Arsip Kategori: Nyeri

Carpal Tunnel Syndrome (CTS)…..penyakit si pekerja tangan aktif…

Pernahkah anda menglami rasa tidak nyaman pada pergelangan tangan atau jari-jari tangan…? Pernahkah pula merasakan rasa pegal luar biasa atau rasa kesemutan di telapak tangan atau jari-jari anda…? Bagaimana dengan kelemahan pada jari-jari tangan sehingga anda tidak dapat mengepalkan tangan dan tidak dapat menggenggam bola atau memegang gelas atau peralatan lainnya yang ingin anda ambil atau angkat….?

Mungkin hal ini sering terjadi dan dialami banyak orang khususnya orang-orang usia di atas 30 tahun. Kejadian ini akan lebih sering pula dialami pada orang-orang yang banyak menggunakan tangan atau gerakan tangan yang monoton dan berulang saat bekerja atau melakukan suatu pekerjaan. Misalnya pada ibu-ibu rumah tangga yang banyak mencuci baju secara tradisional (tanpa mesin cuci), atau pada orang-orang yang banyak menulis dan mengetik.

Nyeri, rasa kesemutan, baal pada pergelangan tangan

Apa sebenarnya yang terjadi….? Apakah sudah terjadi kerusakan saraf atau kelumpuhan yang permanen…?

Orang awam kadang menganggap ini sebagai akibat kelelahan bekerja. Atau pada keadaan yang lebih ekstrim bisa dianggap kelumpuhan total akibat serangan stroke. Walau kemungkinannya ada seperti dugaan itu namun ada suatu penyakit lain yang lebih sering terjadi dan mengakibatkan gejala-gejala di atas. Penyakit itu disebut dengan “Carpal tunnel syndrome” atau sering disingkat menjadi CTS. Penyakit ini disebabkan terjepitnya saraf perifer (nervus medianus) oleh ligamen transversus carpii (ligeman otot yang berada di pergelangan tangan) yang mengalami degenerasi dan pengerasan akibat kerjanya yang hiperaktif dan berulang. Pada orang-orang yang bekerja dengan menggunakan tangan dan dengan gerakan tangan yang monoton berulang akan memiliki resiko pengerasan dan degenerasi ligamen tersebut lebih tinggi. Sehingga resiko terkena penyakit CTS akan menjadi lebih tinggi pula.

Carpal tunnel syndrome

Gejala penyakit CTS biasanya berupa rasa nyeri, tidak nyaman, kesemutan pada jari-jari tangan dan telapak serta pergelangan tangan. Pada keadaan yang lebih lanjut dapat pula disertai dengan rasa baal dan kelemahan pada jari-jari tangan sehingga tidak dapat mengepalkan tangan dan menggenggam benda-benda yang akan diambil. Semua gejala tersebut terbatas hanya pada tangan saja dan tidak meliputi lengan atas ataupun lengan bawah. Bila lengan atas dan lengan bawah mengalami rasa yang lain juga, maka kemungkinan jepitan saraf terjadi di daerah lebih proksimal atau daerah leher.

Cara untuk mengetahui apakah anda mengalami CTS atau tidak adalah dengan mencoba menekuk pergelangan tangan ke arah telapak tangan dan mempertahankan posisi tersebut selama sekitar 1 menit (phalen’s test). Bila nyeri atau rasa kesemutan dan baal atau kelemahan bertambah, maka kemungkinan anda mengalami penyakit CTS. Cara kedua adalah dengan melakukan ketukan-ketukan ringan berulang secara terus menerus pada pergelangan tangan (tinel’s test). Bila nyeri, kesemutan, baal dan kelemahan bertambah maka kemungkinan CTS sudah terjadi pada anda.

Phalen’s test dan Tinel’s test

Untuk mengetahui dengan pasti maka anda perlu datang ke dokter bedah saraf agar dapat dilakukan pemeriksaan dengan teliti dan pemeriksaan EMG (Electromyelography). Dari pemeriksaan EMG dapat dipastikan apakah CTS sudah terjadi.

