Arsip Tag: tulang belakang

Peregangan sendi leher secara aktif dan kuat….kebiasaan yang membahayakan…!

Mungkin kita sering melihat seseorang melakukan peragangan sendi leher secara aktif dengan cara mendorong dagu dan kepala ke salah satu sisi baik kanan atau kiri yang kemudian menimbulkan suara “klik” pada sendi leher. Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak muda dan remaja, atau mungkin kita sendiri sudah sering melakukannya. Bahkan tukang pijat atau tukan cukur/potong rambut sering melakukannya saat memijat kita.

Setelah melakukan peregangan aktif sendi leher itu dan setelah timbul suara “klik” pada sendi leher maka seseorang tersebut akan merasakan kenyamanan karena kurangnya ketegangan pada sendi leher. Hal ini kemudian akan memicu orang-orang tersebut untuk melakukannya kembali saat leher terasa tegang dan lama kelamaan menjadi kebiasaan. Namun apakah mereka atau kita mengetahui ancaman dan bahaya dari tindakan dan gerakan tersebut…??

Tidak sedikit saya menemukan pasien-pasien muda/remaja yang datang ke unit gawat darurat dengan kelumpuhan seluruh alat gerak (tangan dan kaki) pasca melakukan peregangan aktif sendi leher tersebut. Pasien-pasien tersebut tidak dapat menggerakkan tangannya dan tidak dapat berjalan. Di antaranya juga mengalami gangguan berkemih dan buang air dimana tidak dapat mengontrolnya dengan baik. Yang lebih parah di antara mereka ada yang tidak dapat bernafas secara spontan sehingga membutuhkan alat bantu nafas segera. Mengapa ini bisa terjadi…??

Sendi leher (hubungan antara ruas pertama dan kedua tulang leher dengan bagian basis kepala) merupakan suatu susunan yang kompleks dan kuat namun memiliki kemampuan pergerakan yang sangat luwes. Sendi-sendi tersebut terbentuk dari berbagai hubungan jaringan ikat penyambung yang disebut ligamen yang menghubungkan tulang dengan tulang. Terdapat sebuah tulang yang menjulang ke atas dari ruas kedua tulang leher sebagai sumbu perputaran leher dan kepala kita. Pada saat seseorang melakukan peregangan aktif sendi leher yang terlalu berlebihan dan sering akan merusak dan menganggu kekuatan serta elastisitas dari ligamen-ligamen tersebut. Suara “klik” yang timbul menunjukkan adanya benturan antara tulang bahkan mengakibatkan pergeseran tulang. Pada keadaan ekstrim, ligamen-ligamen akan putus dan tulang akan retak atau hancur sehingga tulang leher akan menjadi tidak stabil dan bergeser. Akibatnya, saraf tulang belakang di leher akan tertekan dan terluka. Saraf tulang belakang tersebut mengatur seluruh fungsi badan dari leher ke bawah, baik fungsi pergerakan, rasa, kontrol organ-organ dalam (misalnya fungsi pernafasan dan fungsi jantung), berkemih, fungsi seksual, dan lain-lain. Pada saat saraf di leher rusak maka seluruh sistem dan fungsi tersebut di atas akan mengalami gangguan sehingga muncullah gejala-gejala yang membahayakan fungsi hidup pasien-pasien tersebut.

Patah tulang leher

 

Tindakan yang dapat dilakukan oleh seorang dokter bedah saraf adalah operasi untuk melepaskan tekanan pada saraf tulang belakang, reduksi dan reposisi tulang leher disertai dengan pemasangan alat untuk menciptakan kestabilan. Kemampuan pulih tergantung sejauh mana kerusakan saraf sudah tercapai namun sangat sulit untuk kembali menjadi normal seperti sebelumnya. Tindakan operasi yang tidak dilakukan dengan segera akan dapat membahayakan nyawa pasien karena seluruh fungsi tubuhnya akan mengalami kegagalan.

Fiksasi tulang leher dengan "screw"

 

Oleh karena itu, hati-hatilah dalam melakukan peregangan sendi leher secara aktif baik yang kita lakukan sendiri atau dilakukan oleh orang lain. Mungkin memang memberikan kenyamanan sementara namun dapat merugikan seumur hidup bahkan mengancam nyawa. Daripada melakukan peregangan sendi leher secara aktif saat leher tegang, jauh lebih baik beristirahat dengan berbaring atau tidur.

