Pada hari ini saya melakukan tindakan operasi otak pada seorang remaja laki-laki berusia sekitar 25 tahun di sebuah rumah sakit di Jakarta. Tindakan operasi cukup besar dan saya membutuhkan sekitar 6 jam untuk menyelesaikannya. Alhamdulillah, operasi tersebut berjalan lancar dan tidak memberikan resiko berat kepada remaja tersebut.
Namun pada cerita kali ini, bukan operasinya yang ingin saya tekankan, tetapi penyakit dan riwayat perjalanan penyakit remaja ini. Remaja berusia sekitar 25 tahunan ini pertama kali datang ke rumah sakit sekitar 2 minggu yang lalu dibawa oleh orangtuanya dengan keluhan kejang-kejang berulang sejak 2 tahun sebelumnya. Kejang-kejang tersebut semakin lama semakin sering dan semakin lama durasi serangannya. Remaja ini kemudian berobat ke beberapa dokter dan dikatakan menderita epilepsi. Dia diberikan beberapa obat anti kejang, namun walau diminum secara teratur, perbaikan terhadap kejang tidak kunjung datang. Serangan kejang berulang terus ada dan sangat mengganggu aktifitas hariannya. Selama 2 tahun, berbagai obat anti epilepsi diberikan dan dicoba dikombinasikan dengan hasil yang jauh dari memuaskan. Karena rasa tidak puas, kemudian kita lakukan pemeriksaan MRI kepala/otak. Hasilnya kita temukan suatu kelainan yang kita duga sebagai suatu tumor di dalam otak.

Remaja tersebut kemudian kita lakukan operasi pengangkatan masa tumor otak. Ternyata saat operasi, kita menemukan suatu massa berupa pembuluh-pembuluh darah dengan bentuk aneh dan abnormal. Kita kemudian menyimpulkannya sebagai suatu “malformasi vaskuler”. Operasi berjalan dengan lancar dan massa tersebut dapat kita angkat secara total.
Maksud dari cerita saya ini adalah bahwa kejang berulang yang baru muncul pertama kali saat usia remaja/muda, maka jangan terburu-buru didiagnosis sebagai suatu epilepsi. Epilepsi primer atau yang biasa dikenal sebagai penyakit “ayan” di masyarakat awam umumnya ditandai dengan kejang berulang yang terjadi sejak usia kanak-kanak atau lebih muda lagi. Selain itu, kejang merupakan petanda yang diberikan otak/tubuh bahwa ada suatu lesi/kelainan di dalam sistem saraf pusat/otak kita. Pemberian obat anti epilepsi tidak akan memberikan manfaat signifikan pada kejang berulang yang disebabkan oleh suatu massa di dalam ota. Tindakan operatif kadang sangat diperlukan.

menarik sekali pemaparan di atas, menambah wawasan bagi kaum awam seperti kita, sehingga tidak sembarang memvonis suatu gejala.
saya juga memiliki penyakit kejang tp pd saat di bahwa kerumah sakit tdk ada tanda2 terntu yg mengakibatkan kejang jadi gmn solusinya?
Bapak Hafid yang terhormat
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
Sebelumnya saya ingin menyampaikan permohonan maaf karena baru dapat membalas tulisan bapak saat ini.
Tidak semua kejang harus diawali dengan tanda-tanda tertentu. Memang pada umumnya ada gejala khas yang mengawali namun bisa pula tanpa gejala sama sekali.
Bila seseorang memang telah terbukti mengalami kejang, apalagi kejang berulang, maka tindakan diagnostik yang dapat dilakukan adalah dengan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti MRI kepala dan EEG untuk menentukan lokasi awal kejang di otak serta kemungkinan penyebab kejang itu. Dengan kedua pemeriksaan ini, sangat membantu dalam menentukan diagnostik yang tepat sehingga membantu pula untuk memilih terapi atau tatalaksana yang tepat.
