Saya ingin menyampaikan suatu keadaan dan fakta yang banyak saya terima pada pasien-pasien saya khususnya pasien-pasien usia lanjut dan bayi. Sering sekali saya mendapatkan pasien-pasien usia lanjut atau bayi yang mengalami perdarahan di dalam kepala (perdarahan subdural) dengan kondisi biasanya lemas, penurunan kesadaran atau adanya kelumpuhan sesisi tubuh. Bahkan beberapa pasien tiba-tiba kehilangan kemampuan berbicara atau mengalami kejang. Bila saya tanyakan kepada pasien atau keluarga, apakah pasien sebelumnya pernah mengalami kecelakaan atau benturan pada kepala, biasanya dijawab tidak tahu atau tidak pernah. Namun saat saya lebih dalam bertanya dan mencoba mengajak keluarga untuk mengingat lebih baik maka baru diketahui cerita sebenarnya tentang adanya trauma kepala sebelumnya. Alasan yang menyebabkan keluarga atau pasien sendiri tidak ingat adanya riwayat benturan pada kepala adalah karena umumnya benturan tersebut sangat ringan dan bahkan tidak dianggap oleh pasien atau keluarga. Trauma kepala ringan seperti kepala terbentur meja atau kursi, kepala terbentur atap mobil sering sekali tidak diingat oleh setiap orang karena bersifat ringan, gejala hanya nyeri sebentar dan kemudian hilang dengan sendirinya. Namun setelah beberapa minggu atau beberapa bulan bahkan, baru pasien merasakan ada gejala yang timbul secara progresif. RIngannya trauma kepala dan jarak yang cukup lama antara kejadian trauma kepala dengan gejala yang pertama kali muncul mengakibatkan setiap orang bahkan mungkin dokter tidak memikirkan hubungan kedua kejadian ini. Padahal truma kepala ringan itulah awal dan penyebab kejadian perdarahan di kepala yang dapat berakibat fatal tersebut.
Perdarahan subdural (subdural hematom; SDH) adalah suatu perdarahan yang terjadi di antara otak dengan lapisan pembungkus otak (duramater). Perdarahan ini disebabkan robeknya pembuluh darah balik (vena) yang terletak di antara otak dan lapisan pembungkus otak atau robeknya pembuluh darah nadi (arteri) yang terletak di permukaan otak. Perdarahan biasanya bertambah sedikit demi sedikit sehingga gejala yang timbul pertama kali setelah beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan pasca trauma kepala. Gejala yang tersering berupa sakit kepala, kejang, kelemahan anggota gerak dan kesulitan berbicara.
Secara rutin saya selalu mendapatkan dan melakukan tindakan operasi pada pasien-pasien usia lanjut dan bayi tersebut setiap bulannya. Jumlahnya juga tidak sedikit yaitu sekitar 2 sampai 3 setiap bulan. Tindakan operatifnya juga tidak terlampau sulit dan tidak terlalu membutuhkan waktu yang lama. Tindakan yang kita lakukan berupa membuat satu atau dua buah lubang untuk kemudian mengalirkan darah tersebut keluar sekaligus membilas dengan menggunakan cairan fisiologis yang steril. Selanjutnya saya cenderung meninggalkan sebuah selang “drain” untuk mengeluarkan sisa-sisa darah selama perawatan di rumah sakit. Hasil dari operasi juga sangat memuaskan, Umumnya keluhan yang dirasakan sebelum operasi akan segera atau berangsur-angsur berkurang. Sakit kepala akan menghilang dan kelemahan anggota gerak serta gangguan bicara akan membaik. Gejala kejang masih mungkin terjadi namun hal ini harus diterapi juga dengan obat-obatan. Pasien biasanya akan pulang ke rumah pada hari ke 5 pasca operasi dengan keadaan yang sangat baik. Temuan saya pada saat pasien-pasien tersebut kontrol setelah pulang adalah seluruh gejala sebelumnya yang dirasakan berkurang bahkan menghilang.
Yang saya sampaikan di atas adalah cerita baik dari suatu kejadian perdarahan subdural. Ada juga beberapa kasus yang menolak tindakan operasi karena merasa gejala tidak terlalu serius. Namun setelah beberapa waktu tiba-tiba kondisi pasien sangat menurun dan jatuh dalam keadaan yang bergantung pada alat bantu nafas serta kesadaran yang sangat jelek. Hal ini akan semakin sulit ditolong walau dengan tindakan operasi sekalipun. Ada juga pasien-pasien yang menolak tindakan operasi dan kemudian mengalami perburukan keluhan kejang sehingga sulit untuk dikontrol. Semua ini terjadi karena penundaan tindakan operasi pada perdarahan subdural tersebut. Gejaa defisit neurologis dapat menjadi permanen.
Sebagai kesimpulan, bila anda mempunyai orangtua atau anak kecil/bayi dengan gejala-gejala seperti diatas dan dengan riwayat trauma yang tidak jelas, segera lakukan pemeriksaan termasuk CT Scan kepala. Segeralah mendapatkan pertolongan medis dari dokter khususnya dokter bedah saraf untuk membuang darah yang ada. Tindakan yang diberikan dengan cepat akan membuahkan hasil yang sangat baik tanpa ada kecacatan lebih lanjut.
makanan apa yang bisa membantu proses penyembuhan pasca operasi ya . .
Ibu Dewi Kartika yang terhormat
Tidak ada makanan spesifik yang mempercepat penyembuhan pasca operasi. Pada prinsipnya hanya dibutuhkan kalori yang cukup untuk tubuh pada saat proses pemulihan. Makanan yang cukup nilai gizinya dan seimbang adalah yang terbaik. Makanan yang tinggi protein diperlukan untuk mempercepat penyembuhan luka operasi. Bila pasien memiliki faktor resiko pada penyakit yang dimilikinya maka makanan yang mempertinggi kejadian faktor resiko tersebut sebaiknya dihindarkan.
