Selama saya bertugas sebagai seorang dokter bedah saraf, saya menerima pasien dengan berbagai macam penyakit, mulai dari tumor otak, kelainan pembuluh darah otak, infeksi susunan saraf pusat, kelainan tulang belakang bagian leher, trauma kepala, dan lain-lain. Tingkat penyakitnya juga bervariasi, tapi sebagian besar pasien sudah datang dengan penyakit lanjut. Tumor otak yang sudah begitu besar ukurannya, tingkat kelainan pembuluh darah otak yang berat, infeksi susunan saraf pusat yang sudah parah, trauma kepala tanpa tata laksana yang lengkap, dan lain-lain, menunjukkan bahwa pasien-pasien tersebut termasuk telat dalam mencari pertolongan medis. Hal ini memang tidak bisa kita salahkan sepenuhnya kepada pasien mengingat sistem kesehatan di Indonesia masih jauh dari sempurna dan kesehatan masih termasuk hal yang mahal di Indonesia.
Yang menarik adalah bahwa hampir 80% keterangan yang saya terima dari pasien-pasien tersebut mengenai riwayat penyakitnya adalah bahwa selalu diawali dengan sakit kepala. Sakit kepala yang awalnya bersifat ringan dan hilang timbul, kemudian menjadi memberat namun masih dapat teratasi dengan obat-obatan hingga sakit kepala yang sangat berat dan tidak reda dengan obat-obatan yang biasa dipakai, merupakan keluhan yang umumnya disampaikan para pasien. Pada saat sakit kepalanya sudah tidak tertahankan, barulah pasien mencari pertolongan ke dokter. Sayang sekali, ternyata sebagian dokter juga menganggap bahwa sakit kepala merupakan hal yang biasa yang bisa disebabkan oleh banyak faktor dan tidak dianggap serius. Pasien kemudian hanya diberikan obat-obatan sakit kepala yang lebih kuat. Perjalanan penyakit pasien-pasien tersebut kemudian bertambah parah dimana keluhan-keluhan tambahan mulai timbul. Rasa mual, muntah, kelainan-kelainan lainnya kemudian akan menambah penderitaan pasien yang membuat para dokter kemudian mengirim pasien-pasien tersebut untuk pemeriksaan lebh lanjut dengan foto kepala, CT Scan kepala atau MRI kepala. Barulah dari pemeriksaan ini ditemukan kelainan yang sesungguhnya, yang kemudian pasien dikonsulkan ke dokter bedah saraf.
Yang menyedihkan adalah pasien-pasien ini datang sudah dengan kerusakan lanjut sistem otak akibat kelainan yang dideritanya. Sehingga tindakan operasi yang dapat seorang ahli bedah saraf lakukan tidak bisa mengembalikan fungsi pasien-pasien tersebut secara optimal. Memang, tindakan operasi tetap kita sarankan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan juga mungkin dapat menyelamatkan jiwa, tapi fungsi-fungsi tubuh yang diperlukan mereka untuk bekerja sudah rusak.
Disinilah menjadi pemikiran saya, andaikan pasien-pasien ini datang lebih dini, pada saat keluhannya hanya sakit kepala yang bersifat ringan atau sedang, tanpa ada keluhan lain yang menandakan sudah adanya kerusakan saraf, maka kita dapat memberikan pertolongan dengan hasil yang lebih baik. Namun, siapa sih yang mau berobat ke dokter bedah saraf hanya dengan keluhan sakit kepala saja….? Mungkin tidak ada sama sekali. Bahkan sebagian besar orang takut mendengar kata “bedah saraf”.
Saya kemudian berusaha mencari tahu lebih dalam tentang sakit kepala. Apa sebenarnya sakit kepala itu dan bagaimana sakit kepala membantu seorang dokter dalam menentukan diagnosa penyakit seorang pasien.
Dari penelusuran saya ke dalam tinjaun pustaka dan jurnal-jurnal yang ada, sakit kepala merupakan topik yang sangat luas dan masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut dalam dunia medis sebagai suatu keluhan pasien yang terbesar. Sakit kepala secara umum dibagi menjadi dua yaitu; sakit kepala karena kelainan di luar kepala dan sakit kepala karena kelainan di dalam kepala. Seseorang dapat mengalami sakit kepala bila memiliki tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, kadar gula tinggi atau rendah, atau karena gangguan psikis dan beban mental. Ini adalah beberapa contoh sakit kepala karena kelainan di luar kepala. Namun, sakit kepala juga dapat timbul pada tumor otak, perdarahan otak, infeksi otak dan kelainan-kelainan lain di dalam otak. Lalu….bagaimana cara membedakannya…?
Hingga saat ini, belum ditemukan cara yang jelas dan spesifik untuk membedakan kedua jenis sakit kepala itu. Walau sudah banyak penelitian yang dilakukan di seluruh dunia, masih belum ada cara yang jelas dan tepat untuk membedakan keduanya. Selain itu variasi bentuk, intensitas, karakteristik sakit kepala juga sangat banyak yang sulit untuk diperinci satu per satu. Pasien dengan sakit kepala akibat kelainan tumor otak yang sama mungkin mengeluhkan sakit kepalanya berbeda. Intensitas nyeri kepala seseorang dengan orang lain juga berbeda-beda. Pengaruh obat-obatan juga tidak sama dimana pada seorang pasien dengan obat tertentu mungkin sakit kepalanya akan mereda namun pada pasien lain tidak. Kesemuanya ini menjadi tantangan bagi dunia medis untuk menjadikan sakit kepala sebagai panduan dalam menentukan diagnosa pasien. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan.
Sebagai pesan dari saya bahwa bila anda mempunyai sakit kepala dengan intensitas yang berat, atau sakit kepala dengan gejala yang berbeda dari biasanya atau sakit kepala yang tidak hilang dengan obat-obatan serta sakit kepala yang disertai dengan keluhan-keluhan lain, segeralah mencari pertolongan medis hingga benar-benar dipastikan sakit kepala anda karena apa. Alangkah lebih baik lahgi bila sejak awal anda merasakan sakit kepala, sudah dilakukan pemeriksaan yang baik dan cukup agar tidak terlewat kemungkinan penyakit yang serius.
Jadi silahkan kita coba jawab, sakit kepala…hal yang biasa atau peringatan suatu penyakit serius di dalam tubuh kita…..??