Terapi CTS adalah dengan operasi melepaskan jepitan saraf medianus tersebut. Ligamen yang mengeras akan dipotong dan dibelah sehingga saraf medianus akan terlepas dari jepitan. Tindakan operasi ini sangat ringan dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Pembiusan pun dapat dilakukan secara regional dan tidak harus pembiusan umum (kecuali atas permintaan pasien). Pasca operasi, pasien tidak perlu dirawat lama, cukup satu hari saja atau bahkan bisa langsung pulang.

CTS pasca tindakan operasi biasanya akan menunjukkan hasil yang sangat baik dan memuaskan. Biasanya rasa nyeri dan kelemahan akan mengalami perbaikan. Pasien juga dapat kembali beraktifitas setelah jahitan dan luka di tangan sembuh. Komplikasi dari tindakan operasi pun sangat jarang.

Oleh karena itu, bila anda merasa mengalami gejala CTS, segeralah berobat ke dokter agar pertolongan dini segera dapat diberikan. Tindakan operatif dengan luka kecil akan segera mengembalikan anda untuk beraktifitas dengan baik kembali.

Sakit kepala…hal yang biasa atau peringatan suatu penyakit serius di dalam tubuh kita…?

Selama saya bertugas sebagai seorang dokter bedah saraf, saya menerima pasien dengan berbagai macam penyakit, mulai dari tumor otak, kelainan pembuluh darah otak, infeksi susunan saraf pusat, kelainan tulang belakang bagian leher, trauma kepala, dan lain-lain. Tingkat penyakitnya juga bervariasi, tapi sebagian besar pasien sudah datang dengan penyakit lanjut. Tumor otak yang sudah begitu besar ukurannya, tingkat kelainan pembuluh darah otak yang berat, infeksi susunan saraf pusat yang sudah parah, trauma kepala tanpa tata laksana yang lengkap, dan lain-lain, menunjukkan bahwa pasien-pasien tersebut termasuk telat dalam mencari pertolongan medis. Hal ini memang tidak bisa kita salahkan sepenuhnya kepada pasien mengingat sistem kesehatan di Indonesia masih jauh dari sempurna dan kesehatan masih termasuk hal yang mahal di Indonesia.

Yang menarik adalah bahwa hampir 80% keterangan yang saya terima dari pasien-pasien tersebut mengenai riwayat penyakitnya adalah bahwa selalu diawali dengan sakit kepala. Sakit kepala yang awalnya bersifat ringan dan hilang timbul, kemudian menjadi memberat namun masih dapat teratasi dengan obat-obatan hingga sakit kepala yang sangat berat dan tidak reda dengan obat-obatan yang biasa dipakai, merupakan keluhan yang umumnya disampaikan para pasien. Pada saat sakit kepalanya sudah tidak tertahankan, barulah pasien mencari pertolongan ke dokter. Sayang sekali, ternyata sebagian dokter juga menganggap bahwa sakit kepala merupakan hal yang biasa yang bisa disebabkan oleh banyak faktor dan tidak dianggap serius. Pasien kemudian hanya diberikan obat-obatan sakit kepala yang lebih kuat. Perjalanan penyakit pasien-pasien tersebut kemudian bertambah parah dimana keluhan-keluhan tambahan mulai timbul. Rasa mual, muntah, kelainan-kelainan lainnya kemudian akan menambah penderitaan pasien yang membuat para dokter kemudian mengirim pasien-pasien tersebut untuk pemeriksaan lebh lanjut dengan foto kepala, CT Scan kepala atau MRI kepala. Barulah dari pemeriksaan ini ditemukan kelainan yang sesungguhnya, yang kemudian pasien dikonsulkan ke dokter bedah saraf.