Hormat Saya
Dokter Andra (Dr. M. Radhian Arief, SpBS)
Neurosurgeon / Endovascular Neurosurgeon
Praktek :
1. RS MEDISTRA Jakarta
2. RS OMNI PULO MAS
3. RSCM / RSCM Kencana
4. RS Islam Pondok Kopi Jakarta
dokter, putri saya rena pernah terjatuh di usia 15bln ketika sedang merangkak yg mengenai bagian kepala dekat telinga kanan. saat jatuh seluruh badannya jadi kaku utk beberapa menit. lalu 2jam keMudian ia kejang2. dan kemudian setiap kecapek an n demam kejangnya slalu berulang. setelah 4bln kejadian ia terjatuh, baru ada dsa yg menyarankan dilakukan MRI. tapi hasil MRI tsb menurut dsa nya bagus tidak ada tanda2 akibat benturan… yg tarmpak. hingga usianya 3th ini dia masih sering kejang n minum obat.
yang saya pertanyakan adakah penyebab kejang tsb berhubumgan dg jatuhnya? tapi kenapa dsa nya bilang tidak ada?
bagaimana pengobatannya?
trms
Ibu Ratmi yang terhormat
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
Kejang merupakan keluhan akibat gangguan persarafan di otak yang termasuk sering dialami oleh anak-anak. Kejang memiliki variasi yang besar dan faktor-faktor penyebab yang sangat banyak. Dari cerita yang ibu sampaikan, kejang yang dialami anak ibu kemungkinan besar memang disebabkan trauma yang dialami anak pada waktu itu. Benturan pada kepala dapat mengakibatkan cedera pada permukaan otak dalam bentuk pembengkakan, perdarahan atau robeknya jaringan otak. Kadang dalam jumlah atau ukuran yang sangat kecil, hal ini tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan MRI, walaupun dapat menghasilkan gejala kejang.
Mungkin memang benar apa yang dilihat dokter anak pada MRI kepala anak ibu tidak menunjukkan adanya kelainan. Tapi gejala kejang berulang tidak boleh disepelekan. Apalagi hingga usia anak ibu sudah mencapai 3 tahun dan kejang masih sering terjadi (bahkan sudah mendapatkan terapi obat-obatan). Hal ini menunjukkan bahwa terapi yang selama ini diberikan belum adekuat atau belum tepat mengenai sasaran. Saya sangat mengharapkan agar dokter spesialis anak ibu segera mencari terapi atau obat-obatan yang adekuat atau tepat, baik jenis obat atau dosis obat.
Dari cerita ibu, saya juga mencurigai anak ibu kemungkinan sudah masuk dalam status atau penyakit yang disebut dengan “epilepsi”. Memang pada sebagian epilepsi, kejang berulang yang terjadi tidak diketahui penyebabnya (dan hal ini mugnkin juga terjadi pada anak ibu). Namun demikian, tetap sama saja bahwa si anak harus mendapatkan terapi obat-obatan yang adekuat agar kejangnya benar-benar terkontrol.
Saya benar-benar sangat berharap agar masalah kejang ini segera diselesaikan karena setiap anak ibu kejang, maka setiap saat itu pula aliran darah dan oksigen ke otak terhenti. Akibatnya kerusakan otak aan semakin bertambah dan bertambah berat. Obat untuk kejang (anti kejang) sudah tersedia dengan berbagai jenis dan dosis yang diinidikasikan untuk berbagai jenis kejang. Dokter spesialis anak harus pandai memilih obat dan dosis yang cocok untuk anak ibu. Lebih baik lagi bila ibu membawa anak ibu berobat ke dokter spesialis anak yang memfokuskan diri pada saraf anak (dokter spesialis neurologi anak). Dokter ini adalah memang dokter anak yang mendalami masalah saraf dan otak anak termasuk kelainan kejang pada anak.
Demikian dulu dari saya, semoga dapat menambah informasi dari ibu. Bila memungkinkan, ibu dapat mengirimkan MRI kepala anak ibu ke saya, melalui email saya : dr.andra.bs@gmail.com
Terima kasih.
Hormat Saya
Dokter Andra (Dr. Muhammad Radhian Arief, SpBS)
Neurosurgeon / Endovascular Neurosurgeon
Staf Medik Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM
Email : dr.andra.bs@gmail.com
Twitter : @dokter_andra
Praktek :
1. RS MEDISTRA Jakarta
2. RS OMNI PULO MAS Jakarta
3. RSCM / RSCM Kencana Jakarta
4. RS Islam Pondok Kopi Jakarta
5. RS Hermina Jatinegara / RS Hermina Bekasi Barat
terima kasih atas tanggapannya Dok.
seandainya saya bisa konsultasi langsung dengan dokter…
saya tidak tahu bagaimana cara mengirim hasil MRI nya lewat email karna berupa filem seperti hasil ronsen..
saya juga belum bisa dapatkan informasi adanya dokter neurologi anak di kota saya (palembang).
tentang putri saya, saya tahu istilahnya memang menderita “epilepsi” tapi dengan penyebab yg berbeda dari kebanyakan epilepsi yg diketahui banyak orang. karna dari yang saya baca dan jg saya hadapi langsung kejadiannya 2 th lalu putri saya mengalami “epilepsi pasca trauma kepala” khususnya dekat telinga bagian kanan (lobus temporal). ini dr yg saya baca n bukan dari dsa nya..
oya dok, putri saya minum tegretol 225mg n piridoxin 15mg (disesuaikn dg berat badan) sudah jalan 2th. kalau tidak ada kejang sampai desember ini, kata dsa nya dosis obatnya baru diturunkan. tapi bulan ini ternyata kejangnya kambuh lagi 2kali. inilah yg membuat saya khawatir, padahal dah setahun lebih ga kejang tiba2 kejang lg (memang karna sedang panas n kecapek an). apakah ini berarti putri saya akan bergantung dg obat utk seterusnya? bagaimana dg efek sampingnya? bagaimana dg masa depannya?
kalau hasil MRI tidak bs membantu utk mngetahui kelainan pada otaknya lalu dg cara apa yg bisa mengetahuinya? krna harapan saya saat ini adalah diketahuinya kelainan pada otak putri saya (yg saya yakini karna pernah jatuh saat merangkak tsb) dan kemudian bisa diatasi atw diobati kelainan tsb. karna kalau hanya terapi obat tp penyebabnya tidak diatasi akan percuma..
utk informasi, sampai saat ini putri saya belum bisa bicara, masih bisa dihitung jari kata2 yg bisa diucapkannya sprti: ayah, num, dadaa, n cici (pipis). tp alhamdulillah ia bisa mengerti kalau disuruh melakukan sesuatu..