Pusat pelayanan bedah saraf terbaik dan terbesar di Indonesia…sebuah cita-cita besar…

Masalah pelayanan kesehatan di bidang bedah saraf sampai saat ini masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 250 juta penduduk Indonesia. Selain karena tenaga medis dan sarana yang sedikit, masalah biaya juga menjadi penghalang pelayanan yang baik.

Jumlah pasien dan kasus bedah saraf semakin meningkat, mulai dari kasus trauma kepala, stroke dan kelainan pembuluh darah di otak dan tulang belakang, kelainan pada anak dan bayi (kelainan bawaan), tumor otak, kelainan fungsional termasuk nyeri dan gangguan gerak (parkinson, dan lain-lain) serta kasus tulang belakang (trauma tulang belakang dan penyakit degeneratif).

Kemajuan bedah saraf internasional belum dapat sepenuhnya diikuti oleh bedah saraf nasional. Pengetahuan dan ketrampilan bedah saraf internasional belum semuanya dikuasai oleh bedah saraf nasional.

Sistem prosedur pasien di rumah sakit, mulai dari masuk, selama perawatan dan tindakan hingga pulang masih tidak efektif dan kompleks sehingga memberikan kesulitan bagi pasien yang sakit.

Oleh karena itu, saya bercita-cita untuk memiliki dan membangun sebuah pusat pelayanan bedah saraf terbaik dan terbesar di Indonesia yang mampu memberikan seluruh pelayanan bedah saraf yang baik, dalam dan komprehensif. Insya Allah cita-cita ini dapat tercapai dan memberikan pelayanan bedah saraf yang jauh lebih baik lagi.

Misteri regenerasi dan pemulihan saraf

Saya awali cerita ini dengan membandingkan dua penyakit yaitu penyakit stroke dan penyakit patah tulang. Seseorang dengan patah tulang akibat kecelakaan, maka dengan terapi yang tepat, baik operasi maupun tidak, maka tulang akan dapat menyatu dan pulih kembali. Tingkat pulihnya dan kembali normalnya juga amat baik. Namun bagaimana dengan seseorang yang terkena penyakit stroke? Umumnya dikatakan setelah mendapat serangan stroke maka seseorang akan menjadi cacat seumur hidup. Kelemahan sesisi tubuh, gangguan bicara, ketidakmapuan untuk mengurus diri sendiri hingga hilangnya produktifitas merupakan beberapa konsekuensi dari penyakit stroke. Walau tindakan operasi sudah dilakukan untuk mengeluarkan darah atau tindakan intervensi sudah dilakukan untuk membuka sumbatan, namun fungsi saraf yang sudah rusak akan sulit kembali normal. Kenapa ini terjadi? Kenapa tidak bisa gangguan atau kerusakan saraf pulih sebaik patah tulang?

Jawabannya adalah karena seluruh sistem, jaringan dan organ di tubuh kita memiliki kemampuan regenerasi atau memperbaiki diri yang berbeda-beda. Kemampuan untuk pulih dari masing-masing sistem atau organ tidak sama. Ada organ yang memiliki kemampuan pulih luar biasa dan mendekati sempurna seperti tulang dan kulit. Ada organ yang memiliki kemampuan pulih sedang dimana terdapat regenerasi namun tidak sempurna seperti pada organ hepar (hati), usus dan lain-lain. Tapi juga ada organ yang memiliki kemampuan pulih sangat rendah dan saraf termasuk dalam katagori ini. Saraf disini yang dimaksud adalah sistem susunan saraf pusat yaitu otak dan saraf tulang belakang (medula spinalis).

Berbeda dengan susunan saraf pusat, maka sistem saraf perifer memiliki kemampuan regenerasi yang lebih baik. Saraf-saraf perifer yang terletak di tangan atau kaki kita bila terluka atau putus, kemudian dilakukan tindakan penyambungan yang tepat dan suasana penyembuhan yang kondusif maka pemulihan dapat terjadi. Saraf perifer yang putus, maka mulai dari daerah yang putus tersebut hingga ke ujung terjauh saraf (distal) dari sistem saraf pusat akan terjadi peleburan saraf dan selaput saraf. Peleburan otomatis ini akan diikuti dengan dibersihkannya sisa-sisa peleburan dan penghancuran oleh sel-sel makrofag (sel yang membunuh atau membersihkan kuman dan benda berbahaya di tubuh). Setelah bersih, maka sel-sel pembentuk selaput saraf akan mulai membuat kerangka atau desain saraf serupa dengan yang lama untuk selanjutnya kerangka ini akan menjadi “blue print” dalam pembentukan saraf baru. Kerangka yang sudah dibuat selaput saraf kemudian akan diisi oleh sel-sel saraf baru hingga menyerupai saraf yang lama. Hal ini tidak terjadi pada sistem saraf pusat.

