Arsip Tag: otak

Putusnya saraf pada operasi kandungan….kelumpuhan permanen kah…??? Bagaimana selanjutnya…???

Pada suatu hari libur tertanggal merah di kalender, saat saya sedang bersantai di rumah sambil menikmati acara televisi, tiba-tiba saya mendapatkan telefon dari seorang direktur dari sebuah rumah sakit swasta yang cukup terkenal di Jakarta. Sang direktur hanya menyampaikan kepada saya untuk segera menghubungi kamar operasi rumah sakit tersebut karena ada masalah penting yang darurat. Saya kemudian segera menghubungi kamar operasi dan kemudian perawat kamar operasi yang mengangkat kemudian menyambungkan saya kepada seorang dokter ahli kebidanan dan kandungan senior yang sedang melakukan tindakan pengangkatan rahim (histerektomi radikal) pada seorang wanita yang memiliki kanker leher rahim stadium yang sudah cukup lanjut. Dokter tersebut ingin mengkonsulkan sesuatu pada pasiennya yang saat itu masih sedang dalam prosedur tindakan.

Saya cukup bingung dan bertanya-tanya kenapa seorang dokter kandungan memanggil saya, seorang dokter bedah saraf untuk pasien beliau yang sedang dilakukan pengangkatan rahim. Dokter kandungan tersebut kemudian menjelaskan bahwa pada saat beliau mengangkat rahim ternyata ada sebuah saraf yang putus di daerah sekitar rahim tersebut. Beliau kemudian meminta tolong kepada saya untuk datang dan melihat serta memberikan pertolongan. Mendengar keadaan ini saya segera bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit. Namun dalam hati saya bertanya-tanya, saraf apa yang terputus dan bagaimana tatalaksana sebaiknya. Terus terang, tidak banyak kasus seperti ini yang terjadi dan hampir tidak pernah saya dikonsulkan oleh dokter ahli kandungan kecuali untuk kasus perdarahan otak pada wanita-wanita dengan preeklamsia berat atau eklamsia serta pada kasus-kasus wanita hamil dengan tumor otak.

Sebelum berangkat, saya sempatkan masuk ke perpustakaan sangat kecil yang saya punya dan membuka-buka buku-buku ajar saraf untuk mencari referensi kasus ini serta bagaimana mengatasinya. Saya menemukan banyak tukisan dan artikel yang karena sudah ditunggu oleh pasien di rumah sakit akhirnya saya bawa saja semua buku-buku itu ke rumah sakit. Sesampainya disana saya segera masuk ke kamar operasi dan mengganti baju. Saya masuk ke dalam kamar operasi dan kemudian ditunjukkan saraf yang putus tersebut oleh dokter kandungan tersebut.

Ternyata saya cukup takjub melihat apa yang terjadi. Untuk pertama kalinya saya melihat kejadian/kasus asli di depan mata yang sudah lama saya baca di dalam buku ajar. Akhirnya saya menemukannya juga. Memang berdasarkan referensi bahwa kejadian putusnya saraf sekitar rahim pada prosedur pengangkatan rahim adalah hal yang mungkin terjadi, namun saya akui saya belum pernah melihatnya sebelumnya….apalagi mengerjakan operasi untuk mengatasinya. Yang saya ketahui adalah dengan putusnya saraf ini maka sang pasien ini akan bertambah penderitaanya, yaitu kelumpuhan paha/tungkai sebelah yang akan bersifat permanen.  Saya mengenal dokter kandungan itu sebagai dokter kandungan yang hebat dan juga seorang mentor saya pada waktu saya belajar untuk menjadi dokter umum dulu. Kejadian putus saraf ini juga sudah dijelaskan dalam buku ajar sebagai suatu kejadian yang sering terjadi pada prosedur pengangkatan rahim.

Saraf obturator yang sering terputus pada operasi pengangkatan rahim
Saraf obturator yang sering terputus pada operasi pengangkatan rahim

Kami berdua kemudian berbicara kepada keluarga pasien dan mengutarakan semuanya secara terbuka. Keluarga pasien juga cukup mengerti mengenai kejadian ini dan meminta untuk dilakukan yang terbaik bagi pasien. Sehingga selanjutnya memberikan ketenangan kepada saya untuk bekerja semaksimal mungkin. Dokter kandungan tersebut kemudian menyelesaikan pekerjaannya dan sembari menunggu, saya terus membaca buku ajar bedah saraf dan buku atlas anatomi manusia dengan seksama. Niat saya adalah ingin memberikan hasil yang terbaik untuk pasien.

Setelah dokter kandungan selesai, saya kemudian mulai mengerjakan usaha penyambungan saraf. Sayang sekali, ternyata saraf yang terpotong mengkerut dan memendek sebagai akibat panas alat potong. Saya usahakan untuk membebaskan dan mendekatkan namun usaha tersebut sia-sia. Saya tidak berani memutuskan sarafnya kembali.

Saraf yang terputus dan memendek
Saraf yang terputus dan memendek

Saya kemudian mengambil keputusan untuk melakukan tindakan “graft” saraf yaitu dimana saya mengambil donor saraf dari bagian tubuh yang lain untuk disambungkan pada saraf yang putus itu. Saya ambil saraf dari kaki bagian belakang (saraf yang fungsinya tidak signifikan) sepanjang 2 cm. Saraf tersebut kemudian saya bersihkan dan saya uraikan serabut-serabutnya pada bagian ujungnya. Saya kemudian sambungkan saraf donor tersebut ke saraf yang putus untuk menghubungkan kedua ujungnya. Sungguh bukan pekerjaan yang mudah menyambung benda sekecil saraf, dan selama pengerjaan saya menggunakan mikroskop. Dengan usaha maksimal akhirnya saraf dapat tersambung dalam waktu 3 jam.  Saya cukup puas dengan hasil sambungan ini namun saya belum dapat memprediksi hasilnya. Pasien kemudian dibawa ke ruang rawat intensif.

Saraf pasca disambung dengan donor saraf dari tempat lain
Saraf pasca disambung dengan donor saraf dari tempat lain

Satu hari pasca operasi, saya mengunjungi pasien. Yang pertama saya minta pada pasien adalah untuk menggerakkan kakinya pada sisi saraf yang putus. Alangkah sedihnya saya ketika melihat bahwa pasien sama sekali tidak dapat menggerakkan tungkai/kakinya tersebut. Pasien seperti berusaha dengan sekuat tenaga namun tidak ada hasil sama sekali. Pasien pun sepertinya sangat terpukul. Saya berusaha menenangkannya dan terus memotivasi untuk semangat. Hari kedua pasca operasi, pasien masih tidak dapat menggerakkan tungkainya/kakinya tersebut. Saya sudah pasrah dan sepertinya begitu juga dengan pasien. Namun saya tetap memotivasi pasien untuk bersabar dan semangat. Hari ketiga pasca operasi, saya menemukan sesuatu yang luar biasa. Pasien sedang duduk dengan santai sambil mengayun-ayunkan kakinya. Walau tidak luwes, namun saya sangat bahagia dengan hasil ini. Ternyata sekarang kakinya/tungkainya dapat bergerak. Saya mengucapkan selamat kepada pasien. Pasien pun tampak mulai optimis. Hari-hari selanjutnya pasien mulai latihan untuk berdiri dan melangkah pelan walau masih dibantu dengan dipapah.