Ibu ratmi yang terhormat
Biasanya foto MRI dapat dikirimkan dengan mengambil gambar MRI nya terlebih dahulu dengan kamera dan kemudian menyimpannya dalam bentuk file di komputer yang kemudian dikirimkan melalui email.
Tidak sedikit pasien yang memang ketergantungan obat anti kejang seumur hidup untuk mengatasi dan mengkontrol serangan kejang yang dialaminya. Oleh karena itu banyak obat kejang yang dibuat untuk penggunaan jangka waktu sangat panjang. Dokter tetap menggunakan protokol bahwa setelah penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama dan kejangnya terkontrol, maka dosis obat akan diturunkan secara bertahap. Namun bila serangan kejang terjadi kembali maka dosis obat terpaksa dikembalikan ke dosis semula. Obat anti kejang yang diproduksi untuk penggunaan jangka panjang, dibuat sedemikian rupa agar memiliki efek samping yang sangat minimal atau bahkan tidak ada. Sehingga penggunaan dalam jangka panjang tidak akan mengganggu fungsi tubuh yang lain seperti fungsi ginjal atau fungsi liver. Saya lebih khawatir terhadap serangan kejang yang berulang dibandingkan dengan efek samping obat anti kejang terhadap masa depan anak ibu. Karena setahu saya, obat anti kejang untuk jangka panjang tidak memiliki efek sampaing yang signifikan. Sedangkan serangan kejang berulang dapat merusak otak si anak secara permanen.
Kelainan otak yang tidak terlihat pada MRI atau pemeriksaan pencitraan lainnya pada anak dengan serangan kejang berulang lebih mengarahkan penyakit si anak kepada epilepsi. Epilepsi adalah serangan kejang berulang tanpa ada kelainan yang terlihat jelas pada struktur otak. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan “EEG” (Electro Encephalography) untuk melihat gelombang listrik otak. Melalui EEG dapat diketahui gangguan listrik di otak tempat asalnya kejang. Hal ini dapat membantu menduga lokasi penyakit dan kira-kira penyakitnya apa.
Demikian dulu dari saya, semoga dapat menambah informasi bagi ibu.
Terima kasih
Hormat Saya
Dokter Andra (Dr. M. Radhian Arief, SpBS)
Neurosurgeon / Endovascular Neurosurgeon
Staf Medik Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM
Email : dr.andra.bs@gmail.com
Twitter : @dokter_andra
Praktek :
1. RS MEDISTRA Jakarta
2. RS OMNI PULO MAS Jakarta
3. RSCM / RSCM Kencana Jakarta
4. RS Islam Pondok Kopi Jakarta
Dr. Andra yang terhormat,
Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan Dokter membaca dan merespon pertanyaan saya. Pada waktu anak saya berusia 10 bulan (Maret 2009), dia sempat jatuh dan mengalami muntah-muntah. Oleh dokter di Makassar, kami disarankan untuk melakukan ct scan. Hasil ct scan adalah sebagai berikut: Soft tissue swelling extracalvaria regio temporal kiri. Os. Mastoid kiri tidak intak. Subcalvaria cranii tak tampak lesi patologik. Cortical sulci, gyri dan fissura Sylvian normal. Deferensiasi white dan gray matter baik. Tak tampak tanda-tanda mass effect atau soi pada kedua hemisfer cerebri. Tak tampak lesi hiperdens atau hipodens. Pons dan cerebellium densitas normal. Tak tampak pergeseran garis tengah. Sistem ventrikel, sisterna dan ruang subarachnoid baik. CPA, sela dan parasela normal. Lesi 55,26 HU di dalam sinus sphenoid kanan dan kiri. Sinus paranasalis lain dan aircells mastoid bersih. Kesan: Tak tampak hematom dan edema intercerebri, infark atau sol. Hematonis sphenoid, faktur basis cranii? Fraktur os, mastoid kiri. Soft tissue swelling temporal kiri.
2,5 bulan kemudian, anak kami mengalami hal yg serupa lagi dan oleh dokter (yang lain)dianjurkan untuk ct scan lagi. Hasilnya: Densitas dan differensiasi white dan grey matter cerebral tampak normal. Tidak tampak mass effect maupun midline shift.Ruang-ruang subarachnoid dan sistem ventrikel tampak normal. Basal ganglia, sella turcica dan daerah parasellar tampak normal. Cerebellum, pons dan sudut cerebellopontin tampak normal. Tulang-tulang basis dan calvaria cranii: garis fraktur pada os temporalis kiri mulai menutup. Tak ada fraktur baru. Sinus paranasalis air-cell mastoid yang tervisualisasi terlihat normal. Kesan: tak tampak hematoma intracranial. Tak tampak fraktur baru.
Beberapa waktu kemudian saya baru mengetahui dari internet, bahwa ct scan terutama pada anak ternyata sangat berbahaya. Dok, saya sangat merasa bersalah sekali pada anak saya. Saya sangat terpukul dan sangat menyesal mengapa anak saya harus ct scan.
Yang ingin saya tanyakan:
1. Apakah semua anak yang pernah melakukan ct scan pasti terkena penyakit kanker di kemudian hari?
2. Berapa lama efek samping dari ct scan akan terlihat? Apakah dalam waktu 5 tahun? Atau 10 tahun? Terus terang, dok, sudah lama sekali saya cemas dan khawatir terus mengenai masa depan kesehatan anak saya. Apa yang harus saya lakukan supaya tahu apakah efek samping ct scan itu sudah terjadi atau tidak? Contoh:leukimia. Apakah harus cek darah setiap tahun atau apa yg harus dicek, Dok?
3. Di leher anak saya ada muncul beberapa benjolan kecil. Apakah itu efek dari ct scan, dok? Menurut dokter anak disini itu hanya kelenjar getah bening yang biasa ada pada anak-anak. Saya sudah ketakutan sendiri, dok, dan sangat takut apabila benjolan itu sampai mengarah ke kanker getah bening.