Yang menyedihkan adalah pasien-pasien ini datang sudah dengan kerusakan lanjut sistem otak akibat kelainan yang dideritanya. Sehingga tindakan operasi yang dapat seorang ahli bedah saraf lakukan tidak bisa mengembalikan fungsi pasien-pasien tersebut secara optimal. Memang, tindakan operasi tetap kita sarankan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan juga mungkin dapat menyelamatkan jiwa, tapi fungsi-fungsi tubuh yang diperlukan mereka untuk bekerja sudah rusak.

Disinilah menjadi pemikiran saya, andaikan pasien-pasien ini datang lebih dini, pada saat keluhannya hanya sakit kepala yang bersifat ringan atau sedang, tanpa ada keluhan lain yang menandakan sudah adanya kerusakan saraf, maka kita dapat memberikan pertolongan dengan hasil yang lebih baik. Namun, siapa sih yang mau berobat ke dokter bedah saraf hanya dengan keluhan sakit kepala saja….? Mungkin tidak ada sama sekali. Bahkan sebagian besar orang takut mendengar kata “bedah saraf”.

Saya kemudian berusaha mencari tahu lebih dalam tentang sakit kepala. Apa sebenarnya sakit kepala itu dan bagaimana sakit kepala membantu seorang dokter dalam menentukan diagnosa penyakit seorang pasien.

Dari penelusuran saya ke dalam tinjaun pustaka dan jurnal-jurnal yang ada, sakit kepala merupakan topik yang sangat luas dan masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut dalam dunia medis sebagai suatu keluhan pasien yang terbesar. Sakit kepala secara umum dibagi menjadi dua yaitu; sakit kepala karena kelainan di luar kepala dan sakit kepala karena kelainan di dalam kepala. Seseorang dapat mengalami sakit kepala bila memiliki tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, kadar gula tinggi atau rendah, atau karena gangguan psikis dan beban mental. Ini adalah beberapa contoh sakit kepala karena kelainan di luar kepala. Namun, sakit kepala juga dapat timbul pada tumor otak, perdarahan otak, infeksi otak dan kelainan-kelainan lain di dalam otak. Lalu….bagaimana cara membedakannya…?

Hingga saat ini, belum ditemukan cara yang jelas dan spesifik untuk membedakan kedua jenis sakit kepala itu. Walau sudah banyak penelitian yang dilakukan di seluruh dunia, masih belum ada cara yang jelas dan tepat untuk membedakan keduanya. Selain itu variasi bentuk, intensitas, karakteristik sakit kepala juga sangat banyak yang sulit untuk diperinci satu per satu. Pasien dengan sakit kepala akibat kelainan tumor otak yang sama mungkin mengeluhkan sakit kepalanya berbeda. Intensitas nyeri kepala seseorang dengan orang lain juga berbeda-beda. Pengaruh obat-obatan juga tidak sama dimana pada seorang pasien dengan obat tertentu mungkin sakit kepalanya akan mereda namun pada pasien lain tidak. Kesemuanya ini menjadi tantangan bagi dunia medis untuk menjadikan sakit kepala sebagai panduan dalam menentukan diagnosa pasien. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan.

Sebagai pesan dari saya bahwa bila anda mempunyai sakit kepala dengan intensitas yang berat, atau sakit kepala dengan gejala yang berbeda dari biasanya atau sakit kepala yang tidak hilang dengan obat-obatan serta sakit kepala yang disertai dengan keluhan-keluhan lain, segeralah mencari pertolongan medis hingga benar-benar dipastikan sakit kepala anda karena apa. Alangkah lebih baik lahgi bila sejak awal anda merasakan sakit kepala, sudah dilakukan pemeriksaan yang baik dan cukup agar tidak terlewat kemungkinan penyakit yang serius.

Jadi silahkan kita coba jawab, sakit kepala…hal yang biasa atau peringatan suatu penyakit serius di dalam tubuh kita…..??