Hingga saat ini terus dilakukan penelitian untuk mencari dan mengetahui rahasia pemulihan otak dan saraf tulang belakang. Berbagai usaha penelusuran dilakukan untuk mengetahui cara modifikasi sistem saraf dalam tingkat biomolekuler agar regenerasi dapat distimulasi. Cadangan-cadangan untuk pemulihan terus dicari dari otak kita yang menakjubkan ini. Penemuan terakhir mengetahui bahwa adanya sel-sel muda (stem cell) saraf di sekitar saraf penciuman kita. Sel-sel muda ini dapat tumbuh menjadi sel-sel saraf normal dan berfungsi baik. Beberapa obat sudah diproduksi untuk menstimulus sel-sel muda ini tumbuh dan menggantikan sel-sel saraf yang rusak. Obat-obat ini umumnya diberi dengan cara penetesan langsung di hidung seorang pasien. Hasilnya memang belum dipastikan namun pengalaman menunjukkan terdapat beberapa hasil yang positif, dimana regenerasi saraf terjadi.

Menurut saya penelitian harus terus dilanjutkan agar pemulihan saraf yang baik dapat ditemukan. Otak dan saraf tulang belakang merupakan pusat pengaturan segala fungsi tubuh kita dan kerusakannya akan memberikan dampak yang berat bagi kehidupan si pasien dan keluarganya. Mari, kita para cendekiawan untuk terus bekerja dan berusaha mencari dan menguasai pengetahuan ini untuk memberikan kesempatan lebih baik bagi umat manusia.

Saraf

Nyeri pinggang jangan disepelekan, cari informasi dan bertanyalah sebanyak-sebanyaknya…

Sekitar sebulan yang lalu, saya melihat seorang pasien yang sedang dirawat di sebuah rumah sakit swasta di jakarta. Kebetulan pasien ini dikonsulkan ke bedah saraf, dan dikatakan bahwa pasien ini berasal dari luar kota, tepatnya dari salah satu propinsi di pulau sumatera. Adalah seorang wanita muda, berusia sekitar 30 tahunan yang terbaring di tempat tidur dan kelihatan kaku. Bila dilihat dengan jelas, wanita muda ini memiliki paras dan tubuh yang sebenarnya sehat, namun hanya bisa terbaring dan tidak banyak bergerak.

Saya kemudian memperkenalkan diri, “Selamat pagi bu, nama saya dokter Andra, saya adalah dokter spesialis bedah saraf. Ada apa ini ibu sampai dirawat di rumah sakit?’ Saya juga memegang tangannya dan berusaha menunjukkan rasa empati. Spontan wanita muda itu bercerita panjang dengan wajah sedih dan menunjukkan rasa tersiksa yang berkepanjangan. “Saya sudah tidak bisa jalan dok. Sudah 2 minggu saya benar-benar tidak bisa berjalan”, kata wanita tersebut. Saya kemudian coba menenangkannya. “Bagaimana awalnya bu?”, saya tanya lagi. Kemudian wanita itu menjawab, “Awalnya sekitar 2 tahun yang lalu dok, saya merasakan nyeri pada pinggang saya yang semakin lama semakin sakit. Kalau saya berjalan atau bekerja, maka sakitnya akan bertambah. Saya berobat ke dokter di tempat asal saya dan kemudian saya disarankan bertemu dengan seorang dokter lain di jakarta. Dokter di jakarta tersebut kemudian hanya memberikan obat-obatan anti nyeri. Awalnya sedikit enak tapi kemudian nyeri kembali dan semakin memberat. Saya kemudian mulai disuntik anti nyeri di daerah pinggang. Berulang kali saya disuntik bahkan sudah sampai puluhan kali, tapi tidak ada perbaikan. Biayanya juga tidak kecil. Saya sempat bertanya kenapa tidak ada perbaikan tapi dokter tersebut hanya mengatakan kalau saya terlalu manja dan lemah terhadap nyeri. Saya sedih sekali karena dokter saya mengatakan saya mengada-ada dengan nyeri saya. Saya kemudian hanya bersabar dan menahan nyeri, hingga 2 bulan lalu kedua kaki saya mulai kesemutan dan baal. Saya masih menahan diri. Tapi sejak 2 minggu lalu saya tidak bisa berjalan sehingga saya kembali ke jakarta dan atas saran keluarga kemudian menemui dokter spesialis bedah saraf”, begitu cerita wanita muda itu.