4. Saya pernah membaca di internet bahwa petugas yg bertugas seharusnya memperkecil dosis radiasi yg diberikan kepada anak kecil. Tetapi karena pada saat itu saya belum tahu resikonya, maka saya tidak menanyakan kepada petugas tersebut.
5. Saya sepenuhnya sadar bahwa semua itu sudah terjadi dan tidak ada gunanya menyesalinya lagi. Yang ingin saya tanyakan, apakah ada cara untuk meniadakan kemungkinan penyakit berbahaya akibat ct scan tersebut dok? Apakah dengan memperbanyak makanan bergizi bisa membantu meniadakan akibatnya ataukah akibat itu tetap ada? Apa saja cara-cara yg bisa kami lakukan selaku orgtua untuk meniadakan akibat-akibatnya, Dok?
Terima kasih banyak sebelumnya kami ucapkan, Dok. Semoga Dokter selalu dilimpahi berkat dan kemurahan Tuhan karena sudah banyak membantu orang-orang. Amin. Dari: Veni.
Ibu Veni yang terhormat
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
Sebelumnya saya ingin mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya karena baru membaca dan membalas tulisan ibu sekarang. Saya baru pulang dri kegiatan di luar kota sehingga sedikit berhalangan dalam membuka blog saya.
Tindakan CT Scan kepala pada anak dengan muntah-muntah pasca trauma kepala (jatuh) adalah tindakan yang tepat. Saya juga akan pasti menganjurkannya untuk dilakukan. Perdarahan di dalam kepala yang tidak diketahui dan tidak ditatalaksana dengan baik akan mengakibatkan kematia atau kecacatan permanen, dan CT Scan merupakan modalitas yang terbaik untuk mengetahui kemungkinan adanya perdarahan di dalam kepala.
Saya cukup mengerti mengenai kekhawatiran ibu terhadap radiasi akibat CT Scan. Saya juga tidak menyalahkan ibu membaca tentang resiko penyinaran CT Scan terhadap munculnya penyakit-penyakit seperti tumor atau kanker. Saya akan berusaha menjawab pertanyaan ibu, sebagai berikut :
1. Tidak. Sangat salah bila menganggap bahwa CT Scan sebagai penyebab kanker utama. Memang benar bahwa sinar radiasi Ct Scan merupakan faktor resiko terhadap kejadian kanker namun bila digunakan dalam dosis yang sangat tinggi dan sangat sering. CT Scan kepala yang dilakukan untuk anak ibu pasti sudah diatur sedemikian rupa dalam dosis yang aman dan frekuensi CT Scan yang dilakukan terhadap anak ibu juga jauh dari sering. Penyebab pasti kanker dan tumor hingga saat ini belum diketahui dengan pasti.
2. Saya tidak dapat mengatakan berapa lama efek CT Scan terhadap kejadian suatu penyakit kanker atau lainnya karena saya belum pernah mendapatkan kasus pasien yang mengalami kanker atau tumor akibat CT Scan. Pasien-pasien saya yang masih bayi dan anak kecil banyak yang mendapatkan pemeriksaan CT Scan yang lebih sering dari anak ibu dan alhamdulillah hingga sekarang tidak ada komplikasi seperti yang ibu khawatirkan.
3. Untuk benjolan pada leher, saya setuju dengan dokter anak ibu. Pembesaran kelenjar getah bening pada anak kecil sangat sering dan wajar karena setiap ada infeksi kuman baik ringan atau sedang, sudah dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar.
4. Setiap petugas CT Scan pasti sudah mengetahui dosis yang tepat dan aman untuk setiap pasien untuk setiap umur. Lagi pula, semua mesin CT Scan sudah diprogram sedemikian rupa sehingga akan mengeluarkan dosis radiasi yang aman asal jangan digunakan terlalu sering dan dikalibrasi dengan baik.
5. Cara terbaik adalah menjaga asupan gizi dan nutrisi dengan baik. Jaga kesehatan anak secara umum. Tidak perlu ada cara yang khusus.
Kesimpulan dari saya adalah sangat baik ibu menyadari setiap resiko dan ancaman penyakit pada anak termasuk akibat penggunaan zat radiasi. Kita juga harus selalu was-was terhadap semua faktor-faktor resiko. Namun ibu juga harus tidak boleh terlalu panik dan khawatir. Tatalaksana medis baik diagnostik maupun terapi sudah diprogram sedemikian rupa agar aman bagi setiap pasien.
Demikian dari saya, semoga dapat membantu ibu dan memberikan ketenangan pada ibu.
Terima kasih untuk doanya. Saya meng-AMIN kan. Mudah-mudahan doa ibu dikabulkan. Saya harap saya dapat didoakan terus oleh ibu dan keluarga.
Salam untuk keluarga.
Terima kasih
Hormat Saya.
Dokter Andra (Dr. M. Radhian Arief, SpBS)
Neurosurgeon / Endovascular Neurosurgeon
Staf Medik Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM
Email : dr.andra.bs@gmail.com
Twitter : @dokter_andra
Saya dapat ditemui di :
1. RS MEDISTRA Jakarta
2. RS OMNI PULO MAS Jakarta
3. RSCM / RSCM KENCANA Jakarta
4. RS Islam Pondok Kopi Jakarta
Dokter Andra yang terhormat,
Kami sekeluarga berterima kasih banyak atas jawaban dan penjelasan yang Dokter berikan. Sekali lagi, terima kasih, Dokter.
Sama-sama.
Semoga diberikan kesehatan dan kebaikan selalu untuk ibu dan keluarga ya.
Salam
Dokter Andra
Neurosurgeon
Dokter Andra yang terhormat,
Beberapa bulan yang lalu ibu saya terkena benturan benda tumpul di kepala bagian atas akibat benturan tersebut ibu saya merasa pusing sesaat seperti yang beliau ceritakan kepada saya, namun akhir-akhir ini yang saya perhatikan dari ibu saya adalah sering pelupa untuk kejadian yang baru-baru di lakukan dan kadang seperti kebingungan namun untuk memory yang lama ibu saya masih sangat bagus untuk mengingatnya dan untuk melaksanakan kegiatansehari-haripun tidak ada masalah. Ibu saya juga bercerita sering nyeri sesaat dibagian kepala yang terkena benturan tersebut, usia ibu saya sudah 52 tahun, jadi menurut Dokter tindakan apa yang baik dilakukan terlebih dahulu untuk pengobatan
Terima kasih banyak sebelumnya saya ucapkan, Dok. Semoga Dokter selalu dilimpahi Keberkahan dan Rahmat Allah.SWT karena sudah banyak membantu orang-orang. Amin. Dari: Riki
Bapak Ricky yang terhormat
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
Sebelumnya saya ingin menyampaikan permohonan maaf saya karena baru dapat membalas tulisan bapak saat ini.
