiliki pengetahuan dan kemampuan merawat infeksi otak yang bagus. Beliau adalah sejawat, sahabat, senior dan guru saya juga.

      Infeksi atau radang pada otak bukanlah kasus yang sederhana. Tidak seperti infeksi di bagian tubuh lainnya, infeksi pada otak harus diwaspadai dan ditelusuri akar masalah penyebabnya. Otak merupakan organ yang paling vital di tubuh manusia sehingga oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sudah dibuat sedemikian rupa agar otak memiliki sistem pertahanan yang terkuat di dalam tubuh. Bila sampai terjadi infeksi atau masuknya kuman ke dalam otak maka sistem pertahanan tubuh yang terkuat sudah hancur atau rusak. Infeksi pada otak dapat disebabkan oleh dua hal; yang pertama adalah oleh karena kuman yang menyerang sangat kuat sehingga pertahanan otak tidak mampu membela diri. Yang kedua adalah yang paling sering yaitu sistem pertahanan tubuh atau imunitas tubuh si pasien yang sangat lemah atau menurun. Kuman TBC sangat banyak di negara kita dan setiap penduduk Indonesia akan selalu terancam oleh kuman ini. Namun tidak semua orang penduduk Indonesia yang terjangkit penyakit TBC, baik TBC paru apalagi yang lebih jarang adalah TBC otak. Oleh karena itu, maka turunnya daya tahan tubuh atau imunitas lebih banyak yang mengakibatkan terjadinya infeksi TBC otak.

      Pada kasus calon suami anda, terkesan bahwa infeksi otak terjadi berulang. Hal ini lebih menguatkan bahwa memang sistem pertahanan tubuhnya sangat lemah. Kecuali bila ternyata calon suami anda selalu terpapar oleh kuman TBC yang sangat kuat. Yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi berulang adalah memperbaiki sistem pertahanan tubuh atau imunitas tersebut. Imunitas dapat turun oleh berbagai hal, mulai dari kelelahan kronik, depresi berat hingga penyakit-penyakit tertentu yang menurunkan daya tahan tubuh, seperti penyakit hepatitis (penyakit hati) atau bahkan infeksi yang sangat menakutkan yang kita kenal dengan infeksi HIV / AIDS. Penggunaan obat-obat yang irrasional atau tanpa resep dokter dapat menurunkan daya tahan tubuh. Status gizi yang buruk atau kurang juga bisa mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh. Hal ini harus segera ditelusuri dan diatasi. Penyebab turunnya daya tahan tubuh tersebut harus segera diselesaikan. Semabri pengobatan terhadap TBC diberikan, sejalan itu juga carilah apa yang mengakibatkan daya tahan tubuh calon suami anda rendah. kemungkinan-kemungkinan penyebab yang telah saya sebutkan diatas harus dicari dan diobati.

      Bagaimana kondisi calon suami anda sekarang…?? Apakah sudah ada perbaikan…??

      Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda. Semoga calon suami anda diberikan kesembuhan dan kesehatan.
      Terima kasih

      Hormat Saya

      Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
      Neurosurgeon (Dokter Spesialis Bedah Saraf) / Endovascular Neurosurgeon (Neuro-Intervensi)
      Staf Medik Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM
      CEO PT. ALTERLOBE INDONESIA (www.alterlobe.com)
      Konsultan Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit pada PT. QUALEX CONSULTING / QINOVEX (www.qinovex.com)

      Email : dr.andra.bs@gmail.com
      Twitter : @dokter_andra

      Saya dapat ditemui di :
      1. RS. MEDISTRA Jakarta
      2. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
      3. RS. JAKARTA HEART CENTER (JHC) Jakarta
      4. RS. ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
      5. RS. OMNI PULO MAS Jakarta
      6. RS. DHARMAIS Jakarta.