Yang lebih penting adalah gejala kejang harus segera terkontrol dan dihentikan karena setiap kejang terjadi maka pada setiap saat itu pula aliran darah ke otak terganggu. Kejadian kehang yang berulang tersebut yang selanjutnya akan mematikan sel-sel otak. Pengkontrolan kejang dengan obat-obat anti kejang yang spesifik dan sensitif sangat diperlukan.
Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu bapak.
Terima kasih
Hormat Saya
Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
Neurosurgeon (Dokter Spesialis Bedah Saraf) / Endovascular Neurosurgeon (Neuro-Intervensi)
Staf Medik FKUI
CEO PT. ALTERLOBE INDONESIA (www.alterlobe.com)
Konsultan Pelayanan Kesehatan dan Rumah Sakit pada PT. QUALEX CONSULTING / QINOVEX (www.qinovex.com)
Email : dr.andra.bs@gmail.com
Twitter : @dokter_andra
Saya dapat ditemui di :
1. RS. MEDISTRA Jakarta
2. RS. OMNI PULO MAS Jakarta
3. RS. JAKARTA HEART CENTER (JHC)
4. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
5. RS. ISLAM PONDOK KOPI Jakarta
6. RS. DHARMAIS Jakarta
saya juga mengalami kejang, periodenya berubah-ubah , awalnya dari usia SMA tapi sekarang sudah tak hitung setahun setengah sekali mendapat serangan seperti itu, pada awalnya kepala terasa kosong, badan lemas, pengen muntah dan mual, pikiran tidak konsentrasi dan serasa mau mati , tapi biasanya jika ada serangan seperti itu saya mnecoba lari di tempat atau memlakuakn hal yang membuat tubuh saya berkeringat dan panas agar kembali normal, apakah saya juga menderita epilepsi ? atau saya menderita psikosomatik ? mohon penjelasannya dok
entah ini gangguan apa, saya tidak ingin membuat orang tua atau orang disekitar menjadi panik karena hal ini 🙂
kadang saya juga seperti kehilangan memori sesaat , jadi seperti otak di refresh dan tidak bisa mengingat walaupun dipaksakan malah tambah lupa, tapi jika tenang sejenak akan kembali normal
-Ridho-
Bapak Ridho Yth,
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Sebelumnya saya ingin menyampaikan permohonan maaf karena baru sempat membalas pertanyaan anda.
Apakah anda yakin bahwa kejang pada waktu di SMA yang dialami adalah kejang untuk pertama kali dalam hidup anda?
Apakah selain kejang, anda mempunyai keluhan atau gejala lainnya?
Apakah kehilangan memori sesaat itu terjadi bersamaan dengan kejang yang anda alami?
Selama ini anda sudah berobat kemana saja? Dan mendapatkan terapi apa saja?
Bagaimana bentuk kejang yang anda alami? Tolong digambarkan apa yang dilihat orang saat anda mengalami kejang (tangan kaki menghentak2, atau seperti apa)
Kemungkinan besar anda memang mengalami kejang, yang ditandai kehilangan memori serta keadaan tidak sadar. Namun yang cukup unik adalah, cerita anda menyatakan dengan melakukan aktivitas yang membuat berkeringan dapat mencegah terjadinya kejang.
Kejang biasanya bukan bagian dari gangguan psikosimatik, karena kejang yang sesungguhnya adalah akibat loncatan listrik di permukaan otak yang tidak dapat dikontrol oleh si sakit.