Gejala yang ibu anda alami adalah suatu “kelupaan jangka pendek” atau dalam bahasa medis disebut dengan amnesia. Ini bisa merupakan akibat dari trauma kepala yang dialami beliau. Biasanya amnesia yang terjadi adalah pasien tidak dapat mengingat kejadian trauma yang dialami dan kesulitan mengingat dan menjaga memori jangka pendek.
Namun selain gejala gangguan memori jangka pendek, sepertinya ibu anda tidak mengalami gangguan lainnya. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada gejala akut atau emergensi yang harus diwaspadai. Tetapi untuk kasus gangguan memori ini saya rasa jangan diremehkan juga. Bila memang tidak ada perbaikan hingga beberapa bulan pasca trauma kepala maka sebaiknya diperiksakan lebih lanjut ke dokter. Anda dapat membawa ibu ke dokter saraf atau dokter bedah saraf. Tindakan pemeriksaan MRI kepala mungkin diperlukan.
Pusat memori kita berada di bagian otak yang disebut dengan “sistem limbik”. Bagian ini merupakan suatu struktur yang kompleks dan rumit serta mempunya peran yang banyak untuk memanusiakan manusia. Bila terjadi gangguan memori maka bisa saja terdapat gangguan pada sistem ini. Selain itu kemungkinan penyakit lain pada orangtua yang mengalami gangguan ingatan adalah yang disebut dengan penyakit “Normotensi Hidrosefalus (NPH)”. Pada penyakit ini selain amnesia biasanya disertai juga dengan gangguan koordinasi/keseimbangan dan gangguan berkemih/suka mengompol.
Terakhir bila memang setelah diperiksakan semuanya dalam keadaan normal maka bisa saja ibu anda mengalami suatu gangguan yang disebut dengan demensia, yaitu gangguan memori progresif yang disebabkan degenerasi otak. Ciri-ciri nya adalah bahwa gangguan memori ini akan semakin berat sehingga ibu anda bahkan tidak akan bisa melakukan aktifitas rutin sehari-hari.
Saya berharap bahwa ibu anda hanya mengalami gangguan memori sementara.
Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda dan ibu anda.
Terima kasih
Hormat Saya
Dokter Andra (Dr. M. Radhian Arief, SpBS)
Neurosurgeon / Endovascular Neurosurgeon
Staf Medik Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM
Email : dr.andra.bs@gmail.com
Twitter : @dokter_andra
Saya dapat ditemui di :
1. RS MEDISTRA Jakarta
2. RS OMNI PULO MAS Jakarta
3. RS ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
4. RS RAWALUMBU Bekasi
5. RSCM / RSCM KENCANA Jakarta
Doktr andra yang budiman, saya punya bayi umur 9,5 bln.sebulan yang lalu jatuh dari tempat tidur.benturannya keras sekali.ia langsung nangis,tdk ada muntah/kejang.doktr menyarankan utk ct scan&hasilnya sbb: sulkus kortikalis&fissura tampak normal,sistem ventrikel&sisterna tampak normal,tak tampak midline shift,diferensiasi substantia alba&grisea tampak normal,tak tampak lesi hipodens pd parenkim otak,tampak lesi hiperdens bentuk bikonveks pd konveksitas os occipital,tampak hematom subgaleal pd regio tsb.cerebellopontine angle tmpk normal,pons&cerebellum tampak normal,bulbus okuli&kavum orbita tmpk normal,sinus paranasal tmpk normal,mastoid air cell tampk normal,calvaria tampak intak.kesan: epidural hemorrhage pd konveksitas os Occipital.tak tampk fraktur pd calvaria.oleh doktr saraf (rs.awal bros tangerang)diketahui ada pendarahan sebanyak 10 cc.lalu bayi sy diberi resep BrainAct& vit lainnya dlm bentuk puyer.dua hari kemudian sy datang lg dg membawa hsl ct scan sbb:masih tampak lesi hiperdens bentuk bikonveks pd regio occipito-parietal kanan,dibnding ct scan sblum’y byk berkurang.kesan: epidural hemorrhage pd konveksitas os occipito-parietal kanan sdh brkurang signifikan.fraktur pd calvaria regio oksipital kanan.menurut doktr,cairannya tinggal 1 cc lg.anak sy hrs byk istirahat&masa penyembuhannya selama 1 bln, tdk boleh terkena benturan/gerakan kasar.tidur diayun pun tdk boleh.alhasil sampai sekarang digendong terus karena takut kenapa2 lg.sebulan berlalu,sy pun beranikan diri utk melepasnya(meskipun takut) dg pengawasan sy tentunya.saat ini anak sy sdh mulai bs merangkak.yg ingin sy tanyakn adalah:
1.Apakah hasil ct scan anak sy tergolong cedera yang ringan,sedang,atau parah?mohon penjelasannya.
2.apakah anak sy akan mengalami pndarahan kembali jika suatu saat terkena benturan, meski itu ringan?semisal terbentur kasur saat kepalanya oleng saat belajar merangkak?lalu sampai kapan ia benar2 bs dipastikan sembuh&tdk akan ada pndrahan lg?&apakah anak sy sdh mulai boleh tidur diayunan lg?krn ia lebih nyenyak tidur diayunan&tidurnya lebih lama.
3.Bagaimana seharusnya cara memperlakukan anak sy?disatu sisi sy ingin membiarkannya merangkak kesana kemari agar perkmbangannya terus meningkat&tdk terhambat(selama ini Sy menggendongnya terus)tp disisi lain sy masih takut ada pendarahan lg(anak sy aktif sekali)
Demikian pertanyaan dr sy.semoga dokter berkenan menjawab kegalauan hati sy dalam menjaga anak sy yg masih dalam penyembuhan ini.terimakasih banyak sebelummnya.salam hangat!