  12. dear dr Andra,
    suami saya hiv +yang disertai dengan tbc, motorik halus tangan kanannya lemah dok, tidak bisa menulis setelah dilakukan mri diagnosanya adalah meningomyelitis tb, selain tb + suami saya juga cmv + (igg), dokter syaraf menyarankan suami saya menjalankan lp (lumbal pungsi) namun setelah diberitahu resikonya sayapun tdk menyetujui hal tsb. dokter dan saya sepakat untuk melihat klinis suami saya selama beberapa hari kedepan ternyata alhamdulillah membaik artinya suami saya tinggal melanjutkan pengobatan tb nya saja. saat ini suami telah mendapat pengobatan untuk tbnya selama hampir satu bulan, obat yang dikonsumsi adalah rimstar (hanya 2 minggu stlh itu fungsi hatinya naik), lalu diganti dengan etambutol dan lexa. perkembangannya saat ini adalah tangan kanannya sudah mulai menunjukkan perkembangan, walau kadang masih berbicara ngawur hanya suami saya masih bisa mengikuti instruksi, kejang hanya sekali keseimbangan baik. yang ingin saya tanyakan apakah memang untuk pengobatan infeksi tb di otak, cukup hanya mengkonsumsi obat@an tb untuk parunya saja? oya dokter syaraf suami juga memberikan brain act (2 minggu diawal berupa cairan yg disuntikkan namun skrg sdh digani dengan tablet 2×1 lalu dokter memberikan kepra 500 gr 2×1, apa benar jika klinis membaik artinya cmv itu tdksudah tidak aktif lagi di tubuhnya (hasil darah igg +, igm -)

    thx before
    tiara

    1. Ibu Tiara yang terhormat
      Terima kasih sudah mengunjungi blog saya

      Sebelumnya saya ingin menyampaikan permohonan maaaf saya karena baru dapat membalas tulisan anda saat ini dikarenakan kesibukan yang tidak dapat saya tinggalkan.

      Untuk pengobatan TBC yang ada di tubuh kita, di bagian manapun di tubuh kita maka obatnya hampir selalu sama, tetapi dengan dosis yang berbeda-beda dan durasi pengobatan yang berbeda pula. Untuk TBC paru pada umumnya, sudah ada protokol baku pengobatannya yang disiapkan oleh pemerintah dan departemen kesehatan. Sedangkan untuk TBC di luar paru (termasuk di otak), juga sudah ada protokoler pengobatannya, dan obatnya hampir sama dengan obat-obat untuk TBC paru.

      Perbaikan kondisi klinis dapat berarti sudah menurunnya kondisi radang atau infeksi pada suami anda. Penurunan radang dan infeksi bisa juga berarti bahwa angka kuman atau virus di dalam darah dan jaringan tubuh sudah mulai menurun. Untuk menentukan adanya perbaikan infeksi atau kuman/virus, harus diperiksa kada IgG dan IgM secara berkala atau periodikal sehingga dapat dievaluasi penurunan angkanya. Kadar IgG yang tinggi menunjukkan adanya infeksi yang sudah lama (kronis), sedangkan kadar IgM yang tinggi menunjukkan adanya infeksi baru (akut).

      Kepra adalah obat anti kejang untuk penggunaan jangka waktu lama. Sedangkan brainact adalah obat untuk mendukung / suportif otak.

      Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda. Semoga suami anda diberikan kebaikan dan kesehatan.
      Terima kasih

      Hormat Saya

      Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
      Neurosurgeon (Dokter Spesialis Bedah Saraf) / Endovascular Neurosurgeon (Neuro-Intervensi)
      Staf Medik Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM
      CEO PT. ALTERLOBE INDONESIA (www.alterlobe.com)
      Konsultan Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit pada PT. QUALEX CONSULTING / QINOVEX (www.qinovex.com)

      Email : dr.andra.bs@gmail.com
      Twitter : @dokter_andra

      Saya dapat ditemui di :
      1. RS. MEDISTRA Jakarta
      2. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
      3. RS. JAKARTA HEART CENTER (JHC) Jakarta
      4. RS. ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
      5. RS. OMNI PULO MAS Jakarta
      6. RS. DHARMAIS Jakarta.

  13. selamat malam dr. andra, saya esti dari madiun, bapak saya sekarang dirawat dirsu, keluhan bapak selama 3 bulan yang lalu adlh batuk2, saya periksakan ro thorak hasilnya suscp.tbc, saya bawakan ke dr.bambang subarno,SPARU, kemudian mulai pgobtan tb selam 6 bulan, baru brjalan 1 bulan, bapak mngalami mual2 nafsu makan turun, hingga di rawat di rsi madiun, 8 hari dirawat bapak boleh plg, baru semnggu drmh bapak tdk bisa jalan, nyeri kepal, sering jatuh drmh.
    kemudian saya bawa ke rsu, diperiksa ct scan hasinya =ring enhancement multiple,kesan metsatase proses?
    dikonsulkan ke dr.nurhidayat sp.bs dinyatakn ada hidrocepalus+curiga tbc otak, cuma dari hasil ct scan ada gamabran ventrikel yg membesar , dsampingnya ada gambran putih berbatas tegas, akhirnya bapak dioperasi pasang pv shunt 2 hari yg lalu, skrg bapak masih dirawat dirsu,
    yang ingin sya tanyakan apakh penyebab hidrocepalus mmg ada kaitan dgn tbc otak ? apakah mmg ada massa dalm otak bapak dok ?
    apa perlu saya krimkan hasil ct scan nay? kalau mmg iya saya krimkan ke mana?
    mohon bantuannya dok…terimakasih banyak dok./…