Kurang lebih 5 hari yang lalu sebelum saya menulis tulisan ini, pasien datang kontrol kepada saya dengan berjalan begitu gagahnya, Sungguh saya sangat bahagia dan bersyukur akan hal ini. Ternyata Tuhan Yang Maha Kuasa masih memberikan kebaikan dan keberhasilan pada tindakan yang saya lakukan. Pasien juga sangat senang dan sangat bersemangat. Pasien mengucapkan terima kasih yang berulang pada saya namun saya tekankan kepada beliau bahwa ini semua berkah Yang Maha Kuasa.

Kesimpulan dari pengalaman saya ini ternyata saraf perifer memiliki kemampuan regenerasi yang tidak jelek apabila dilakukan penyambungan secepatnya. Berbeda memang dengan saraf pusat (otak dan saraf tulang belakang) dimana kemampuan regenerasi dan pemulihannya sangat jelek. Bagi saya ini merupakan pengalaman yang luar biasa dan akan saya bawa selamanya dalam diri saya sebagai keberkahan pengetahuan dan ketrampilan dari Yang Maha Kuasa.

 

 

 

Meduloblastoma…tumor ganas otak kecil (serebellum) yang menyerang anak-anak pintar…

Selama dua bulan terakhir ini pada tahun 2012 (Maret dan April 2012) saya menerima beberapa kasus anak-anak yang datang dengan kebutaan pada kedua matanya. Rata-rata anak-anak tersebut berusia di antara 3 sampai 7 tahun. Anak-anak tersebut kelihatan diam saja dan mata mereka seperti bergerak-gerak ritmis mungkin mencari cahaya dan bentuk untuk dilihat. Namun semua mata itu tidak pernah berhenti bergerak karena tidak pernah anak-anak tersebut dapat melihat kembali seperti yang mereka harapkan. Untuk anak-anak seusia mereka, gelapnya dunia dalam penglihatan mereka seharusnya akan memberikan rasa takut dan panik yang besar sehingga akan membuat mereka menangis histeris. Namun anak-anak ini hanya diam saja, begitu tenang dan patuh terhadap semua perkataan orangtua mereka.

Apa sebenarnya yang terjadi dengan anak-anak ini…? Kenapa pada usia yang begitu muda, mereka sudah mengalami kerusakan tubuh vital yang sangat berat berupa kebutaan…?

Hasil pemeriksaan pencitraan berupa CT Scan / MRI kepala menunjukkan adanya sebuah tumor berukuran relatif besar yang terletak di daerah otak kecil (serebellum). Begitu besarnya tumor ini sehingga menutup jalan keluar cairan otak yang berakibat menumpuknya cairan otak di dalam kepala yang disebut dengan kondisi “Hidrosefalus”. Hidrosefalus mengakibatkan meningkatnya tekanan di dalam kepala yang selanjutnya merusak saraf mata dan menyebabkan kebutaan. Tumor ini umumnya dapat diangkat dengan tindakan operasi. Hidrosefalus diatasi dengan pemasangan selang. Pemeriksaan patologi jaringan tumor yang diambil tersering memberikan hasil berupa tumor “Meduloblastoma”.

Meduloblastoma
Meduloblastoma

Namun saya sebagai dokter bedah saraf akan merasa sangat sedih bila hasil meduloblastoma ini yang keluar pada pemeriksaan patologi tersebut. Meduloblastoma merupakan tumor yang termasuk sangat ganas pada anak atau bayi. Tumor yang dikatakan berasal dari sel-sel muda jaringan otak yang mungkin terjadi akibat gangguan tumbuh kembang otak merupakan tumor yang mampu untuk membesar dalam waktu yang tidak lama serta mampu menyebar ke sistem saraf lainnya (termasuk sumsum tulang belakang) melalui aliran cairan otak.  Berdasarkan literatur dan referensi dari beberapa pusat pelayanan bedah saraf anak di seluruh dunia terbukti bahwa anak-anak dengan tumor meduloblastoma ini tidak pernah memiliki angka keselamatan yang baik (bahkan angka bertahan hidupnya sangat rendah). Dari anak-anak yang saya dapatkan dengan meduloblastoma, tidak satupun berhasil bertahan lebih dari 5 tahun pasca diberikan pertolongan, walau tindakan operasi sudah berhasil dengan baik. Tindakan terapi tambahan pasca operasi seperti kemoterapi dan radioterapi juga telah diberikan dengan adekuat namun tidak dapat menyelamatkan anak-anak tersebut. Hal ini yang kemudian membuat saya dan dokter-dokter bedah saraf merasa agak sulit menyampaikan berita buruk tersebut kepada orangtua-orangtua sang anak.

Meduloblastoma
Meduloblastoma

Satu hal yang unik yang saya dapatkan dari seluruh pasien-pasien anak dengan meduloblastoma yang datang kepada saya, dimana seluruh anak-anak tersebut ternyata memiliki sifat yang sangat baik dan penurut dan sangat dipuji oleh keluarga dan teman-teman terdekatnya. Selain itu tingkat kemampuan otak mereka sangat hebat dimana seluruh anak-anak tersebut memiliki prestasi terbaik di sekolah dan daya pikir yang luar biasa. Ini juga yang membuat orangtua menjadi sangat hancur mendengar kabar mediloblastoma ini pada anak mereka.

Ilmu pengetahuan dan teknologi bedah saraf saat ini terus berusaha mencari pengobatan terbaik untuk tumor meduloblastoma ini. Hingga saat ini operasi masih merupakan terapi terbaik dan memberikan waktu hidup yang lebih baik, dibandingkan terapi tanpa operasi. Terapi multi modalitas yang meliputi operasi, kemoterapi dan radioterapi juga memberikan hasil sedikit lebih baik, tetapi masih jauh dari yang kita harapkan. Semoga di masa yang akan datang kita dapat mencari terapi terbaik untuk menyelamatkan generasi-generasi masa datang yang berkualitas dan berpotensi ini.

Anak masa depan bangsa
Anak masa depan bangsa

 

Angiografi otak…pemeriksaan yang dapat mengubah masa depan…

“Bukankah sangat menyenangkan bila anda dapat hidup hingga 100 tahun dalam keadaan sehat dan produktif…”

“Bukankah punya usia lebih panjang dalam keadaan sehat memberikan waktu lebih banyak menikmati hidup ini…”

“Bukankah mencegah penyakit jauh lebih menyenangkan dibandingkan sakit dan berusaha untuk sembuh…”

Pada tahun 2011, saya mendapat kesempatan untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan kemampuan serta ketrampilan saya dengan mempelajari ilmu dan teknik “Endovascular Neurosurgery” atau yang disebut juga dengan “Neuro-Intervensi” sebagai bagian dari pendidikan sub-spesialis atau super spesialis bedah saraf bagi diri saya di Tokyo, Jepang. Ilmu dan teknik ini mirip dengan yang diterapkan oleh dokter spesialis jantung yang melakukan kateterisasi jantung dan pemasangan balon serta “stent” di jantung, namun dilakukan di otak. Ilmu dan teknik “endovascular neurosurgery” adalah suatu tindakan “minimal invasif” dengan menggunkan kateter atau selang kecil yang di arahkan ke pembuluh darah otak untuk melakukan berbagai hal di pembuluh darah otak, seperti melepaskan sumbatan di pembuluh darah otak atau menutup pembuluh darah otak yang bocor atau berisiko bocor. Salah satu yang dapat dilakukan oleh teknik endovascular neurosurgery adalah melakukan “screening” dan melihat adanya kelainan di pembuluh darah otak dengan memasukkan zat warna/kontras ke dalam pembuluh darah otak melalui kateter dan selang yang kecil tadi.