Bapak Imas yang terhormat
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
Sebelumnya saya ingin menyampaikan permohonan maaf karena baru dapat membalas tulisan bapak saat ini.
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan bapak.
1. Dari hasil CT Scan kepala dikatakan anak bapak mengalami “Perdarahan Epidural”. Hal ini menunjukkan adanya perdarahan yang terletak di atas selimut otak dan dibawah tulang kepala. Keadaan ini tidak merusak otak sama sekali apalagi bila jumlah perdarahannya tidak banyak (hanya 10 cc). Namun tetap harus dianggap bahwa setiap perdarahan di dalam kepala adalah kasus emergensi yang harus endapatkan tatalaksana segera dan memiliki ancaman jiwa. Untuk kasus anak bapak, menurut saya tidak ada kerusakan otak yang terjadi. Dan setelah sekian lama masih dalam keadaan baik artinya saat ini kondisi sudah dapat dikatakan aman.
2. Untuk anak kecil yang tulang kepalanya masih sangat rapuh maka benturan ringan pun akan memberikan resiko perdarahan yang lebih besar bila dibandingkan dengan orang dewasa. Tetaplah dijaga dengan ekstra hati-hati agar benturan kepala tidak terjadi lagi. Perdarahan epidural umumnya disebabkan oleh retaknya tulang kepala yang selanjutnya mengakibatkan perdarahan. Saya yakin saat ini kondisi anak bapak sudah dapat dikatakan stabil dan aman. Anak bapak sudah boleh tidur di ayunan kembali.
3. Jangan pernah menghambat tumbuh kembang anak. Biarkan anak beraktifitas sesuai dengan usianya termasuk pergerakannya. Kita orangtua memang harus lebih was-was terhadap kemungkinan terjadinya cedera pada anak. Biarkan anak bapak merangkak kesana kemari karena itu merupakan proses tumbuh kembang yang normal. Ciptkan suasana dan lingkungan yang aman untuk anak dan untuk tumbuh kembang anak. Perdarahan akan terjadi lagi bila kepala anak mengalami benturan kembali.
Demikian dulu dari saya, semoga saya dapat membantu bapak.
Terima kasih
Hormat Saya
Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
Neurosurgeon / Endovascular Neurosurgeon
Staf Medik Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM
Email : dr.andra.bs@gmail.com
TWitter : @dokter_andra
Saya dapat ditemui di:
1. RS MEDISTRA Jakarta
2. RS OMNI PULO MAS Jakarta
3. RS Islam Pondok Kopi Jakarta
4. RSCM / RSCM Kencana Jakarta
5. RS Rawalumbu Bekasi
Terimakasih dok atas pnjelasannya.jika berkenan,sy ingin bertanya lagi.mudh2n dokt bersedia mnjawabnya;
1.Akibat benturan/epidural hemorrhage tsb, adakah efek samping bersifat jangka panjang akan terjadi suatu saat nanti (jika kelak anak saya sdh balita/dewasa), spt misalnya kepala akan pusing/kejang(mudah2an tdk yah dok).jika itu terjdi,langkah apa yang pertama harus sy lakukan?
2.Perlukah sy memberinya vitamin otak spt prolacta with DHA for baby?amankah bagi dia dgn riwayat Benturan tsb?
3.Saya pernah mendengar bahwa jika kita memarahi/membentak anak yg msh balita,maka pada saat itu jg sel2 saraf otaknya akan putus.benarkah itu dok?apa hubungannya yah?
Terimakasih.itu dulu dok smoga doktr tdk bosan membalasnya dan Allah senantiasa memberi rahmatNya atas kebaikan dokter dlm memberikan penjelasan&informasi kepada orang2 yg awam spt sy ini.amien..
Bapak Imas yang terhormat
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan pertanyaan bapak.
1. Pada perdarahan epidural/epidural hemorrhage, tidak ada saraf otak yang rusak bila pertolongan diberikan dengan segera. Hal ini ditandai dengan biasanya kesadaran langsung membaik pasca perdarahan dibuang atau dihentikan. Sehingga hasilnya pada jangka panjang tidak akan ada keluhan yang bermakna. Mungkin akan ada beberapa episode gejala pusing di masa yang akan datang, namun hal ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena anak lama kelamaan akan beradaptasi dengan keadaan ini. Bila terjadi keluhan hebat di masa yang akan datang maka yang harus segera dilakukan adalah pemeriksaan CT Scan kepala kembali secepatnya.
2. Boleh saja diberikan vitamin. Namun menurut saya vitamin sehebat apapun tidak akan mampu mengalahkan kehabatan zat gizi dari makanan sehat dan baik.
3. Hal tersebut sama sekali tidak benar. Dimarahi tidak akan mengakibatkan kerusakan saraf atau putusnya saraf. Namun tumbuh kembang otak anak sangat dipengaruhi oleh cara kita mendidik anak.
Terima kasih untuk doanya Bapak Imas. Semoga doa anda dikabulkan Yang Maha Kuasa. Mohon saya didoakan terus ya. Semoga anak Bapak diberikan kebaikan dan kesehatan selalu.
Terima kasih
Hormat Saya
Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
Neurosurgeon / Endovascular Neurosurgeon
Staf Medik Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM
Email : dr.andra.bs@gmail.com
Twitter : @dokter_andra
Saya dapat ditemui di :
1. RS MEDISTRA Jakarta
2. RS OMNI PULO MAS Jakarta
3. RS Islam Pondok Kopi Jakarta
4. RSCM/RSCM KENCANA Jakarta
5. RS Rawalumbu Bekasi
Dokter Andra yg terhormat,
tepat pagi ini ibu saya (61 tahun) terbentur lemari cukup keras pada bagian kepala atas dekat dahi. Beliau merasa pusing sesaat pada waktu terbentur, dan malam ini terdapat benjolan cukup besar pada bagian kepalanya akibat terbentur tadi. Saya ingin tanyakan, apakah harus CT scan untuk mengetahui ada gangguan atau tidak? Kalau Beliau hanya ingin diolesi arak pada kepalanya, apakah tindakan tersebut sudah cukup benar? Terimakasih sebelumnya untuk jawabannya.