    1. Ibu Esti yang terhormat
      Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.

      Sebelumnya saya ingin menyampaikan permohonan maaf saya karena baru dapat membalas tulisan anda saat ini dikarenakan kesibukan yang tidak dapat saya tinggalkan.

      TBC otak atau infeksi otak dapat menyebabkan hidrosefalus karena radang pada otak dapat menutup saluran keluar cairan otak sehingga cairan otak selanjutnya akan menumpuk di dalam otak (hidrosefalus). Selain itu bila infeksi sudah membentuk massa di otak maka massa tersebut dapat menekan dan menutup jalur aliran cairan otak sehingga juga dapat mengakibatkan hidrosefalus.

      Dari hasil CT Scan kepala, jelas menunjukkan adanya massa di dalam kepala. Adanya keterangan “ring enhancement” menunjukkan kemungkinan adanya massa infeksi di dalam jaringan otak, dimana ring enhancement menunjukkan adanya proses infeksi aktif di tepi dari massa.

      Bila memang memungkinkan, anda dapat mengirimkan CT Scan kepala ayah anda ke email saya pada : dr.andra.bs@gmail.com

      Bagaimana keadaan ayah anda sekarang…??

      Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda.
      Terima kasih

      Hormat Saya

      Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
      Neurosurgeon (Dokter Spesialis Bedah Saraf) / Endovascular Neurosurgeon (Neuro-Intervensi)
      Staf Medik Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM
      CEO PT. ALTERLOBE INDONESIA (www.alterlobe.com)
      Konsultan Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit pada PT. QUALEX CONSULTING / QINOVEX (www.qinovex.com)

      Email : dr.andra.bs@gmail.com
      Twitter : @dokter_andra

      Saya dapat ditemui di :
      1. RS. MEDISTRA Jakarta
      2. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
      3. RS. JAKARTA HEART CENTER (JHC) Jakarta
      4. RS. ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
      5. RS. OMNI PULO MAS Jakarta
      6. RS. DHARMAIS Jakarta.

  14. Dok saya mau tanya apa tbc dapat menyebabkan alzhaimer? Atau dapat juga menyebabkan IQjongkok?
    Saya penderita tbc laten dok, dari umur 9 thn sampai sekarang umur 25 thn,masih saja kambuh,dari pengobatan mulai dari suntik selama 1 bulan penuh,sampai pengobatan 6 bulan juga sudah bahkan ditambah 3 bulan jadi total 9 bulan juga sudah,tapi teteq hasilnya nihil.sekarang saya sekarat dok.mati gak hidup gak.tolong dok

    1. Bapak Indra budiato yang terhormat
      Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.

      Pertama-tama saya ingin mengajak anda untuk segera membangkitkan semangat hidup anda serta motivasi anda untuk sembuh. Selama anda masih hidup maka selama itu pula masih ada kesempatan untuk berusaha membaik dan lebih baik lagi. Jangan patah semangat dan terus berusaha mebcapai yang anda inginkan.

      Saya agak bingung kenapa anda bisa sampai mengalami penyakit TBC begitu lamanya. Hal ini mungkin terjadi bila pengobatan TBC anda selama ini tidak tepat atau tidak tuntas. Ini sangat berbahaya karena kuman TBC yang seharusnya mati malahan akan semakin kuat. Selain itu kemungkinan lain adalah anda selalu terpapar dengan sumber infeksi TBC, misalnya orang-orang lain yang memiliki penyakit TBC yang berada di dekat anda secara konsisten selalu menyebarkan kuman TBC pada anda. Ini juga harus segera diputus dan setiap orang di dekat anda harus dievaluasi apakah mengalami penyakit TBC pula. Semuanya harus mendapatkan pengobatan yang lengkap. Khusus untuk anda, segera jalani terapi pengobatan yang benar. Konsultasikan dengan dokter paru atau dokter penyakit dalam anda.