Bukan suatu keragu-raguan lagi bahwa dasar dari berbagai penyakit di dalam otak bahkan di seluruh tubuh kita adalah sistem pembuluh darah. Pembuluh darah yang begitu banyaknya secara konstan mengalirkan darah yang mengandung zat energi dan oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Aliran darah tersebut juga dikontrol oleh kebutuhan tubuh, kadang aliran bisa cepat, dan kadang bisa pula lambat. Masalah akan muncul saat pembuluh darah tersebut menjadi tersumbat atau pecah. Aliran darah akan menjadi terganggu dan pada akhirnya akan mengakibatkan kematian jaringan tubuh yang disuplai oleh pembuluh darah yang rusak tersebut. Jaringan tubuh yang rusak dan mati inilah selanjutnya akan menyebabkan munculnya berbagai macam penyakit.

Penyempitan pembuluh darah sebagai pencetus serangan stroke. Pada gambar di sebalh kanan tampak intervensi dilakukan dengan pemasangan stent untuk melebarkan saluran pembuluh darah
Penyempitan pembuluh darah sebagai pencetus serangan stroke. Pada gambar di sebalh kanan tampak intervensi dilakukan dengan pemasangan stent untuk melebarkan saluran pembuluh darah

Begitu pula dengan organ otak, yang merupakan bagian terpenting di tubuh kita, sebagai pusat kontrol dari semua fungsi tubuh, akan sangat mudah terganggu bila aliran darah tidak baik. Gangguan aliran darah akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak itu disebut dengan stroke, dan seperti dalam tulisan-tulisan saya sebelumnya, efek dari stroke adalah sangat merusak dan menghilangkan produktifitas seseorang bahkan mengakibatkan kematian. Sebenarnya kejadian stroke bukan merupakan kejadian yang datang tiba-tiba. Memang, serangan stroke datang dalam sekejab, namun sebenarnya proses yang memulai terjadinya serangan stroke sudah berlangsung lebih lama. Sejak awal, sudah mulai terjadi perubahan sifat dari pembuluh darah otak yang kemudian dalam prosesnya akan semakin rusak hingga tercapai batas toleransi akhir si pembuluh darah untuk berfungsi dengan baik. Proses yang terjadi ini berupa  proses penyumbatan yang progresif atau pembentukan sumbatan yang akan menyumbat di daerah lain dan peningkatan kemungkinan pecahnya pembuluh darah. Sayang sekali, pada saat proses ini dimulai dan sedang berjalan, selama masih ada toleransi dari pembuluh darah otak (dan leher) serta jaringan otak itu sendiri, maka tidak ada atau sangat minimal gejala yang mungkin timbul. Gejala-gejala kesemutan atau kelemahan sesisi tubuh yang berlangsung sebentar atau gejala-gejala lainnya yang bisa hilang sendiri merupakan petunjuk bahwa batas toleransi sudah hampir terlewati. Walaupun begitu, masih banyak orang yang tidak menyadarinya dan tidak mencari pertolongan medis.

Gambar menunjukkan pembuluh darah menipis dan membesar seperti balon yang akan pecah. Pecahnya pembuluh darah ini akan mengakiatkan kecacatan permanen dan kematian. Intervensi "Endovascular Neurosurgery" dapat dilakukan dan mencegah kecacatan dan kematian tersebut
Gambar menunjukkan pembuluh darah menipis dan membesar seperti balon yang akan pecah. Pecahnya pembuluh darah ini akan mengakiatkan kecacatan permanen dan kematian. Intervensi “Endovascular Neurosurgery” dapat dilakukan dan mencegah kecacatan dan kematian tersebut

Kembali kepada pengalaman saya menimba ilmu saat itu di Tokyo, salah satu yang membuat saya kagum adalah melihat begitu banyak pengunjung rumah sakit yang berusia sangat tua (usia 90-100 tahun) yang datang sendiri, berjalan dengan kedua kakinya dengan sangat gagah, untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan secara berkala (Medical Check Up). Pemeriksaan yang dilakukan berupa “screening” pembuluh darah otak dengan tindakan angiografi serebral. Para pengunjung lansia ini melakukan pemeriksaan ini secara rutin setiap 6 bulan untuk memastikan pembuluh-pembuluh darah otak mereka dalam keadaan baik. Saya bersama mentor saya disana, seorang professor bedah saraf dan asisten-asisten professor yang ahli dalam bidang “endovascular neurosurgery” melakukan puluhan angiografi diagnostik setiap hari untuk melihat keadaan pembuluh darah leher dan otak para penduduk Jepang. Dari pemeriksaan yang kami lakukan, tidak sedikit kami menemukan banyak pembuluh darah yang sudah mulai mengalami kerusakan berupa penyumbatan dan calon pecah. Dari hasil temuan itu, kami kemudian melakukan intervensi dengan tindakan yang sama untuk mencegah penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah. Setalah tindakan dilakukan, kita selalu menganjurkan agar dilakukan pemeriksaan pembuluh darah leher dan otak secara berkala (6 bulan).

Saya saat berada di Jepang, mengerjakan "endovascular neurosurgery" bersama professor-professor disana untuk berbagai kasus kelainan pembuluh darah otak yang mengakibatkan stroke
Saya saat berada di Jepang, mengerjakan “endovascular neurosurgery” bersama professor-professor disana untuk berbagai kasus kelainan pembuluh darah otak yang mengakibatkan stroke

Hasilnya adalah ternyata sebagian besar penduduk Jepang dalam keadaan sehat dan jarang terkena serangan stroke. Tindakan pelacakan (screening) keadaan pembuluh darah otak dan leher dan melakukan pengobatan secara dini ternyata memberikan kesempatan bagi usia lansia untuk hidup lebih panjang dan lebih produktif. Banyak sekali saya menemukan diantara para lansia yang sudah berusia diatas 80 tahun tetapi masih aktif bekerja di berbagai bidang. Kekuatan dan gerakan mereka tidak ubahnya seperti orang yang berusia 40-50 tahun. Sungguh sangat mencengangkan…

Dibandingkan dengan keadaan di Indonesia, dimana sebagian besar pasien datang sudah mengalami serangan stroke, sudah mengalami kelumpuhan bahkan sudah kehilangan nyawa akibat pecahnya pembuluh darah, sungguh sangat berbeda dengan apa yang saya perhatikan di Jepang. Angka serangan stroke di Indonesia setiap tahunnya semakin meningkat drastis dan usia yang mengalami stroke semakin muda. Tidak terhitung banyaknya kerugian yang dialami oleh keluarga, masyarakat dan negara akibat stroke ini. Semua diakibatkan oleh pola hidup yang buruk dan tidak dilakukannya “medical check up” yang baik untuk keadaan otak dan pembuluh darah otak dan leher.