Ibu felicia yang terhormat
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
CT Scan kepala memang merupakan pemeriksaan yang paling ideal pasca trauma kepala. Namun bila kesadaran ibu anda baik dan tidak ada gejala yang berat atau memberat maka mungkin CT scan tidak diperlukan. Pastikan bahwa dalam 2 x 24 jam tidak akan ada gangguan yang berat yang terjadi pada ibu anda..
Benjolan di kepala bisa menjadi pertanda adanya memar atau pembengkakan jaringan lunak atau otot. Selain itu dapat juga menjadi pertanda adanya perdarahan di bawah kulit. Hal ini bukan merupakan ancaman yang serius dan pada akhirnya akan diserap dengan sendirinya oleh tubuh.
Tindakan diolesi dengan arak merupakan tindakan dan pendapat medis tradisional. Saya tidak memiliki pengetahuan mengenai ini. Namun bila manjur, ya apa salahnya dicoba, bukankah begitu ibu….???
Bagaimana dengan kondisi ibu anda sekarang, ibu felicia….???
Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu ibu.
Terima kasih
Hormat Saya
Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
Neurosurgeon (Spesialis Bedah Saraf) / Endovascular Neurosurgeon
Staf Medik Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM
CEO PT ALTERLOBE INDONESIA
Consultant in QINOVEX Consulting (PT QUALEX CONSULTING)
Email : dr.andra.bs@gmail.com
Twitter : @dokter_andra
Saya dapat ditemui di :
1. RS MEDISTRA Jakarta
2. RS OMNI PULO MAS Jakarta
3. RS ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
4. RSCM / RSCM Kencana Jakarta
5. RS RAWALUMBU Bekasi
6. RS JAKARTA HEART CENTER (JHC) Jakarta –> coming soon
Dokter, bayi kami usia 10 bln baru sj jatuh dr tempat tidur dgn ketinggian +-75cm. Terdapat benjolan pd sisi kanan kepala yg melebar. Tidak muntah atau kejang. Setelah km bawa ke UGD disarankan ke doctor bedah. Dokter bedah menyarankan utk di ronstgen ( bkn CT Scan ). Dari hasil ronstgen dikatakan Ada pendarahan dibawah kulit dan ternyata benjolan yg melebar tersebut berisi darah dan dilakukan tindakan dgn cara mengeluarkn cairan darah tersebut dgn disedot memakai suntikan ( +- 10cc ). Setelah 3 hr benjolan tersebut membengkak lg lalu dilakukan tindakan lg dgn cairan darah segar 30cc. Saya bingung kenapa cairan bertambah byk? Dokter bedah tidak memberikan jawaban yg sy ingin ketahui dgn jelas. Hanya dianjurkan kontrol 3 hr lg. bagaimana ini Dokter…km bingung apakah harus mencari dokter lain? Apakah berbahaya untuk bayi kami selanjutnya? Tindakan medis tersebut apakah sudah tepat? Yang harus menangani kasus spt ini apakah Dokter bedah umum atau bedah syaraf ? Kalau tidak tersedia dokter bedah syaraf bagaimana Dok. Mohon jawabannya secepatnya. Sebelumnya kami ucapkan terimakasih banyak. Kami tinggal di Batam.
Ibu Rachma yang terhormat
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
Yang ingin saya tanyakan terlebih dahulu adalah bagaimana kondisi anak anda sekarang? Apakah masih menangis kuat seperti biasa…? Apakah keluhannya hanya benjol yang berisikan darah saja…?
Bila kondisi anak baik dan keluhan hanya benjol di kepala yang mengeluarkan darah maka tidak perlu terlalu khawatir. Darah yang bertambah banyak setelah disedot atau diaspirasi dari bawah kulit menunjukkan adanya perdarahan yang masih aktif di bawah kulit. Memang hal ini harus dihentikan segera, namun perdarahan di bawah kulit dan di luar tulang kepala tidak berbahaya sebesar perdarahan di dalam tulang kepala.
Tindakan aspirasi darah dengan alat suntik sudah tepat, namun bila darah masih bertambah lagi maka yang harus dilakukan adalah setelah adiaspirasi lagi maka kemudian harus segera dipasang “Elastic verban” di kepala. Verban ini dipasanga melingkari kepala dan sedikit agak ketat. Tujuannya adalah untuk menekan kulit kepala ke arah tulang kepala sehingga menimbulkan efek tampon pada sumber perdarahan yang ada di bawah kulit kepala. Hal ini dapat dilakukan oleh dokter bedah saraf atau dokter bedah umum.
Namun bila kondisi anak ibu menurun (kesadaran menurun, atau muncul gejala-gejala lainnya seperti muntah-muntah dan lain-lain) maka ibu harus segera mencari pertolongan dokter bedah saraf. Karena kemungkinan terjadi perdarahan di dalam tulang kepala dan ini sangat berbahaya.
Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu ibu.
Terima kasih
Hormat Saya
Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
Neurosurgeon (Dokter Spesialis Bedah Saraf) / Endovascular Neurosurgeon (Neuro-Intervensi)
Staf Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)
CEO PT. ALTERLOBE INDONESIA (www.alterlobe.com)
Konsultan Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit pada PT. QUALEX CONSULTING / QINOVEX (www.qinovex.com)
Email : dr.andra.bs@gmail.com
andra_fkui99@yahoo.com
Twitter : @dokter_andra
Saya dapat ditemui di :
1. RS. MEDISTRA Jakarta
2. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
3. RS. JAKARTA HEART CENTER (JHC) Jakarta
4. RS. ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
5. RS. DHARMAIS Jakarta
6. RS. AMINAH Ciledug, Tangerang
7. RS. TIARA Babelan, Bekasi Utara
8. RS. RAWALUMBU, Bekasi Barat
9. RS. Dr. ADAM THALIB, Cibitung
10. RS. MULTAZAM, Bekasi Timur
dr. Andra yg terhormat. Kami mengucapkan byk terimakasih krn jawaban dokter sangat membantu kami dlm proses penyembuhan putra kami. Saat ini bayi kami dlm kondisi sehat dan dapat berinteraksi bila diajak bicara,bermain seperti sebelum jatuh dan tidak menangis kuat spt kesakitan. Hanya saja sekarang lebih byk minta digendong. Saya tidak tahu apakah ini memang efek dr jatuh tersebut atau efek trauma pd waktu diambil tindakan di kmr operasi. Saat ini oleh dokter bedah dipasang verban elastis yg berbentuk jaring2 mengelilingi kepala seperti topi. Apakah verban ini yg dokter maksud? Pada hr senin (22/4) ini bayi km hrs kontrol kembali. Apa yg harus sy lakukan dok? Apakah obat yg diberikan ( sanmol & amoxan drop ) sudah tepat? Perlukah diberikan vitamin untuk penambah darah karena sy lihat agak pucat. Sebelumnya kami ucapkan byk terimakasih.
