“Bukankah sangat menyenangkan bila anda dapat hidup hingga 100 tahun dalam keadaan sehat dan produktif…”
“Bukankah punya usia lebih panjang dalam keadaan sehat memberikan waktu lebih banyak menikmati hidup ini…”
“Bukankah mencegah penyakit jauh lebih menyenangkan dibandingkan sakit dan berusaha untuk sembuh…”
Pada tahun 2011, saya mendapat kesempatan untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan kemampuan serta ketrampilan saya dengan mempelajari ilmu dan teknik “Endovascular Neurosurgery” atau yang disebut juga dengan “Neuro-Intervensi” sebagai bagian dari pendidikan sub-spesialis atau super spesialis bedah saraf bagi diri saya di Tokyo, Jepang. Ilmu dan teknik ini mirip dengan yang diterapkan oleh dokter spesialis jantung yang melakukan kateterisasi jantung dan pemasangan balon serta “stent” di jantung, namun dilakukan di otak. Ilmu dan teknik “endovascular neurosurgery” adalah suatu tindakan “minimal invasif” dengan menggunkan kateter atau selang kecil yang di arahkan ke pembuluh darah otak untuk melakukan berbagai hal di pembuluh darah otak, seperti melepaskan sumbatan di pembuluh darah otak atau menutup pembuluh darah otak yang bocor atau berisiko bocor. Salah satu yang dapat dilakukan oleh teknik endovascular neurosurgery adalah melakukan “screening” dan melihat adanya kelainan di pembuluh darah otak dengan memasukkan zat warna/kontras ke dalam pembuluh darah otak melalui kateter dan selang yang kecil tadi.
Bukan suatu keragu-raguan lagi bahwa dasar dari berbagai penyakit di dalam otak bahkan di seluruh tubuh kita adalah sistem pembuluh darah. Pembuluh darah yang begitu banyaknya secara konstan mengalirkan darah yang mengandung zat energi dan oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Aliran darah tersebut juga dikontrol oleh kebutuhan tubuh, kadang aliran bisa cepat, dan kadang bisa pula lambat. Masalah akan muncul saat pembuluh darah tersebut menjadi tersumbat atau pecah. Aliran darah akan menjadi terganggu dan pada akhirnya akan mengakibatkan kematian jaringan tubuh yang disuplai oleh pembuluh darah yang rusak tersebut. Jaringan tubuh yang rusak dan mati inilah selanjutnya akan menyebabkan munculnya berbagai macam penyakit.

Begitu pula dengan organ otak, yang merupakan bagian terpenting di tubuh kita, sebagai pusat kontrol dari semua fungsi tubuh, akan sangat mudah terganggu bila aliran darah tidak baik. Gangguan aliran darah akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak itu disebut dengan stroke, dan seperti dalam tulisan-tulisan saya sebelumnya, efek dari stroke adalah sangat merusak dan menghilangkan produktifitas seseorang bahkan mengakibatkan kematian. Sebenarnya kejadian stroke bukan merupakan kejadian yang datang tiba-tiba. Memang, serangan stroke datang dalam sekejab, namun sebenarnya proses yang memulai terjadinya serangan stroke sudah berlangsung lebih lama. Sejak awal, sudah mulai terjadi perubahan sifat dari pembuluh darah otak yang kemudian dalam prosesnya akan semakin rusak hingga tercapai batas toleransi akhir si pembuluh darah untuk berfungsi dengan baik. Proses yang terjadi ini berupa proses penyumbatan yang progresif atau pembentukan sumbatan yang akan menyumbat di daerah lain dan peningkatan kemungkinan pecahnya pembuluh darah. Sayang sekali, pada saat proses ini dimulai dan sedang berjalan, selama masih ada toleransi dari pembuluh darah otak (dan leher) serta jaringan otak itu sendiri, maka tidak ada atau sangat minimal gejala yang mungkin timbul. Gejala-gejala kesemutan atau kelemahan sesisi tubuh yang berlangsung sebentar atau gejala-gejala lainnya yang bisa hilang sendiri merupakan petunjuk bahwa batas toleransi sudah hampir terlewati. Walaupun begitu, masih banyak orang yang tidak menyadarinya dan tidak mencari pertolongan medis.