Kekurangan “medical check up: yang ban yak dilakukan di Indonesia adalah tidak pernahnya dilakukan “screening” hingga ke keadaan otak dan pembuluh darah otak. Biasanya medical check up hanya terbatas sampai pemeriksaan darah di laboratorium dan foto toraks (untuk melihat keadaan paru-paru dan jantung) serta EKG jantung. Tindakan CT Scan kepala atau MRI kepala atau angiografi kepala tidak pernah masuk dalam menu “medical check up”. Alasannya adalah karena biayanya mahal. Tapi apakah tidak lebih mahal biaya bila sudah mengalami stroke….???

Pada akhirnya, saya sangat dan selalu menyarankan agar sayangilah otak anda. Lakukan screening keadaan otak dan pembuluh darah otak dengan tindakan pencitraan kepala dan angiografi. Dengan mengetahui secara dini apa yang akan terjadi, maka dapat dilakukan pencegahan dengan baik. Kerusakan permanen otak dapat dicegah dan produktifitas dapat dijaga.

Alhamdulillah, saya sudah melakukan dan membantu banyak pasien di Jepang. Keinginan saya sekarang adalah membantu masyarakat dan bangsa saya sendiri untuk mencegah dari serangan stroke yang mengerikan itu.  Semoga saya diberikan kesempatan untuk memberikan pertolongan “endovascular neurosurgery” itu berupa tindakan angiografi diagnostik dan intervensi terhadap berbagai kelainan pembuluh darah leher dan otak.

Saya melakukan tindakan angiografi dan intervensi di Indonesia. Semoga dapat membantu masyarakat dan bangsa Indonesia
Saya melakukan tindakan angiografi dan intervensi di Indonesia. Semoga dapat membantu masyarakat dan bangsa Indonesia

“Perdarahan Epidural” di dalam kepala…”the silent killer”…!!

Kejadian trauma kepala saat ini semakin banyak akibat tingginya angka kecelakaan lalu lintas serta ketidakamanan suasana kerja yang beresiko tinggi, misalnya pada pekerjaan buruh pembangunan dan lain-lain.Kelalaian dalam mentaati peraturan lalu lintas ditambah dengan semakin majunya teknologi kenderaan bermotor menyebabkan selain kejadian trauma kepala meningkat juga disertai dengan ‘impact” yang tinggi pada kepala dan otak.Akibatnya terjadilah perdarahan hebat pada otak atau pembengkakan otak.Gejala yang tampak biasanya sangat jelas, seperti luka di kepala, penurunan kesadaran atau gejala-gejala kelumpuhan lainnya. Namun diantara jenis perdarahan otak yang mungkin terjadi, terdapat suatu jenis perdarahan otak yang kadang tidak terdeteksi dan mematikan.Perdarahan itu disebut dengan perdarahan epidural atau “Epidural hematoma (EDH)”.

Perdarahan epidural atau kita singkat dengan EDH adalah perdarahan yang terjadi di antara selaput pembungkus otak (duramater) dan tulang kepala. Perdarahan ini terjadi akibat retaknya tulang kepala pada trauma kepala yang selanjutnya retakan tulang itu akan menjadi sumber perdarahan atau dapat pula mencederai pembuluh darah yang berada di selaput pembungkus otak tersebut. Darah kemudian akan berkumpul dan bertambah banyak baik secara perlahan-lahan atau dalam tempo yang singkat. Pada awalnya dimana jumlah darah masih sangat sedikit, mungkin penderita tidak merasakan suatu keluhan yang berat atau berarti sehingga sering diabaikan. namun bila jumlah perdarahannya sudah cukup banyak maka dampaknya sangat berat hingga kematian.

Dalam kesempatan ini saya ingin bercerita mengenai salah satu pengalaman saya berkaitan dengan perdarahan epidural yang saya alami semasa saya masih menjalani pendidikan untuk menjadi seorang dokter spesialis bedah saraf. Di suatu malam dimana saya sedang bertugas jaga malam di sebuah rumah sakit pemerintah terbesar di indonesia, saya mendapat panggilan dari unit gawat darurat yang mengatakan bahwa ada pasien yang mengalami trauma kepala akibat kecelakaan lalu lintas. Segera saya bergegas ke unit gawat darurat untuk menemui dan memeriksa pasien. Ternyata saya menemukan seorang kakak dan adiknya yang baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas saat mereka sedang mengendarai sepeda motor. Keduanya tidak memakai helm dan diserempet oleh sebuah mobil minibus yang melaju dengan cepat. Keduanya kemudian terlempar dan terhempas ke kerasnya aspal di jalan. Saya asumsikan telah terjadi benturan kepala dengan aspal baik pada si kakak maupun si adik dari memar yang ada di kepala mereka masing-masing. Namun kondisi saat itu, si adik dalam keadaan tidak sadar dan sepertinya kondisinya darurat. Sedangkan sang kakak terlihat sadar penuh dan terus memegang lengan adiknya sambil menangis, walau terdapat memar di kepalanya juga. Keduanya diantar oleh orangtua mereka ke rumah sakit.

Si adik kemudian dilakukan pemeriksaan lengkap termasuk CT Scan kepala. Hasilnya menunjukkan adanya perdarahan otak yang minimal namun pembengkakan otak yang hebat di sisi kanan, sehingga kemudian saya menyarankan untuk dioperasi segera untuk pengangkatan darah dan memberikan ruang bagi otak yang bengkak. Orangtua setuju untuk dilakukan tindakan operasi. Kemudian saya menawarkan kepada si kakak untuk diperiksa lebih dalam dengan melakukan pemeriksaan CT Scan kepala. Namun si kakak menolak dan begitu pula dengan orangtuanya melihat kondisi kakaknya yang baik-baik saja.Surat penolakan tindakan diagnostik lebih lanjut pun ditandatangani oleh orangtua. Dalam kesempatan itu saya tetap memberikan edukasi agar si kakak perlu diobservasi dengan ketat setidaknya untuk 24 jam pertama pasca kecelakaan. Kembali orangtua memilih untuk membawa sang kakak pulang ke rumah. Si adik kemudian menjalani operasi bedah saraf. Operasi berjalan dengan baik dan kemudian pasca operasi dirawat di ruang rawat intensif. Kelihatannya perbaikan mulai terlihat dan sang adik mulai siuman.

Keesokan paginya, saat saya akan pulang ke rumah sehabis dinas malam, saya kembali mendapatkan panggilan dari unit gawat darurat yang menyatakan ada pasien yang mengalami trauma kepala kembali. Dikatakan pasien tersebut telah dilakukan CT Scan kepala oleh teman sejawat saya dari bagian neurologi/saraf, dan ditemukan ada perdarahan luas. Saya segera berlari ke unit gawat darurat dan alangkah terkejutnya saya menemukan pasien tersebut ternyata sang kakak yang mengalami kecelakaan semalam. Kondisinya amat buruk dan sudah dalam bantuan nafas dengan mesin. tidak terdapat tanda-tanda kehidupan sehingga saya terpaksa menyatakan telah terjadi kematian batang otak yang tidak mungkin bisa diobati walau dengan operasi sekalipun. Kedua orangtuanya menangis histeris namun sempat saya bertanya bagaimana kejadiannya. Orangtua bercerita bahwa malam sebelumnya, si kakak langsung ingin tidur setelah sampai di rumah. Tetapi hingga pagi, sang kakak tidak pernah bangun dan tidak dapat dibangunkan sehingga kemudian dilarikan ke rumah sakit. Hasil CT scan terdapat perdarahan epidural yang sangat luas dan dengan volume yang besar, yang telah menekan batang otak begitu hebat dan mengakibatkan kematian. Pada saat itu saya hanya dapat meminta maaf karena tidak ada hal lain yang bisa saya lakukan untuk membantu serta menyatakan jam kematian si kakak.