Ibu Rachma yang terhormat
Anak ingin digendong menurut saya murni hanya karena manja si anak pasca trauma atau karena si anak masih merasa belum sehat benar.
Benar sekali elastic verband tersebut harus dipasang untuk menekan jaringan di bawah kulit dan mencegah perdarahan ulang. Bagaimana kondisi anak anda sekarang…??
Obat yang diberikan sudah cukup. Daripada menambah vitamin, lebih baik memperbaiki asupan makanan dan zat gizi dari makanan. Tidak ada vitamin dari obat yang bisa mengalahkan asupan gizi dari makanan dan susu.
Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda.
Terima kasih
Hormat Saya
Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
Neurosurgeon (spesialis Bedah Saraf) / Endovascular Neurosurgeon (Neuro-Intervensi)
Staf Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)
CEO PT. ALTERLOBE INDONESIA (www.alterlobe.com)
Konsultan Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit pada PT. QUALEX CONSULTING / QINOVEX (www.qinovex.com)
Email : dr.andra.bs@gmail.com
Twitter : @dokter_andra
Saya dapat ditemui di :
1. RS. MEDISTRA Jakarta
2. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
3. RS. JAKARTA HEART (and BRAIN) CENTER Jakarta
4. RS. ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
5. RS. DHARMAIS Jakarta
selamat pagi dokter,saya widya, anak saya berusia 6,5 bulan 3 hari yang lalu jatuh dan terbentur di kepala. setahu saya benjol dibagian belakang.. tidak kejang, muntah dan lain2.. hanya menangis kencang setelah itu tertidur.. waktu tidur saya miringkan kepalanya ke kanan.. tapi setelah bangun kenapa benjolan empuk itu pindah ke kepala samping kanan dok?… sampai sekarang masih tetap benjol empuk dan kadang benjolannya bergeser.. apakah dokter bisa memberikan penjelasan dengan keadaan kepala anak saya yg spt itu?.. anak saya masih tetap sehat seperti biasanya.. mohon balasan secepatnya dokter.. trimakasih..
Ibu Widya yang terhormat
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
Sebelum saya ingin menyampaikan permohonan maaf saya karena baru dapat membalas tulisan ibu saat ini.
Benjolan yang berpindah-pindah di kepala pasca benturan menunjukkan adanya perdarahan di bawah kulit dan di atas tulang. Jaringan di bawah kulit kepala merupakan jaringan ikat longgar yang dapat disusupi oleh zat cair. Apalagi pada bayi atau anak kecil dimana jaringannya lebih longgar daripada orang dewasa.
Pada saat benturan terjadi, terjadi perdarahan di bawah kulit yang kemungkinan besar bersumber dari jaringan di bawah kulit atau otot, dan kemudian perdarahan itu mengisi rongga di bawah kulit dan di atas tulang. Hal ini sama sekali tidak berbahaya karena otak masih terlindungi di bawah tulang kepala. Biasanya darah akan berhenti sendiri dan perdarahan yang sudah menumpuk lama kelamaan akan diserap sendiri oleh tubuh/kulit dan otot. Namun pada beberapa kasus, perdarahan dapat bertambah banyak dan mengakibatkan benjolan semakin membesar. Ini juga tidak berbahaya namun diperlukan tindakan membuang darah dan membalut kepala dengan ketat. Keadaan perdarahan ini tidak mengancam nyawa atau fungsi tubuh. Anak masih akan tetap dalam keadaan sehat.
Bagaimana keadaan anak anda sekarang…?
Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda.
Terima kasih
Hormat Saya
Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
Neurosurgeon (Dokter Spesialis Bedah Saraf) / Endovascular Neurosurgeon (Neuro-Intervensi)
Staf Medik Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM
CEO PT. ALTERLOBE INDONESIA (www.alterlobe.com)
Konsultan Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit pada PT. QUALEX CONSULTING / QINOVEX (www.qinovex.com)
Email : dr.andra.bs@gmail.com
Twitter : @dokter_andra
Saya dapat ditemui di :
1. RS. MEDISTRA Jakarta
2. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
3. RS. JAKARTA HEART CENTER (JHC) Jakarta
4. RS. ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
5. RS. OMNI PULO MAS Jakarta
6. RS. DHARMAIS Jakarta
bagyusss bgttt
aslkmmm dokter\
Waalaikum salam
Salam kenal
Hormat Saya
Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
Neurosurgeon / Endovascular Neurosurgeon
Staf Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Jakarta
Email : dr.andra.bs@gmail.com
Twitter : @dokter_andra
Saya dapat ditemui di :
1. RS. MEDISTRA Jakarta
2. RS. Jakarta Heart Center (JHC) Jakarta
3. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
4. RS. Islam Pondok Kopi Jakarta
5. RS. DHARMAIS Jakarta
6. RS. PELNI Jakarta
Terima kasih
Mohon masukan dan mungkin ada cerita-cerita yang bisa di bagi di blog ini ya.
Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda.
Terima kasih
Hormat Saya
Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
Neurosurgeon / Endovascular Neurosurgeon
Staf Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Jakarta
Email : dr.andra.bs@gmail.com
Twitter : @dokter_andra
Saya dapat ditemui di :
1. RS. MEDISTRA Jakarta
2. RS. Jakarta Heart Center (JHC) Jakarta
3. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
4. RS. Islam Pondok Kopi Jakarta
5. RS. DHARMAIS Jakarta
6. RS. PELNI Jakarta