      TBC adalah penyakit radang yang dapat juga menyerang otak. Radang pada otak akan mengakibatkan kerusakan struktur dan fungsi otak. Radang yang berulang-ulang akan mengakibatkan degenrasi sel-sel otak yang oada akhirnya akan mengakibatkan kerusakan dan matinya sel-sel otak tersebut. Hal ini akan menyebabkan munculnya penyakit-penyakit degeneratif otak lainnya termasuk penurunan fungsi intelektual dan kognitif. Alzheimer walau tidak terbukti secara langsung dapat juga terjadi akibat proses degenerasi sel-sel otak tersebut.

      Terakhir, teruslah semangat untuk memperbaiki kesehatan dan kehidupan anda. Selama anda masih hidup maka belum ada yang berakhir.

      Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda.
      Terima kasih

      Hormat Saya

      Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
      Neurosurgeon / Endovascular Neurosurgeon
      Staf Medik FKUI
      CEO PT. ALTERLOBE INDONESIA (www.alterlobe.com)
      Konsultan Kesehatan dan Rumah Sakit pada PT. QUALEX CONSULTING / QINOVEX (www.qinovex.com)

      Email : dr.andra.bs@gmail.com
      Twitter : @dokter_andra

      Saya dapat ditemui di :
      1. RS. MEDISTRA Jakarta
      2. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
      3. RS. JAKARTA HEART CENTER (JHC)
      4. RS. ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
      5. RS. DHARMAIS Jakarta

      1. Dokter ,saya mau bercerita..kakak saya umur 27 tahun ,pada tanggal 27juni 2013 dia pinsan di kamar kost nya dan tdk sadar selama 2hari.setelah dia sadar dia hilang ingatan dan bicaranya kacau kesana kemari..diagnosa dokter adalah tbc miliar,tb otal,spondilosis tb.tindakan dokter pertama adalah memasang selang dikepalanya..dan oprasi kedua adalah oprasi tulang belakang karena ada kerusalan tulang belakang di lumbal 3,4 sehingga dipasang titanium sepanjang 20cm..dan sekarang kakka saya sudah ,boleh pulang dan sudah tidak merasa pusing dengan obat tbc Rifastar dosis 1×4 sehari dr tanggal 9juli-september ,sehabis bulan itu obat diganti dan kata dokter kalau udah merasa baik tdk perlu mnm obt lg.tp setelah itu sekarang kaka saya mengeluh sakit kepala lagi yg hebat.pertanyaan saya,obat tbc yang benar itu apa?berapa lama?bisa kirim di email saya ijuice89_yahoo.com terimakasih banyak..

      2. Ibu Ike Susanti yang terhormat
        Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.

        Saya akan mengirimkan jawaban saya via email ke email ibu ya.
        Apakah email ibu : ijuice89@yahoo.com ??
        Terima kasih

        Hormat Saya

        Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
        Dokter Spesialis Bedah Saraf (Neurosurgeon) / Neuro-Intervensi (Endovascular Neurosurgeon)
        Staf Pengajar dan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)
        CEO PT. ALTERLOBE INDONESIA (www.alterlobe.com)
        Konsultan Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit pada PT. QUALEX CONSULTING / QINOVEX (www.qinovex.com)

        Email : dr.andra.bs@gmail.com
        Twitter : @dokter_andra

        Saya dapat ditemui di :
        1. RS. MEDISTRA Jakarta
        2. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
        3. RS. JAKARTA HEART CENTER (JHC)
        4. RS. ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
        5. RS. Pusat Kanker Nasional DHARMAIS

  15. Assalammua’laikum Wr Wb. Perkenalkan nama saya Arial mandiri, langsung saja Dok! istri saya saat ini sedang dirawat di RS karena Positif TBC, hingga saat ini seluruh tubuhnya tak dapat digerakkan, hanya mata dan jari tangan kanan yang masih dapat digerakkan, seperti orang struk dan hilang kesadaran, padahal usia istri saya baru 26 thn, diagnosa Dokter Syaraf yang menangani istri saya setelah dilakukan CT Scan, penyebabnya adalah HydroCepalus, dikarenakan kuman Tbnya sudah menyebar di otak dan menyumbat saluran pembuangan cairan otak. dokter mengatakan harus dilakukan operasi Shunt. pertanyaan saya adalah : 1. apakah tidak ada cara lain untuk kasus ini selain operasi ?
    2. apa dampak yang ditimbulkan setelah operasi shunt ?
    3. apakah istri saya dapat sembuh dan kembali normal dok ?