EDH pada CT Scan kepala

Dari cerita ini tampak bahwa si kakak yang pada awalnya tidak menunjukkan gejala apapun ternyata berakhir dengan kematian. Sedangkan si adik yang kondisi awalnya sangat berat kemudian mendapatkan pertolongan operatif sehingga dapat tertolong nyawanya. Perdarahan epidural dapat disebut sebagai “the silent killer” bila kita tidak waspada dan tidak cermat dalam mengantisipasi. Setiap trauma kepala seringan maupun seberat apapun harus mendapatkan pertolongan dan pemeriksaan yang optimal agar kematian dan kecacatan mungkin dapat dihindari.

Misteri kekuatan potensial otak (saraf) pada bayi dan anak

Mungkin pernah saya sampaikan dalam tulisan-tulisan saya sebelumnya mengenai misteri otak, khususnya pada bayi dan anak. Mungkin juga saya telah menyampaikan bahwa dari seluruh jenis kasus bedah saraf, kasus bedah saraf anak adalah yang paling rumit dan penuh dengan tanda tanya. Masih banyak hal yang belum dapat dijelaskan dengan dasar pengetahuan medis serta referensi berbagai literatur tentang penyakit saraf pada anak, khususnya yang telah dilakukan tindakan pembedahan.

Tidak seperti pada orang dewasa, dimana suatu kelainan pada sistem saraf pusat (otak dan saraf tulang belakang) dapat lebih dijelaskan tentang mekanisme kejadian, rencana pengobatan dan manfaat serta khususnya prognosis ke depan dengan jelas atau cukup jelas. Hasilnya pun tidak terlalu jauh dari prediksi kita para dokter bedah saraf mengenai perjalanan penyakitnya selanjutnya. Pada kasus bedah saraf anak, masih banyak hal-hal yang dapat tidak kita duga yang akan terjadi.

Bayi dan anak, walaupun dianggap sebagai suatu manusia yang baru hidup di dunia dengan segala kelemahannya akibat belum sempurnanya pertumbuhan, ternyata memiliki suatu kekuatan potensial yang sangat dasyat, yang membantu untuk mempercepat pemulihan serta memperbaiki segala kerusakan. Kekuatan tersebut dapat membantu bayi dan anak untuk kembali mengejar hidup yang normal pada usia yang lebih dewasa. Kekuatan itu adalah kemampuan “tumbuh kembang”. Cadangan kemampuan untuk pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut masih sangat besar pada bayi dan anak. Kemampuan sel-sel tubuh termasuk sel-sel saraf untuk mengembalikan fungsinya amatlah tinggi, walau kemampuan sel saraf sendiri untuk beregenerasi sangat rendah. Kerusakan dan kehilangan yang berat juga masih dapat diganti fungsinya dengan bagian sel saraf yang lain. Inilah kekuatan potensial pada bayi dan anak tersebut.

Beberapa minggu sebelumnya, saya melakukan suatu tindakan operasi bedah saraf pada seorang bayi yang masih berusia 1 bulan. Bayi tersebut mengalami perdarahan masif pada otak disertai dengan pembengkakan otak yang hebat. Penyebabnya sangat sederhana, lupa diberikan suntikan vitamin K pada saat lahir. Pada saat operasi, saya menemukan kerusakan otak yang begitu hebatnya pada otak sebelah kiri (otak dominan pada umumnya) sehingga struktur otak sudah berubah menjadi seperti bubur. Sel-sel otak yang rusak dan mati dalam jumlah besar ini terpaksa saya buang karena sel-sel otak yang rusak dapat menularkan kerusakannya ke sel-sel otak yang normal. Lebih dari 50% otak sisi kiri saya buang, yang sebagian besar sel-sel otak tersebut memiliki fungsi yang vital, diantaranya untuk fungsi pergerakan sisi kanan tubuh serta fungsi peraba sisi kanan tubuh. Pada saat saya membunag semua jaringan otak yang mati itu, saya berpikir bahwa kemungkinan besar bayi kecil malang ini akan menderita kelumpuhan sebelah kanan selanjutnya. Namun saya tidak punya pilihan, daripada kerusakan otak menjadi total.

Pasca operasi dan pasca bayi tersebut dibangunkan dari pengaruh obat bius, saya mengamati suatu hal yang luar biasa. Dengan kehilangan hampir setengah bagian dari otak, bayi kecil tersebut tidak menunjukkanadanya kekurangan apapun. Seluruh tangan dan kaki kecilnya dapat bergerak dengan baik dan begitu aktifnya. Suara tangisannya begitu kuat dan semangat untuk minumnya sangat tinggi. Secara keseluruhan, kondisi bayi jauh lebih baik dan lebih segar dibandingkan dengan sebelum operasi. Bagaimana saya dapat menjelaskan ini….? Bagaimana saya dapat menjelaskan kenapa seluruh fungsi pergerakannya berjalan dengan baik padahal hampir setengah otak saya buang…?? Apakah mungkin jaringan otak yang saya buang itu tidk memiliki peran apapun dalam fungsi hidup si bayi…??

Memang harus diakui, masih banyak pengetahuan yang tidak diketahui kita para dokter dan manusia pada umumnya. Masih banyak rahasia Tuhan Yang Maha Esa yang belum dimengerti oleh kita. Mungkin memang tidak semuanya dapat atau harus diketahui oleh manusia. Dalam hal medis dan fungsi sel-sel otak, konsep yang berkembang terakhir adalah bahwa sel-sel saraf memiliki kemampuan untuk memindahkan pusat pengaturan fungsi di suatu bagian otak ke bagian lainnya, sehingga walau ada yang rusak/hilang, fungsinya masih tetap ada. Selain itu, cadangan potensial “tumbuh kembang” pada anak memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan mengatur ini semua.

Sebagai pembelajaran khususnya bagi saya dari kasus ini adalah, jangan pernah menyerah dalam menghadapi kelainan pada bayi dan anak. Jangan pernah putus asa dan membiarkan kerusakan atau gangguan pada bayi dan anak berlanjut tanpa usaha memberikan tindakan untuk memperbaiki. Kita para dokter harus selalu berusaha memberikan kondisi yang suportif bagi tubuh bayi/anak agar dapat melakukan tumbuh kembangnya dengan baik. Berikanlah kesempatan pada bayi dan anak untuk tumbuh dan berkembang serta menikmati keindahan dunia ini.