Kembali kepada pengalaman saya menimba ilmu saat itu di Tokyo, salah satu yang membuat saya kagum adalah melihat begitu banyak pengunjung rumah sakit yang berusia sangat tua (usia 90-100 tahun) yang datang sendiri, berjalan dengan kedua kakinya dengan sangat gagah, untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan secara berkala (Medical Check Up). Pemeriksaan yang dilakukan berupa “screening” pembuluh darah otak dengan tindakan angiografi serebral. Para pengunjung lansia ini melakukan pemeriksaan ini secara rutin setiap 6 bulan untuk memastikan pembuluh-pembuluh darah otak mereka dalam keadaan baik. Saya bersama mentor saya disana, seorang professor bedah saraf dan asisten-asisten professor yang ahli dalam bidang “endovascular neurosurgery” melakukan puluhan angiografi diagnostik setiap hari untuk melihat keadaan pembuluh darah leher dan otak para penduduk Jepang. Dari pemeriksaan yang kami lakukan, tidak sedikit kami menemukan banyak pembuluh darah yang sudah mulai mengalami kerusakan berupa penyumbatan dan calon pecah. Dari hasil temuan itu, kami kemudian melakukan intervensi dengan tindakan yang sama untuk mencegah penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah. Setalah tindakan dilakukan, kita selalu menganjurkan agar dilakukan pemeriksaan pembuluh darah leher dan otak secara berkala (6 bulan).

Hasilnya adalah ternyata sebagian besar penduduk Jepang dalam keadaan sehat dan jarang terkena serangan stroke. Tindakan pelacakan (screening) keadaan pembuluh darah otak dan leher dan melakukan pengobatan secara dini ternyata memberikan kesempatan bagi usia lansia untuk hidup lebih panjang dan lebih produktif. Banyak sekali saya menemukan diantara para lansia yang sudah berusia diatas 80 tahun tetapi masih aktif bekerja di berbagai bidang. Kekuatan dan gerakan mereka tidak ubahnya seperti orang yang berusia 40-50 tahun. Sungguh sangat mencengangkan…
Dibandingkan dengan keadaan di Indonesia, dimana sebagian besar pasien datang sudah mengalami serangan stroke, sudah mengalami kelumpuhan bahkan sudah kehilangan nyawa akibat pecahnya pembuluh darah, sungguh sangat berbeda dengan apa yang saya perhatikan di Jepang. Angka serangan stroke di Indonesia setiap tahunnya semakin meningkat drastis dan usia yang mengalami stroke semakin muda. Tidak terhitung banyaknya kerugian yang dialami oleh keluarga, masyarakat dan negara akibat stroke ini. Semua diakibatkan oleh pola hidup yang buruk dan tidak dilakukannya “medical check up” yang baik untuk keadaan otak dan pembuluh darah otak dan leher.
Kekurangan “medical check up: yang ban yak dilakukan di Indonesia adalah tidak pernahnya dilakukan “screening” hingga ke keadaan otak dan pembuluh darah otak. Biasanya medical check up hanya terbatas sampai pemeriksaan darah di laboratorium dan foto toraks (untuk melihat keadaan paru-paru dan jantung) serta EKG jantung. Tindakan CT Scan kepala atau MRI kepala atau angiografi kepala tidak pernah masuk dalam menu “medical check up”. Alasannya adalah karena biayanya mahal. Tapi apakah tidak lebih mahal biaya bila sudah mengalami stroke….???
Pada akhirnya, saya sangat dan selalu menyarankan agar sayangilah otak anda. Lakukan screening keadaan otak dan pembuluh darah otak dengan tindakan pencitraan kepala dan angiografi. Dengan mengetahui secara dini apa yang akan terjadi, maka dapat dilakukan pencegahan dengan baik. Kerusakan permanen otak dapat dicegah dan produktifitas dapat dijaga.
Alhamdulillah, saya sudah melakukan dan membantu banyak pasien di Jepang. Keinginan saya sekarang adalah membantu masyarakat dan bangsa saya sendiri untuk mencegah dari serangan stroke yang mengerikan itu. Semoga saya diberikan kesempatan untuk memberikan pertolongan “endovascular neurosurgery” itu berupa tindakan angiografi diagnostik dan intervensi terhadap berbagai kelainan pembuluh darah leher dan otak.

Pak Andra, bagaimana dengan vertigo? ap benar2 bisa disembuhkan tanpa kambuh2 lg pak? sy browsing katanya dengan angiografi bisa dicari penyebab vertigo? berapa biaya angiografi pak? terima kasih pak.
Ibu Mustika yang terhormat
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
Sebelumnya saya ingin menyampaikan permohonan maaf saya karena baru dapat membalas tulisan anda saat ini.