Saya kemudian memeriksa wanita muda itu, dan terlihat memang kedua tungkai bawahnya sudah lemah. Saya kemudian melihat pemeriksaan pencitraan dan saya sangat terkejut melihat kelainan di tulang belakang bagian bawahnya. Terlihat penjepitan saraf oleh bantalan tulang yang begitu berat yang disebut dengan penyakit “HNP”. Dengan berat hati saya mengatakan bahwa beliau mempunyai penyakit yang seharusnya dioperasi sejak dulu. Saat ini kerusakan sarafnya sudah berat dan saya tidak bisa menjanjikan suatu kesembuhan bila dioperasi. Namun wanita muda itu memaksa dan meyakinkan saya bahwa dia ingin segala usaha dilakukan walau hasilnya tidak ada, karena dia sudah lelah diobati dan disuntik selama ini.

Atas persetujuannya, wanita tersebut kemudian dioperasi. Operasi berjalan lancar. Pasca operasi, perbaikan mulai terlihat, kekuatan kaki mulai bertambah walau tidak sepenuhnya normal. Wanita muda itu sangat senang dan tidak ada yang lebih membahagiakan bagi saya saat seorang pasien begitu senang dengan apa yang kita kerjakan.

Hati-hati pada penyakit nyeri pinggang. Bila tidak ditatalaksana dengan benar, kelumpuhan akan menjadi ancaman serius. Selain itu, operasi mungkin merupakan jalan yang terbaik untuk mencapai kualitas kehidupan seoptimal mungkin. Sebagai orang yang menderita nyeri di pinggang, carilah pertolongan segera. Jangan pasrah hanya pada satu dokter dan kemudian membiarkan diri semakin sakit. Cari informasi dan bertanyalah sebanyak-banyaknya.

Sebagai dokter, hargailah rasa nyeri yang dikeluhkan pasien. Bila kita tidak mampu memberikan pertolongan atau memberi kabaikan pada pasien, segeralah rujuk kepada dokter lain yang mampu atau lebih mampu. Hormati dan anggap pasien-pasien kita itu sebagai keluarga kita sendiri.

Anak anda sering jatuh saat berjalan atau berlari……hati-hati ada penyakit saraf yang tak terduga…

Beberapa tahun terakhir, saya sering menerima pasien-pasien anak kecil yang dibawa orangtuanya dengan keluhan sering jatuh saat berjalan atau berlari. Bahkan anak-anak tersebut sering tidak tahan lama untuk berdiri. Para orangtua kemudian sering menyalahkan anaknya karena keteledorannya dan tidak hati-hati. Bahkan anak yang bisa berdiri tapi kemudian tidak tahan lama kemudian dianggap hanya malas atau sedikit telat aktifitas badannya. Alasan-alasan ini sering membuat para orangtua tidak segera membawa anaknya ke dokter anak untuk memeriksakan apa sebenarnya yang terjadi. Penundaan ini yang selanjutnya menjadi malapetaka.

Anak-anak dengan gangguan-gangguan di atas kemudian akan merasa sedih dan mungkin minder karena dikatakan teledor dan lain-lain. Padahal mereka mungkin membutuhkan bantuan yang lebih.
Beberapa anak-anak tersebut setelah bertahun-tahun kemudian mulai mengeluh sulit untuk menahan kencing atau sering disebut mengompol. Keanehan ini dimana anak-anak yang sudah berusia di atas 6 tahun tapi masih mengompol barulah menjadi alasan orangtua khawatir dan kemudian membawa ke dokter. Tapi apakah sudah telat…..?? Apa sebenarnya yang terjadi…..??

Sebagian besar pasien-pasien anak itu saya terima dari kiriman para sejawat dokter-dokter spesialis anak khususnya spesialis saraf anak. Dari cerita orangtua, pemeriksaan fisik yang saya lakukan dan pemeriksaan penunjang lainnya, sungguh miris mengetahui penyakit apa yang sebenarnya diderita sang anak.