 

Berikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang

Lipoma….tumor jinak yang dapat menjadi ancaman serius…

Siapa yang tidak mengenal lipoma, tumor jinak yang berupa kumpulan lemak biasanya di bawah kulit. Lipoma dapat tumbuh dimana saja di seluruh bagian tubuh. Gejalanya biasanya hanya berupa benjolan di bawah kulit dan dapat digerakkan dengan bebas (tidak terfiksasi pada kulit ataupun pada jaringan di bawahnya). Kadang, bila ukurannya terlalu besar maka dapat menimbulkan rasa nyeri atau gangguan dalam menggerakkan suatu bagian tubuh. Hal ini terjadi karena lipoma yang besar dapat menekan dan mengiritasi saraf-saraf tepi kecil di seluruh bagian tubuh kita. Namun yang lebih sering adalah gangguan kosmetik yang diakibatkan lipoma ini sehingga dapat mengganggu rasa percaya diri seseorang. Tindakan untuk lipoma adalah dengan operasi minor pengambilan massa lipoma secara utuh. Operasi bersifat penyembuhan dan tidak ada tindakan tambahan lainnya.

Lipoma pada sisi kanan kepala

 

Namun tumor jinak ini ternyata mulai menunjukkan “taringnya” dan memberikan ancaman yang cukup serius kepada penderitanya. Kemampuannya untuk tumbuh di berbagai tempat ternyata tidak memberikannya batasan untuk tumbuh di daerah-daerah vital seperti otak dan saraf tulang belakang. Saya mencatat pernah melakukan operasi suatu tumor pada otak yang ternyata muncul sebagai lipoma pada 3-4 pasien. Tidak jarang pula ditemukan lipoma yang berada di antara saraf tulang belakang. Lipoma yang jinak ini bila tumbuh di otak atau saraf tulang tentunya akan memberikan ancaman gangguan fungsi yang penting. Kelumpuhan, gangguan bicara, gangguan merasa merupakan salah satu di antaranya. Tindakan pengangkatan lipoma yang relatif tidak sulit bila terletak di bawah kulit, akan menjadi rumit bila terletak di dalam otak atau saraf tulang belakang. Pengambilan secara utuh akan menjadi sulit karena ancaman mencederai sel-sel saraf sehat di sekitarnya.

Sebagai pesan pada tulisan saya ini adalah penyakit seringan lipoma tidak boleh kita sepelekan. Banyak jenis tumor lain yang gejala dan bentuknya menyerupai lipoma yang mungkin lebih berbahaya daripada lipoma. Selain itu, kemampuan lipoma untuk muncul di berbagai organ dan jaringan tubuh perlu diperhatikan. Tindakan eksisi dan pengangkatan massa lipoma merupakan terapi satu-satunya.

Jaringan lipoma

Abses/nanah otak…runtuhnya pertahanan pertama pada otak

Abses atau dalam bahasa awam adalah kumpulan nanah pada suatu jaringan di dalam tubuh sering ditemukan di negara kita ini yang terkenal dengan polusi dan pola hidup yang tidak bersih dan tidak teratur. Abses atau nanah dapat ditemukan hampir di seluruh bagian tubuh, mulai dari kulit di bagian luar hingga organ di dalam tubuh. Tubuh manusia yang sebenarnya memiliki sistem pertahanan yang cukup kuat terhadap berbagai kuman yang beresiko masuk dan menginfeksi tampaknya sudah mulai kalah dengan kekuatan-kekuatan kuman tersebut. Sepertinya dengan berbagai faktor eksternal yang diakibatkan perbuatan manusia yang bersifat merusak alam ini telah memberikan kemampuan mutasi dari kuman-kuman tersebut untuk menjadi lebih kompleks dan lebih tinggi daya tahannya. Sejauh manapun dunia medis mencari obat untuk membunuh kuman-kuman ini namun tetap saja akan muncul spesies kuman baru yang lebih kuat.

Penyebab lain dari mudahnya kuman masuk adalah lemahnya atau hilangnya daya tahan dan sistem pertahanan tubuh manusia itu sendiri. Penyebabnya bisa berbagai hal, mulai dari faktor psikis, kekurangan gizi hingga penyakit pembunuh seperti HIV/AIDS. Kesemuanya akan meningkatkan resiko infeksi dan kejadian abses juga akan meningkat.

Otak yang terletak di dalam tempurung kepala memiliki pertahanan atau daya imunitas terkuat di dalam tubuh dari invasi dan infeksi berbagai kuman. Tulang kepala yang kompleks, sistem pembuluh darah yang menabjubkan serta adanya selaput pembungkus otak merupakan bagian terbesar dari sistem pertahanan otak yang pertama dan utama. Bila infeksi sudah berhasil masuk ke dalam otak maka kemungkinan besar infeksi juga sudah berhasil memasuki sistem organ yang lainnya.

Namun akhir-akhir ini, banyak pasien yang datang kepada saya dengan penemuan adanya abses atau nanah di dalam otak dengan keadaan bagian tubuh lainnya relatif sehat dan stabil. Pasien-pasien ini datang dengan gejala atau keluhan yang berhubungan dengan gangguan pada otak namun tidak mengeluh adanya gangguan lain di tubuhnya termasuk infeksi kuman di organ lainnya. Tentunya akan memberikan pertanyaan bagi kita, mengapa otak yang memiliki sistem pertahanan terkuat di dalam tubuh mengalami infeksi kuman (abses) tetapi bagian tubuh lainnya dalam keadaan sehat…?? Apakah imuntas otak semakin lama semakin berkurang…??

Jawabannya adalah karena ternyata kuman menemukan “jalan-jalan rahasia” sebagai akses langsung menuju ruang otak. Dasar tulang tengkorak memiliki banyak lubang-lubang kecil tempat keluar-masuknya saraf-saraf dan pembuluh darah otak. Lubang-lubang ini akan digunakan oleh kuman untuk masuk ke ruang otak. Infeksi-infeksi pada daerah wajah seperti infeksi daerah mulut, gigi, rongga hidung dan infeksi pada telinga merupakan sumber-sumber utama tempat asal kuman yang menyerang otak. Pasien-pasien dengan infeksi tersebut akan rentan untuk mengalami infeksi otak bila tidak diobati dengan tepat. Pasien-pasien dengan riwayat trauma kepala dimana terjadi keretakan pada tulang kepala serta kerusakan selaput otak akan memudahkan kuman masuk secara langsung melalui daerah trauma tersebut. Sehingga banyak pasien pasca trauma kepala kemudian akan mengalami infeksi dan/atau abses pada otak.

Pasien-pasien dengan abses otak harus dilakukan terapi dengan benar untuk menghentikan infeksi kuman sekaligus memastikan kesembuhan. Jumlah nanah yang terlalu besar perlu dilakukan tindakan operasi untuk membuang nanah tersebut. Pemasangan selang drainase ke dalam otak kadang perlu dilakukan hingga seluruh nanah dikeluarkan. Pengobatan atau pembuangan infeksi asal dari gigi, telinga dan lain-lain juga harus dilakukan karena tanpa mengobati sumber asalnya, bukan tidak mungkin abses otak akan terjadi lagi. Selain itu, pemberian antibiotik untuk abses otak harus dalam dosis yang lebih besar, durasi yang lebih lama serta dengan kombinasi yang sesuai dengan kuman yang ditemukan di nanah yang diambil. Biasanya, antibiotik diberikan selama 6 sampai 8 minggu dengan suntikan dan kemudian dilanjutkan dengan antibiotik oral selama 1 sampai 2 minggu. Untuk pasien-pasien dengan sistem imunitas terganggu seperti pada HIV/AIDS maka terapi peningkatan sistem imunitas juga perlu diberikan.