 

 

Nyeri pinggang jangan disepelekan, cari informasi dan bertanyalah sebanyak-sebanyaknya…

Sekitar sebulan yang lalu, saya melihat seorang pasien yang sedang dirawat di sebuah rumah sakit swasta di jakarta. Kebetulan pasien ini dikonsulkan ke bedah saraf, dan dikatakan bahwa pasien ini berasal dari luar kota, tepatnya dari salah satu propinsi di pulau sumatera. Adalah seorang wanita muda, berusia sekitar 30 tahunan yang terbaring di tempat tidur dan kelihatan kaku. Bila dilihat dengan jelas, wanita muda ini memiliki paras dan tubuh yang sebenarnya sehat, namun hanya bisa terbaring dan tidak banyak bergerak.

Saya kemudian memperkenalkan diri, “Selamat pagi bu, nama saya dokter Andra, saya adalah dokter spesialis bedah saraf. Ada apa ini ibu sampai dirawat di rumah sakit?’ Saya juga memegang tangannya dan berusaha menunjukkan rasa empati. Spontan wanita muda itu bercerita panjang dengan wajah sedih dan menunjukkan rasa tersiksa yang berkepanjangan. “Saya sudah tidak bisa jalan dok. Sudah 2 minggu saya benar-benar tidak bisa berjalan”, kata wanita tersebut. Saya kemudian coba menenangkannya. “Bagaimana awalnya bu?”, saya tanya lagi. Kemudian wanita itu menjawab, “Awalnya sekitar 2 tahun yang lalu dok, saya merasakan nyeri pada pinggang saya yang semakin lama semakin sakit. Kalau saya berjalan atau bekerja, maka sakitnya akan bertambah. Saya berobat ke dokter di tempat asal saya dan kemudian saya disarankan bertemu dengan seorang dokter lain di jakarta. Dokter di jakarta tersebut kemudian hanya memberikan obat-obatan anti nyeri. Awalnya sedikit enak tapi kemudian nyeri kembali dan semakin memberat. Saya kemudian mulai disuntik anti nyeri di daerah pinggang. Berulang kali saya disuntik bahkan sudah sampai puluhan kali, tapi tidak ada perbaikan. Biayanya juga tidak kecil. Saya sempat bertanya kenapa tidak ada perbaikan tapi dokter tersebut hanya mengatakan kalau saya terlalu manja dan lemah terhadap nyeri. Saya sedih sekali karena dokter saya mengatakan saya mengada-ada dengan nyeri saya. Saya kemudian hanya bersabar dan menahan nyeri, hingga 2 bulan lalu kedua kaki saya mulai kesemutan dan baal. Saya masih menahan diri. Tapi sejak 2 minggu lalu saya tidak bisa berjalan sehingga saya kembali ke jakarta dan atas saran keluarga kemudian menemui dokter spesialis bedah saraf”, begitu cerita wanita muda itu.

Saya kemudian memeriksa wanita muda itu, dan terlihat memang kedua tungkai bawahnya sudah lemah. Saya kemudian melihat pemeriksaan pencitraan dan saya sangat terkejut melihat kelainan di tulang belakang bagian bawahnya. Terlihat penjepitan saraf oleh bantalan tulang yang begitu berat yang disebut dengan penyakit “HNP”. Dengan berat hati saya mengatakan bahwa beliau mempunyai penyakit yang seharusnya dioperasi sejak dulu. Saat ini kerusakan sarafnya sudah berat dan saya tidak bisa menjanjikan suatu kesembuhan bila dioperasi. Namun wanita muda itu memaksa dan meyakinkan saya bahwa dia ingin segala usaha dilakukan walau hasilnya tidak ada, karena dia sudah lelah diobati dan disuntik selama ini.

Atas persetujuannya, wanita tersebut kemudian dioperasi. Operasi berjalan lancar. Pasca operasi, perbaikan mulai terlihat, kekuatan kaki mulai bertambah walau tidak sepenuhnya normal. Wanita muda itu sangat senang dan tidak ada yang lebih membahagiakan bagi saya saat seorang pasien begitu senang dengan apa yang kita kerjakan.