Permasalah vertigo adalah karena banyak sekali hal yang dapat menjadi penyebabnya. Bila penyebabnya ini dapat diketahui dengan pasti maka dengan terapi yang tepat tentunya akan didapatkan pemulihan yang cukup baik. Namun tidak mudah untuk mencari penyebab yang tepat, apalagi bila ternyata penyebabnya adalah kombinasi dari berbagai gangguan.
Angografi berguna untuk melihat struktur pembuluh darah di dalam otak sekaligus melihat dinamika dan gerakan aliran darah di otak. Melalui angiografi dapat diketahui apakah adanya kelainan pada pembuluh darah otak, diantaranya adanya sumbatan, pelabaran serta pembuluh darah abnormal yang seharusnya tidak ada. Kelainan pembuluh darah dapat mengakibatkan keluhan vertigo. Oleh karena itu dengan angiografi kita dapat mencari pembuluh yang abnormal dan melakukan intervensi untuk memperbaikinya.
Saya tidak mengetahui dengan pasti biaya paket angiografi. Biaya terbesar adalah untu penggunaan alat kateter kecil yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah. Saya rasa harga paket totalnya sekitar 10 sampai 15 juta rupiah.
Bila ibu tertarik, ibu dapat menemui saya di tempat saya berpraktek dan bila terindikasi akan saya lakukan angiografi pada ibu.
Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu ibu.
Terima kasih
Hormat Saya
Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
Neurosurgeon (Dokter Spesialis Bedah Saraf) / Endovascular Neurosurgeon (Neuro-Intervensi)
Staf Medik FKUI-RSCM
CEO PT. ALTERLOBE INDONESIA (www.alterlobe.com)
Konsultan Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit pada PT. QUALEX CONSULTING / QINOVEX (www.qinovex.com)
Email : dr.andra.bs@gmail.com
Twitter : @dokter_andra
Saya dapat ditemui di :
1. RS. MEDISTRA Jakarta
2. RS. OMNI PULO MAS Jakarta
3. RS. JAKARTA HEART CENTER (JHC)
4. RSCM / RSCM KENCANA Jakarta
5. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
Dokter Andra, terima kasih atas informasi tentang pentingnya pemeriksaan berkala kesehatan pembuluh darah di otak. Teman baik saya meninggal dunia tahun 2011 karena pecahnya pembuluh darah di otak yg tiba-tiba. Beliau masih dalam usia produktif, cerdas, dan sangat menjaga asupan makanan, tapi sayangnya beliau perokok berat.
Sejak saat Itu saya tersadar berapa pentingnya menjaga kesehatan otak dengan melakukan check up berkala.
Terima kasih kembali Ibu Rini.
Bila ibu Rini tertarik, saya dapat melakukan angiografi leher dan otak pada ibu, untuk melihat struktur pembuluh darah di leher dan di otak dan mencegah kejadian gangguan pembuluh darah selanjutnya.
Terima kasih
Hormat Saya
Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
Neurosurgeon (Dokter Spesialis Bedah Saraf) / Endovascular Neurosurgeon (Neuro-Intervensi)
Staf Medik FKUI-RSCM
CEO pada PT. ALTERLOBE INDONESIA (www.alterlobe.com)
Konsultan Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit pada PT. QUALEX CONSULTING / QINOVEX (www.qinovex.com)
Email : dr.andra.bs@gmail.com
Twitter : @dokter_andra
Saya dapat ditemui di :
1. RS. MEDISTRA Jakarta
2. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
3. RS. OMNI PULO MAS Jakarta
4. RS. ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
5. RS. DHARMAIS Jakarta
6. RS. RAWALUMBU Bekasi
7. RS. JAKARTA HEART CENTER Jakarta
Dokter, saya Erna, 46 tahun, dosen di FKG saya menemukan blog ini ditengah kebingungan saya tentang penyakit yangs aya derita. Sebulan lalu saya periksa ke dokter sp saraf karena sakit kepala yang sering saya derita akhir-akhir ini memburuk baik intensitas maupun frekwensi kekambuhannya. Dari hasil MRI saya diduga menderita AVM. Sayapun dirujuk ke Surabaya. (namun belum sampai saya kuat berangkat ke surabaya (saya tinggal di jember yang butuh sedikitnya 6 jam perjalanan ke surabaya), tiba2 lidah saya kelu, tekanan darah yang biasanya 110 naik menjadi 160. saya mendapat terapi Plavix 4 butir sekaligus, kemudian dilanjut pletaal 2 dd1, dilanjut plavix lagi. Begitu keadaan membaik saya berangkat ke surabaya dan setelah melihat hasil MRI sebelum serangan dan ct scan waktu terjadi serangan, dokter disana mengatakan saya harus stop plavixnya karena kemungkinan terjadi perdarahan sangat besar. (pdhl dokter di jember mengatakan bahwa yang terjadi adalah sumbatan maka diberi anticoagulan) dan diminta opname untuk menjalani angiografi. sebelumnya ke rs yang ditunjuk saya mencoba MRI ulang di rs lain yang tingkat ketelitiannya lebih besar, namun hasilnya tidak bisa dengan tepat memastikan kelainan apa yang ada. Apakah AVM atau kelainan yang lainnya. dan tetap menganjurkan untuk angiografi. Sayapun berangkat opname untuk angiografi seperti yang dokter pertama saya temui, namun angiografi dibatalkan bahkan setelah saya opname 2 hari dan menjalani test darah dan foto thorax karena ada riwayat syok anafilaktik pada pemakaian kontras saat foto rontgen. (Dari awal saya sudah mengatakan bahwa saya pernah syok anafilaktik 15 tahun lalu sewaktu menjalani IVP untuk pemeriksaan batu ginjal/ureter )
Dokter, apakah ada pilihan untuk saya selain terapi simtomatik yang sering tidak menolong jika saya sakit kepala? kadang saya juga jalan seperti robot (spt px ataxia)smp 3 hari kemudian membaik, kadang kaki kiri seperti lumpuh, kadang juga nyeri kepala hebat. Jika Ingin periksa di dharmais hari apa dan jam berapa Dokter..