Pasien dengan abses otak tanpa ada penyakit lainnya yang mengganggu sistem imunitas tubuh umumnya memiliki prognosis kesembuhan yang cukup baik bila diterapi dengan benar. Tindakan operasi diperlukan untuk membuang nanah dan mencari tahu jenis kuman yang menginfeksi sebagai pedoman pemberian terapi antibiotik selanjutnya.

Abses otak

Infeksi TBC pada otak…suatu penyakit “peniru”

Hingga saat ini, penyakit TBC (Tuberculosis) masih merupakan suatu tantangan dan pekerjaan rumah yang belum tuntas diselesaikan oleh bangsa dan negara kita. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri “Mycobacterium tuberculosa” masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama yang dihadapi oleh pemerintah kita khususnya oleh departemen kesehatan RI. Usaha pemerintah untuk mengatasi penyakit ini dengan memberikan pengobatan secara luas hingga ke puskesmas-puskesmas dan bersifat gratis, tetap tidak mampu mengejar kecepatan penyebaran penyakit ini. Penyakit ini menyebar melalui udara dari pernafasan penderita ataupun saat penderita batuk, sangat mudah menular kepada orang-orang di sekitarnya baik keluarga, tetangga dan teman. Ditambah lagi keadaan higenitas/kebersihan lingkungan dan udara di negara kita yang relatif buruk.

Bentuk paling umum yang diketahui oleh masyarakat adalah bahwa penyakit TBC menyerang organ paru-paru kita dengan manifestasi klinis berupa batuk-batuk  atau mungkin sesak nafas. Beberapa penderita juga kadang mengeluhkan suhu tubuh meningkat (demam) yang bersifat naik turun. Beberapa penderita lainnya juga mengeluh suka keringat dingin di malam hari dan berat badan menurun. Pada kasus dengan penyakit TBC lanjut, pasien dapat mengalami batuk berdarah.

Namun ternyata, penyakit TBC ini lebih luas dari hanya gangguan di sistem pernafasan atau paru-paru saja. Kemampuan bakteri TBC untuk menyerang tubuh kita tidak terbatas pada organ paru-paru saja. Tuberculosis mampu menyerang hampir seluruh organ di tubuh kita, termasuk otak dan saraf tulang belakang. Saya harus akui bahwa pasien dengan TBC pada otak dan tulang belakang yang datang ke bedah saraf tidaklah sedikit.

Kenapa saya mengatakan bahwa TBC merupakan penyakit “peniru”….??

Saya jawab dengan sebuah cerita. Seorang wanita muda datang kepada saya dengan keluhan sakit kepala kronis dan kelemahan sesisi tubuh. Pasien sudah mengalami penyakit ini sejak 3 bulan terakhir. Tidak jelas adanya riwayat trauma ataupun infeksi dari cerita pasien. Pasien datang dengan rasa khawatir dan takut yang tidak dapat disembunyikan. Dengan membawa CT Scan dan MRI kepala hasil pemeriksaan dirinya, pasien bercerita kalau dia sudah pernah berobat ke dokter saraf dan dikatakan menderita penyakit tumor otak. Setelah divonis dengan tumor otak, pasien menjadi sangat ketakutan dan kehilangan semangat hidup. Dengan menangis, dia berkata mengapa usia semuda dirinya harus menghadapi kematian sedini mungkin.

Saya berusaha menenangkan wanita muda tersebut dan menyampaikan kepadanya untuk tenang dan bersabar dahulu. Berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang dilakukan padanya serta hasil pemeriksaan pencitraan yang dibawanya, diagnosis pasti penyakitnya belum dapat ditentukan. Memang dari hasil pemeriksaan CT Scan dan MRI kepala terlihat suatu massa menyerupai tumor di dalam otak. Pada saat itu memang saya belum bisa memberikan kesimpulan dari penyakitnya. Kemudian saya menawarkan tindakan operatif untuk mengambil massa yang diduga tumor tersebut dengan tujuan untuk mengetahui jenis massa tumor dan usaha untuk mengurangi massa tumor seoptimal mungkin. Pasien dalam kepasrahan menyetujui tindakan yang saya tawarkan dan kemudian pasien dipersiapkan. Dilakukan tindakan operasi pada pasien satu minggu setelah kedatangannya ke saya. Massa tumor diambil sebagian karena pengambilan secara total dapat membahayakan nyawa pasien. Massa tumor yang diambil kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Pasien kemudian dirawat pasca operasi.Pasien masih dalam keadaan stres dan tidak punya semangat hidup setelahnya.

Sekitar satu minggu setelah tindakan operasi, keluarlah hasil pemeriksaan massa tumor. Pasien sangat khawatir saat menunggu hasil pemeriksaannya keluar. Kemudian saya membuka amplop hasil pemeriksaan laboratorium. Saya terdiam sejenak kemudian saya menatap pasien dan mulai berbicara. Sebelum saya beri tahu hasilnya, saya bertanya terlebih dahulu kepada pasien apakah pasien pernah mengalami sakit batuk-batuk kronis. Pasien mengangguk. Kemudian saya bertanya apakah di antara anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC dan bila ada, bagaimana dengan pengobatannya. Pasien menjawab ada namun pengobatannya tidak lengkap. Baru kemudian saya memberi tahu pada pasien bahwa hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa pasien tidak menderita tumor otak, tetapi yang ada adalah lesi tuberkulosis pada otak. Penyakit TBC ini dapat sembuh dengan pengobatan yang benar dan teratur. Pada saat itu juga pasien menangis kegirangan dan bersujud syukur. Dia kemudian memeluk saya sekuat tenaga sambil masih terus menangis dan mengucapkan terima kasih. Saya hanya mengatakan kepadanya untuk berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Saya juga kemudian menganjurkan pasien untuk memulai terapi TBC secara teratur.

Enam bulan semenjak pasien pulang dari perawatan di rumah sakit, saya ertemu kembali dengannya di poliklinik. Wanita muda tersebut kelihatan sangat segar, bahkan tubuhnya lebih berisi. Wajahnya penuh dengan senyuman dan matanya berbinar-binar. Wanita muda tersebut kemudian mengatakan bahwa keluhan sudah jauh membaik. Kelumpuhannya semakin membaik dan sakit kepalanya menghilang. Hasil pemeriksaan MRI kepala kontrol menunjukkan massa TBC sudah hampir menghilang sepenuhnya. Dapat dikatakan pasien sudah sehat sekarang.

Penyakit TBC pada otak dapat berbentuk seperti suatu tumor otak dengan gejala-gejala seperti gejala yang ditimbulkan oleh tumor otak. Penyakit TBC merupakan suatu penyakit yang dapat menyerang hampir seluruh organ di tubuh kita dan dapat menjadi berbahaya bila tidak diobati. Namun satu hal yang harus diketahui, bahwa penyakit TBC dapat diobati.

Balada bayi-bayi “berkepala besar”

Bayi-bayi berkepala besar, lahir ke dunia dan diterima dengan kesedihan akibat kecacatan yang dialaminya. “Kepala besar” pada seorang bayi atau anak, dalam dunia medis disebut sebagai “Hidrosefalus“, merupakan suatu kelainan yang disebabkan oleh gangguan pada saat perkembangan di dalam rahim ibu (kongenital) atau akibat suatu penyakit yang didapat setelah bayi tersebut lahir. Mekanismenya adalah akibat akumulasi cairan otak di dalam kepala yang terus bertambah dan menimbulkan ketidakseimbangan antara produksi dengan pembuangan (ekskresi) cairan otak tersebut. Hasilnya adalah tekanan di dalam kepala semakin meningkat yang selanjutnya akan membunuh sel-sel otak sehat. Secara klinis, anak akan menjadi tidak aktif dan muncullah berbagai kelainan saraf, seperti kebutaan dan lain-lain.