Anak-anak tersebut mengalami penyakit saraf yang disebut dengan “myelomeningocele” atau kadang sering disebut dengan “spina bifida”. Keduanya sebenarnya tidak sama. “Myelomeningocele” adalah suatu keadaan dimana terdapat bagian saraf tulang belakang yang keluar dari rongga tulang belakang sehingga terjepit dengan jaringan sekitarnya. Sedangkan “spina bifida” adalah keadaan dimana terdapat bagian tulang belakang yang terbuka karena gagal penyatuan saat tumbuh kembang mulai dari dalam janin. Hal ini yang memudahkan saraf tulang belakang untuk keluar dan terjepi jaringan sekitarnya. Saraf-saraf yang terjepi ituah yang mengakibatkan timbulnya kelumpuhan-kelumpuhan pada kaki anak dan lain-lain. Kelumpuhan ini akan bersifat progresif bila tidak segera diterapi.

Saat anak mulai suka jatuh, sebenarnya jepitan saraf itu telah berlangsung lama, apalagi saat keluhan mengompol muncul. Saraf yang begitu lama terjepi akan sulit untuk kembali normal lagi. Kelumpuhan kaki dan kandung kencing kemungkinan akan sulit diperbaiki. Ini tentu saja berbeda bila sang anak dibawa sedini mungkin ke dokter bedah saraf. Tindakan operatif yang baik untuk melepaskan jepitan serta menutup defek yang ada saat dini akan memberikan hasil yang baik bagi fungsi saraf si anak.

Jadi bila anak anda sering jatuh, coba tahan diri sesaat untuk memarahinya atau menegurnya tapi pikirkan kemungkinan kalau penyakit saraf sudah dideritanya. Segeralah bawa ke dokter, selamatkan masa depan anak anda.

Hati-hati dengan masalah nyeri pinggang…….

Nyeri pinggang merupakan keluhan ketiga terbanyak yang membawa seseorang berobat ke dokter. Sebagian dari mereka mengalami kesembuhan yang melegakan. Namun sebagian lainnya lagi belum mendapatkan kesembuhan yang mereka cari. Sebenarnya apa itu nyeri pinggang atau yang sering disebut sebagai “low back pain”? Secara definisi kata, nyeri pinggang adalah rasa tidak nyaman atau sakit pada daerah pinggang. Namun pada kenyataannya, nyeri pinggang itu sangat bervariasi. Begitu banyak organ di daerah pinggang yang dapat menimbulkan nyeri pinggang. Sebut saja gangguan otot, tulang, saraf dan bahkan gangguan ginjal. Masing-masing sebenarnya memiliki karakteristik nyeri yang khusus, ditambah pula dengan gejala-gejala tambahan lainnya yang khusus pula. Seorang dokter yang pandai akan mampu membedakan kelainan-kelaianan yang terkait dengan nyeri pinggang itu.
Tidak sedikit nyeri pinggang disebabkan karena kelainan persarafan di daerah pinggang atau punggung. Selain itu biasanya kelainan saraf akan disertai dengan gejala-gejala tambahan lainnya seperti kesemutan, baal dan bahkan kelumpuhan. Seorang dokter bedah saraf yang baik memiliki kemampuan untuk mencari dan menentukan kelainan saraf tersebut. Pengetahuan tentang riwayat penyakit dan perjalanan penyakit penderita, pemeriksaan fisik yang baik disertai dengan pemeriksaan penunjang yang tepat, akan mendapatkan diagnosis kelainan saraf yang tepat pula. Terapi baik pembedahan atau tanpa pembedahan juga telah banyak pilihannya.
Namun sayangnya, sebagian besar masyarakat kita masih ragu dan takut untuk berobat ke dokter, apalagi ke dokter spesialis bedah saraf. Mereka kemudian akan menahan rasa sakitnya, mengkonsumsi obat-obatan sendiri atau mencari pertolongan kepada pengobatan alternatif. Tidak salah setiap orang memilih tempat untuk berobat, tapi pada akhirnya para penderita nyeri pinggang tersebut akan berobat ke dokter juga, dengan keadaan yang sudah sangat buruk, nyeri yang hebat serta kelumpuhan. Di saat itu, dokter bedah saraf tidak dapat memberikan hasil yang baik dibandingkan bila terapi medis diberikan lebih dini saat kondisi masih lebih baik. Terapi operatif juga akan dipilih bila memang punya indikasi yang kuat, dan setiap dokter bedah saraf yang baik akan mampu melakukan tindakan operatif tersebut.
Oleh karena itu, bila merasakan nyeri pinggang yang mengganggu, segeralah dibawa berobat ke dokter. Pengobatan yang dilakukan lebih dini akan memberikan hasil yang lebih baik. Satu hal lagi, terapi operatif bertujuan untuk menyelamatkan fungsi saraf dari perburukan lebih lanjut, bukan untuk menimbulkan kelumpuhan.