Sebelumnya saya ucapkan terimakasih.
Erna S
Drg> Erna yang terhormat
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
Saya mohon maaf sekali baru bisa membalas tulisan dokter sekarang.
Gejala yang dokter alami memang cocok dengan kelainan AVM. Dan untuk mengkonfirmasi AVM memang harus dilakukan Angiografi atau DSA. Masalah syok anafilaktik dapat kita atasi dengan penggunaan zat kontras yang lebih tidak alergen.
Terapi yang terbaik untuk AVM adalah harus dibuang AVM nya. Hal ini bisa dilakukan dengan operasi, embolisasi atau radiosurgery. Penting sekali saya harus melihat AVM ini dengan benar sehingga kita dapat memilih terapi yang tepat. Saya juga dapat melakukan angiografi untuk anda.
Bagaimana keadaan anda sekarang…??
Mohon kabarnya ya.
Saya dapat ditemui di dharmais pada hari selasa atau kamis.
Demikian dulu dari saya, semoga saya dapat membantu anda.
Terima kasih.
Hormat Saya
Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
Neurosurgeon / Endovascular Neurosurgeon
Staf Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)
Email : dr.andra.bs@gmail.com
Twitter : @dokter_andra
Blog : http://www.dokterandra.com
Saya dapat ditemui di :
1. RS. MEDISTRA Jakarta
2. RS. JAKARTA HEART CENTER (JHC) Jakarta
3. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
4. RS. ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
5. RS. DHARMAIS Jakarta
Dokter, saya pria usia 40 tahun, mengalami tinniitus sebelah kiri dan terkadang disertai vertigo dengan serangan2 kecil jika berubah posisi. Apakah perlu pemeriksaan otak? jika perlu pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan dan berapa kira2 biayanya ? terima kasih
Bapak Wiyono yang terhormat
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
Tinitus menunjukkan adanya gangguan pada sistem pendengaran dan struktur penghantar suara di dalam telinga kita. Vertigo dapat disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan yang dekat dengan sistem pendengaran di dalam telinga kita. Namun vertigo dapat pula disebabkan oleh gangguan pada otak kecil kita.
Pemeriksaan otak boleh saja dilakukan dengan melakukan MRI otak. Namun saya juga menyarankan untuk memeriksakan diri anda ke dokter THT khususnya bagian “Neuro-otologi”. Disana akan dilakukan serangkaian pemeriksaan untuk mengetahui fungsi pendengaran dan keseimbangan di dalam telinga anda serta saraf-saraf yang menuju pusat batang otak. Harga pemeriksaan saya tidak tahu dengan pasti. Mungkin bisa anda tanyakan langsung ke rumah sakit tempat anda berkunjung.
Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda.
Terima kasih
Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda.
Terima kasih
Hormat Saya
Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
Neurosurgeon / Endovascular Neurosurgeon
Staf Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Jakarta
Email : dr.andra.bs@gmail.com
Twitter : @dokter_andra
Saya dapat ditemui di :
1. RS. MEDISTRA Jakarta
2. RS. Jakarta Heart Center (JHC) Jakarta
3. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
4. RS. Islam Pondok Kopi Jakarta
5. RS. DHARMAIS Jakarta
6. RS. PELNI Jakarta