Pasien dengan penyakit hidrosefalus umumnya datang ke dokter bedah saraf pada waktu yang sudah relatif terlambat. Alasannya yang utama adalah masalah biaya, namun yang menyedihkan adalah beberapa di antaranya beralasan bahwa penyakit hidrosefalus adalah penyakit kecacatan yang sudah divonis permanen dan tidak dapat diperbaiki bahkan pasti berakhir dengan kematian dini. Hal ini yang membuat orangtua kemudian hanya pasrah dan tidak membawa anaknya untuk mencari pertolongan medis.

Walaupun belum ada bukti medis dan klinis yang pasti dari penelitian, ternyata sebagian besar kasus hidrosefalus pada bayi yang dilakukan tindakan sedini mungkin berupa mengalihkan cairan otak yang menumpuk di dalam kepala ke dalam perut dengan pemasangan sebuah selang (ventriculoperitoneal shunt; VP Shunt), memberikan hasil yang baik dan positif. Hidrosefalus akibat suatu penyakit yang didapat setelah lahir khususnya bila dilakukan terapi operai pemasangan VP Shunt sebelum usia 1 bulan, menunjukkan anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Beberapa kasus yang sudah dilakukan terapi 20-25 tahun yang lalu, sekarang anak-anak tersebut tumbuh normal dan dapat sekolah dan kuliah dengan baik. Di antaranya bahkan ada yang menjadi seorang pemain piano yang hebat. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata masih ada harapan untuk anak-anak penderita hidrosefalus yang dilakukan terapi operasi sedini mungkin.

Oleh karena itu, bila anda atau keluarga dan teman anda mempunyai anak “berkepala besar” atau hidrosefalus, segeralah mencari pertolongan medis ke dokter. Bila memang terindikasi maka dokter spesialis bedah saraf akan melakukan operasi untuk kelainan ini. Beri kesempatan bagi anak anda untuk menikmati indahnya masa depan.

Pusat kenyang dan pusat lapar di otak kita….

Salah satu masalah yang banyak dialami oleh manusia adalah kegemukan dan berat badan berlebih atau istilah dalam dunia kedokteran adalah obesitas. Di jaman sekarang ini, semakin banyak faktor resiko yang mengakibatkan berat badan berlebih atau kegemukan. Makanan cepat saji, makanan manis-manis, makanan yang tidak sehat ditambah dengan pola hidup yang tidak sehat seperti malas berolah raga dan tidur tidak teratur semuanya akan mengakibatkan obesitas.

Resiko dari obesitas juga sangat banyak. Penyakit gula darah atau diabetes melitus (DM), penyakit jantung dan penyakit stroke merupakan resiko komplikasi dari obesitas tersebut. Kemudian untuk usia yang lebih muda, kegemukan sering dikaitkan dengan masalah penampilan diri dimana beberapa orang menjadi tidak percaya diri karena berat badan berlebih. Sikap menyendiri dan tidak bergaul akan menjadi pelariannya. Belum lagi masalah anak muda yang akan sulit mencari busana yang cocok.

Melihat banyak kerugiannya, sebagian besar orang terus menerus mencari cara untuk mengatasi masalah kegemukan ini. Harapan solusi cepat dan mudah selalu diinginkan. Bagi banyak orang, berolah raga dan diet tidak mudah dan seringkali gagal setelah dicoba. Selain itu, masalah waktu yang terbatas sehingga tidak punya kesempatan untuk berolahraga atau menjaga pola hidup sehat.

Salah satu cara cepat yang suka dipilih adalah dengan sedot lemak atau sering disebut “luposuction”. Tindakan mengisap lemak dari dalam tubuh atau lemak di bawah kulit merupakan usaha yang banyak dilakukan saat ini. Selain itu prosedur “gastric bypass” juga menjadi pilihan dimana sebagian usus penyerapan di dalam tubuh diambil dengan tujuan mengurangi penyerapan makanan. Namun, kedua prosedur ini tidak bebas dari komplikasi. Kemungkinan terjadinya ketidakseimbangan gizi, elektrolit bahkan hingga perdarahan pasca tindakan dapat terjadi, walau mungkin di tangan yang ahli hal ini jarang terjadi.

Cara lain yang berkembang adalah dengan hipnotis dimana pikiran kita dipengaruhi untuk menciptakan rasa kenyang dan mencegah rasa lapar walau hanya mengkonsumsi sedikit makanan. Bahkan ada yang mengatakan bisa membuat kita merasa mual setelah makan sedikit saja, sehingga mencegah untuk makan lebih banyak.

Sebenarnya rasa lapar dan rasa kenyang itu diatur oleh otak, berada pada suatu organ kecil di otak yang disebut dengan “hipotalamus”. Rasa lapar dan kenyang kita diatur berdasarkan informasi keadaan kecukupan zat makanan di dalam tubuh kita. Pada saat tubuh kita kekurangan zat gula maka pusat otak untuk rasa lapar akan terangsang. Begitu juga sebaliknya bila tubuh kita dalam keadaan kecukupan zat gula, maka pusat kenyang di otak akan terstimulasi. Beda ambang rangsang di pusat otak inilah yang menyebabkan perbedaan banyaknya makan setiap orang. Selain itu rangsangan bau makanan serta “gambar” makanan yang tercipta dari visualisasi mata akan menyebabkan rangsangan pusat lapar lebih banyak. Ditambah lagi memori otak yang menyimpan tentang enaknya rasa makanan juga akan merangsang pusat lapar otak.

Hal diatas kemudian menjadi pertimbangan bagi para ahli khususnya ahli bedah saraf tentang kemungkinan mengatur pusat lapar di otak. Pengetahuan dan penelitian sudah membuktikan bahwa bila pusat lapar dirangsang maka kita akan merasa lapar dan bila pusat kenyang dirangsang maka kita  akan merasa kenyang pula. Oleh sebab itu saat ini sedang dikembangkan cara untuk merangsang pusat lapar dan kenyang otak yang baik dan tepat. Pusat-pusat kontrol ini sangat kecil dan terletak di antara pusat-pusat pengatur lainnya. Salah rangsang maka akibatnya bisa tidak baik atau bahkan fatal. Teknik-teknik stereotaktik dan ablasi dengan radiofrekuensi terus dikembangkan oleh ahli bedah saraf untuk bisa menyelesaikan masalah obesitas ini. Besarnya rangsangan juga terus diteliti agar didapatkan angka yang paling tepat untuk masing-masing orang.

Di akhir cerita, menurut saya tetap yang terbaik adalah pola hidup sehat. Walau keadaan jaman dan lingkungan tidak mendukung, kita harus tetap berusaha menjaga kesehatan fisik dan jiwa. Sebagai harapan saya, semoga perkembangan pengetahuan dan teknik mengatur pusat lapar dan kenyang ini semakin baik sehingga dapat membantu banyak orang dengan masalah obesitas. Ayo maju terus bedah saraf dunia.