Kejang yang termasuk epilepsi, biasanya terjadi sejak usia sangat dini; bayi atau batita atau balita. Bila kejang terjadi untuk pertama kalinya setelah usia remaja atau dewasa, maka kemungkinan besar bukan epilepsi. Dan lebih memungkinkan ada suatu kelainan di dalam kepala atau diluar kepala sebagai penyebab kejang tersebut. Kelainan di dalam kepala seperti radang, kelainan bentuk pembuluh darah atau tumor; ataupun kelainan diluar kepala seperti ketidak seimbangan garam darah atau gangguan metabolisme dapat mengakibatkan kejang. Berdasarkan pengalaman saya, kebanyakan pasien yang datang dengan kejang adalah akibat suatu kelainan di dalam kepala. Tetapi kelainan di dalam kepala biasanya tidak hanya memiliki gejala kejang. Ada gejala-gejala lain, sesuai dengan gangguan fungsi pada bagian otak tempat penyakit tersebut berada.
Saya menyarankan anda memeriksakan diri pada dokter spesialis saraf atau bedah saraf terdekat, untuk mencari tahu apa penyebab kejang anda; dan bagaimana terapi yang terbaik. Pemeriksaan CT Scan kepala atau MRI kepala, sangat dianjurkan untuk melihat kondisi otak anda. Saya berharap anda segera berobat, karena setiap kejang yang anda alami, maka setiap kali itu pula terjadi kerusakan jaringan otak. Sehingga kejang berulang dapat mengakibatkan kerusakan otak yang progresif.
Demikian dulu yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat. Terima kasih.
Hormat saya
dr. M. Radhian Arief, Sp. BS
Neurosurgeon
Staf medik FKUI
email: dr.andra.bs@gmail.com
twitter: @dokter_andra
Saya dapat ditemui dengan perjanjian di
1. RS. Medistra, Jakarta
2. RS. Antammedika, Jakarta
3. RS. Jakarta Heart Center
4. RS. Islam Pondok Kopi
5. RS Kanker Dharmais
Dr andra, saya mau bertanya dok.
Sejak kecil saya tidak pernah mengalami kejang2 seperti ayan begitu dok. Tapi setelah saya umur 27 tahun saya sering mengalami kejang2 begitu dok, dan setelah sadar dari kejang2 itu saya seperti normal dok tidak pernah merasa pernah kejang dok.
Yg mau saya tanyakan apakah saya ini mengalami gangguan saraf ya dok..
Terimakasih dok.
Eko yang terhormat
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya.
Kejang yang terjadi sejak usia sangat dini biasanya merupakan suatu penyakit yang disebut dengan epilepsi atau bahasa awam adaah ayan.Namun kejang yang muncul pada usia tua biasanya disebabkan oleh suatu hal lain yang berada di otak kita. Segala sesuatu yang dapat mengganggu aliran listrik ptak yang berada di permukaan otak kita dapat mengakibatkan kejang, seperti tumor, kelainan pembuluh darah atau infeksi. Kadang pasca trauma kepala juga dapat mengakibatkan gejala kejang.
Yang tersering sebagai penyebab kejang yang muncul pada usia dewasa bila memang tidak ada gejala lain atau tidak ada riwayat trauma adalah kelainan pembuluh darah, yang biasanya disebut dengan AVM (Arteriovenous malformation). Bila memang ini yang kita curiga maka harus dilakukan beberapa pemeriksaan termasuk angiografi otak.
Bila anda berkenan, dapat menemui saya di tempat saya berpraktek untuk dapat kita pastikan penyebab dari kejang yang anda alami.
Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda.
Terima kasih
Demikian dulu dari saya, semoga dapat membantu anda.
Terima kasih
Hormat Saya
Dr. M. Radhian Arief, SpBS (Dokter Andra)
Neurosurgeon / Endovascular Neurosurgeon
Staf Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Jakarta
Email : dr.andra.bs@gmail.com
Twitter : @dokter_andra
Saya dapat ditemui di :
1. RS. MEDISTRA Jakarta
2. RS. Jakarta Heart Center (JHC) Jakarta
3. RS. ANTAM MEDIKA Jakarta
4. RS. Islam Pondok Kopi Jakarta
5. RS. DHARMAIS Jakarta
6. RS. PELNI Jakarta
7. RS. Jakarta