Sering merasa pelupa…belum tentu itu suatu “demensia”…

“…SIFAT LUPA BISA DIKARENAKAN GANGGUAN ATENSI DAN KONSENTRASI…”

“…SIFAT LUPA BISA DIKARENAKAN BEBAN PIKIRAN YANG BANYAK ATAU STRES…”

SIFAT LUPA

 

 

Beberapa waktu yang lalu saya ditanyakan dan diwawancara oleh seorang teman di bidang jurnalistik mengenai suatu penyakit yang mulai banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Penyakit ini mulai dikhawatirkan masyarakat karena gejalanya yang sangat umum, yaitu sifat pelupa. Karena begitu banyaknya orang yang merasa mulai pelupa, dalam usia berapapun, maka pertanyaan mengenai apakah penyakit ini sedang berkembang dengan pesat menjadi topik yang hangat dibicarakan. Penyakit itu adalah “demensia” atau sering disebut juga sebagai “pikun” yang gejala utamanya dikatakan sebagai sifat pelupa.

Berhubungan dengan demensia ini adalah penyakit lain yang sering sekali dikaitkan dengan demensia atau dikatakan sebagai penyebab demensia, yaitu penyakit “Alzheimer”, yaitu suatu penyakit degeneratif yang dikarenakan kesalahan dalam bentuk dan fungsi protein tertentu di dalam jaringan otak. Penyakit alzheimer ini begitu berkembang dengan angka kejadian sangat tinggi di negara-negara Eropa dan Amerika dan sangat ditakuti karena penyakit ini terkesan menggerogoti fungsi otak orang penderitanya hingga kematian muncul.

 

 

Berkaitan dengan ini semua, mulailah muncul rasa kekhawatiran masyarakan khususnya masyarakat Indonesia tentang penyakit-penyakit ini, apalagi sifat pelupa tidak hanya dialami oleh orang-orang berusia tua saja saat ini, tapi juga sudah dialami oleh orang-orang dengan usia yang lebih muda bahkan remaja. Yang menjadi pertanyaan adalah benarkah gejala tersebut merupaka demensia? Dan apakah semua demensia disebabkan oleh penyakit Alzheimer yang ditakuti oleh banyak orang?

Sifat pelupa, walau merupakan gejala utama dari demensia, tidak dapat selalu dikaitkan dengan demensia. Bahkan sebagian besar kasus pelupa, bukan merupakan suatu demensia. Demensia bukan suatu penyakit, melainkan suatu “sindrom” yang artinya suatu kumpulan gejala. Penting dimengerti adalah bahwa demensia merupakan suatu kumpulan gejala (gejala lebih dari satu dan bukan hanya gejala pelupa saja. Kumpulan gejala itu bisa berupa banyak hal selain pelupa, misalnya gangguan intelektual atau kognitif, gangguan kepribadian, bahkan gangguan-gangguan vutal lainnya seperti gangguan berkomunikasi atau bahkan kelumpuhan-kelumpuhan lainnya. Sebuah referensi mengatakan, seseorang baru bisa dikatakan mengalam demensia bila memenuhi 3 syarat, yaitu :

1. Terdiri dari kumpulan gejala yang salah satunya adalah gejala lupa dan juga gangguan kognitif

2. Gejala-gejala yang terjadi bersifat progresif atau semakin memberat dengan berjalannya waktu

3. Seluruh kumpulan gejala itu mengakibatkan gangguan dalam menjalani aktifitas sehari-hari bagi si penderita, sehingga mengharuskan ada orang lain yang membantunya. Aktifitas sehari-hari disini adalah aktifitas rutin harian seperti makan, minum, membersihkan diri, buang air dan lain-lain.

Bila ketiga syarat diatas terpenuhi, barulah seseorang dikatakan menderita demensia, dan bukan hanya karena sifat pelupa saja. yang menarik tentang sifat pelupa adalah bahwa gejala ini dapat terjadi pada siapapun baik yang sehat. Sifat pelupa dapat terjadi karena sebab-sebab lain, misalnya “kurangnya atensi” atau “kurangnya konsentrasi” seseorang dalam menerima suatu berita atau data. Selain itu, beratnya beban pikian seseorang dan stres sangat meningkatkan resiko untuk menjadi pelupa. Hal-hal ini bukanlah pelupa akibat demensia dan ini harus jelas difiltrasi oleh seorang dokter dalam memeriksa pasien-pasien dengan sifat pelupa yang dicurigai sebagai demensia.

 

 

Memang berdasarkan data bahwa demensia disebabkan sebagian besar oleh penyakit alzheimer. Namun data ini adalah berdasarkan survei di negara-negara lain atau negara-negara yang lebih maju dibandingkan negara kita. Negara kita masih berkutat dengan masalah cedera otak akibat trauma kepala (kecelakaan), stroke, infeksi dan tumor. Kesemua keadaan itu dapat merusak jaringan otak dan mengakibatkan timbulnya demensia.  Oleh karena itu, penyakit alzheimer bukan penyebab terbesar demensia di negara kita, melainkan berbagai kondisi lain yang tersebut di atas.

Sayangnya, demensia tidak dapat disembuhkan dan perjalanan penyakitnya akan berlangsung terus. Yang bisa dilakukan oleh terapi medis adalah memperlambat progresifitas penyakit demensia tersebut, dengan obat-obatan dan stimulus lainnya. Hal ini sangat berbeda pada penyakit lupa yang biasa. Dengan proses adaptasi serta belajar maka sifat pelupa biasa dapat dikurangi. Latihan atensi dan konsentrasi yang baik juga dapat memperbaiki daya ingat seseorang.

Oleh karena itu, jangan terburu-buru khawatir dengan dengan sifat lupa anda. Analisa dengan benar kenapa anda sering merasa menjadi pelupa. Berikan relaksasi pada pikiran dan belajar dengan lebih baik untuk melatih adaptasi dan konsentrasi.

 

Bagaimana menurut anda, ada komentar?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s