    1. Bapak Arial yang terhormat
      Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.

      Saya akan mencoba menjawab pertanyaan bapak.

      1. Hidrosefalus hanya bisa diatasi dengan operasi membuat pintasan yang dapat mengalirkan cairan otak yang terhambat dan tertumpuk di kepala. Namun harus diperhatikan bahwa pemasangan VP Shunt sangat bersiko pada seseorang dengan keadaan terinfeksi, karena selang VP Shunt malah akan membiat infeksi semakin mengganas. Pastikan dahulu dengan benar apakah status infeksi TBC nya sudah stabil.

      2. Bila indikasi operasi VP Shunt memang sudah tepat, dan keadaan infeksi TBC stabil, maka pasca pemasangan VP Shunt kita harap akan ada perbaikan kondisi. Hal ini dikarenakan tekanan di dalam kepala sudah berkurang dan cairan sudah dikeluarkan.

      3. Kesembuhan dan pemulihan sangat bergantung dengan sejauh mana saraf sudah mengalami kerusakan. Hal ini bisa dilihat dari kondisi istri anda sebelum operasi dan sejauh mana gangguan saraf yang sudah terjadi. Terus terang, sudah banyak gejala yang dialami istri anda. Namun kita harus tetap optimis dan berdoa semoga pasca infeksinya sembuh, pemulihan dapat diraih.

      Bagaimana keadaan istri anda saat ini…?

      Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda.
      Terima kasih

      Hormat Saya

      Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
      Neurosurgeon / Endovascular Neurosurgeon
      Staf Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Jakarta
      Email : dr.andra.bs@gmail.com
      Twitter : @dokter_andra

      Saya dapat ditemui di :
      1. RS. MEDISTRA Jakarta
      2. RS. Jakarta Heart Center (JHC) Jakarta
      3. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
      4. RS. Islam Pondok Kopi Jakarta
      5. RS. DHARMAIS Jakarta
      6. RS. PELNI Jakarta

  16. Assalamu’alaikum.

    Istri saya (48th-42Kg-163Cm) terkena tbc kelenjar getah bening (sesuai hasil biopsi benjolan getah bening 26 Juni 2015) saat ini mengalami sakit kepala bagian belakang sangat hebat, apakah hal tsb disebabkan tbc nya sudah sampai ke otak???

    Adapun sakit kepala suka kadang2 terjadi sejak masih gadis jaman dulu, sedangkan adanya benjolan di leher ada sekitar sebulan lalu apakah terkena tbc nya sejak dari gadis???

    Dari dr.Sunhadji Rubangi, Sp bedah diberikan obat rimactane 450mg, pyrazinamide 500mg, ethambutol 500mg dan 3 obat lainnya berupa butiran tablet tanpa nama… Apakah obat tersebut sudah tepat???
    Apakah ada solusi lain yg tepat???

    Semoga sukses dan sehat selalu.
    Terima kasih.

    1. Bapak Abu Hanan yang terhormat
      Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.

      Alhamdulillah hasil biopsi menunjukkan berupa TBC dan bukan diagnosis lain yang lebih berat. Walaupun begitu pengobatan harus diberikan.

      Sakit kepala bisa saja disebabkan oleh infeksi dan radang TBC yang sudah masuk ke dalam kepala. Namun bisa juga dikarenakan hal yang lain. Bila memang sakit kepalanya berat dan berulang, tidak ada salahnya dilakukan pemeriksaan oleh dokter saraf atau bedah saraf serta pemeriksaan penunjang seperti CT Scan atau MRI kepala.

      Bisa juga istri anda mengalami TBC paru sejak dulu, namun karena daya tahan tubuh istri anda cukup baik, gejalanya tidak tampak. Ketika daya tahan tubuhnya menurun, TBC tersebut aktif dan bisa masuk ke kelenjar getah bening serta menjalar ke bagian tubuh yang lain.

      Sata rasa obat TBC yang diberikan sudah tepat, namun pastikan anda kontrol yang teratur dan pengobatan jangan pernah putus.

      Terima kasih

Tinggalkan Balasan ke dokterandra Batalkan balasan