Hati-hati pada penyakit nyeri pinggang. Bila tidak ditatalaksana dengan benar, kelumpuhan akan menjadi ancaman serius. Selain itu, operasi mungkin merupakan jalan yang terbaik untuk mencapai kualitas kehidupan seoptimal mungkin. Sebagai orang yang menderita nyeri di pinggang, carilah pertolongan segera. Jangan pasrah hanya pada satu dokter dan kemudian membiarkan diri semakin sakit. Cari informasi dan bertanyalah sebanyak-banyaknya.

Sebagai dokter, hargailah rasa nyeri yang dikeluhkan pasien. Bila kita tidak mampu memberikan pertolongan atau memberi kabaikan pada pasien, segeralah rujuk kepada dokter lain yang mampu atau lebih mampu. Hormati dan anggap pasien-pasien kita itu sebagai keluarga kita sendiri.

Hati-hati dengan masalah nyeri pinggang…….

Nyeri pinggang merupakan keluhan ketiga terbanyak yang membawa seseorang berobat ke dokter. Sebagian dari mereka mengalami kesembuhan yang melegakan. Namun sebagian lainnya lagi belum mendapatkan kesembuhan yang mereka cari. Sebenarnya apa itu nyeri pinggang atau yang sering disebut sebagai “low back pain”? Secara definisi kata, nyeri pinggang adalah rasa tidak nyaman atau sakit pada daerah pinggang. Namun pada kenyataannya, nyeri pinggang itu sangat bervariasi. Begitu banyak organ di daerah pinggang yang dapat menimbulkan nyeri pinggang. Sebut saja gangguan otot, tulang, saraf dan bahkan gangguan ginjal. Masing-masing sebenarnya memiliki karakteristik nyeri yang khusus, ditambah pula dengan gejala-gejala tambahan lainnya yang khusus pula. Seorang dokter yang pandai akan mampu membedakan kelainan-kelaianan yang terkait dengan nyeri pinggang itu.
Tidak sedikit nyeri pinggang disebabkan karena kelainan persarafan di daerah pinggang atau punggung. Selain itu biasanya kelainan saraf akan disertai dengan gejala-gejala tambahan lainnya seperti kesemutan, baal dan bahkan kelumpuhan. Seorang dokter bedah saraf yang baik memiliki kemampuan untuk mencari dan menentukan kelainan saraf tersebut. Pengetahuan tentang riwayat penyakit dan perjalanan penyakit penderita, pemeriksaan fisik yang baik disertai dengan pemeriksaan penunjang yang tepat, akan mendapatkan diagnosis kelainan saraf yang tepat pula. Terapi baik pembedahan atau tanpa pembedahan juga telah banyak pilihannya.
Namun sayangnya, sebagian besar masyarakat kita masih ragu dan takut untuk berobat ke dokter, apalagi ke dokter spesialis bedah saraf. Mereka kemudian akan menahan rasa sakitnya, mengkonsumsi obat-obatan sendiri atau mencari pertolongan kepada pengobatan alternatif. Tidak salah setiap orang memilih tempat untuk berobat, tapi pada akhirnya para penderita nyeri pinggang tersebut akan berobat ke dokter juga, dengan keadaan yang sudah sangat buruk, nyeri yang hebat serta kelumpuhan. Di saat itu, dokter bedah saraf tidak dapat memberikan hasil yang baik dibandingkan bila terapi medis diberikan lebih dini saat kondisi masih lebih baik. Terapi operatif juga akan dipilih bila memang punya indikasi yang kuat, dan setiap dokter bedah saraf yang baik akan mampu melakukan tindakan operatif tersebut.
Oleh karena itu, bila merasakan nyeri pinggang yang mengganggu, segeralah dibawa berobat ke dokter. Pengobatan yang dilakukan lebih dini akan memberikan hasil yang lebih baik. Satu hal lagi, terapi operatif bertujuan untuk menyelamatkan fungsi saraf dari perburukan lebih lanjut, bukan untuk menimbulkan kelumpuhan.