Arsip Tag: otak

Misteri regenerasi dan pemulihan saraf

Saya awali cerita ini dengan membandingkan dua penyakit yaitu penyakit stroke dan penyakit patah tulang. Seseorang dengan patah tulang akibat kecelakaan, maka dengan terapi yang tepat, baik operasi maupun tidak, maka tulang akan dapat menyatu dan pulih kembali. Tingkat pulihnya dan kembali normalnya juga amat baik. Namun bagaimana dengan seseorang yang terkena penyakit stroke? Umumnya dikatakan setelah mendapat serangan stroke maka seseorang akan menjadi cacat seumur hidup. Kelemahan sesisi tubuh, gangguan bicara, ketidakmapuan untuk mengurus diri sendiri hingga hilangnya produktifitas merupakan beberapa konsekuensi dari penyakit stroke. Walau tindakan operasi sudah dilakukan untuk mengeluarkan darah atau tindakan intervensi sudah dilakukan untuk membuka sumbatan, namun fungsi saraf yang sudah rusak akan sulit kembali normal. Kenapa ini terjadi? Kenapa tidak bisa gangguan atau kerusakan saraf pulih sebaik patah tulang?

Jawabannya adalah karena seluruh sistem, jaringan dan organ di tubuh kita memiliki kemampuan regenerasi atau memperbaiki diri yang berbeda-beda. Kemampuan untuk pulih dari masing-masing sistem atau organ tidak sama. Ada organ yang memiliki kemampuan pulih luar biasa dan mendekati sempurna seperti tulang dan kulit. Ada organ yang memiliki kemampuan pulih sedang dimana terdapat regenerasi namun tidak sempurna seperti pada organ hepar (hati), usus dan lain-lain. Tapi juga ada organ yang memiliki kemampuan pulih sangat rendah dan saraf termasuk dalam katagori ini. Saraf disini yang dimaksud adalah sistem susunan saraf pusat yaitu otak dan saraf tulang belakang (medula spinalis).

Berbeda dengan susunan saraf pusat, maka sistem saraf perifer memiliki kemampuan regenerasi yang lebih baik. Saraf-saraf perifer yang terletak di tangan atau kaki kita bila terluka atau putus, kemudian dilakukan tindakan penyambungan yang tepat dan suasana penyembuhan yang kondusif maka pemulihan dapat terjadi. Saraf perifer yang putus, maka mulai dari daerah yang putus tersebut hingga ke ujung terjauh saraf (distal) dari sistem saraf pusat akan terjadi peleburan saraf dan selaput saraf. Peleburan otomatis ini akan diikuti dengan dibersihkannya sisa-sisa peleburan dan penghancuran oleh sel-sel makrofag (sel yang membunuh atau membersihkan kuman dan benda berbahaya di tubuh). Setelah bersih, maka sel-sel pembentuk selaput saraf akan mulai membuat kerangka atau desain saraf serupa dengan yang lama untuk selanjutnya kerangka ini akan menjadi “blue print” dalam pembentukan saraf baru. Kerangka yang sudah dibuat selaput saraf kemudian akan diisi oleh sel-sel saraf baru hingga menyerupai saraf yang lama. Hal ini tidak terjadi pada sistem saraf pusat.

Hingga saat ini terus dilakukan penelitian untuk mencari dan mengetahui rahasia pemulihan otak dan saraf tulang belakang. Berbagai usaha penelusuran dilakukan untuk mengetahui cara modifikasi sistem saraf dalam tingkat biomolekuler agar regenerasi dapat distimulasi. Cadangan-cadangan untuk pemulihan terus dicari dari otak kita yang menakjubkan ini. Penemuan terakhir mengetahui bahwa adanya sel-sel muda (stem cell) saraf di sekitar saraf penciuman kita. Sel-sel muda ini dapat tumbuh menjadi sel-sel saraf normal dan berfungsi baik. Beberapa obat sudah diproduksi untuk menstimulus sel-sel muda ini tumbuh dan menggantikan sel-sel saraf yang rusak. Obat-obat ini umumnya diberi dengan cara penetesan langsung di hidung seorang pasien. Hasilnya memang belum dipastikan namun pengalaman menunjukkan terdapat beberapa hasil yang positif, dimana regenerasi saraf terjadi.

Menurut saya penelitian harus terus dilanjutkan agar pemulihan saraf yang baik dapat ditemukan. Otak dan saraf tulang belakang merupakan pusat pengaturan segala fungsi tubuh kita dan kerusakannya akan memberikan dampak yang berat bagi kehidupan si pasien dan keluarganya. Mari, kita para cendekiawan untuk terus bekerja dan berusaha mencari dan menguasai pengetahuan ini untuk memberikan kesempatan lebih baik bagi umat manusia.

Saraf

Variasi kejang….suatu kegawat-daruratan yang penting untuk dikenali…

Menurut anda, kira-kira apa yang akan anda lakukan bila melihat salah seorang keluarga anda atau teman anda tiba-tiba jatuh dan bergerak tidak terkendali atau yang biasanya disebut dengan “kelojotan”? Mungkin hingga detik ke 5 atau ke 10 kejadian, anda akan hanya diam terpaku, bingung, takut atau mungkin berteriak minta pertolongan. Mungkin juga anda akan bereaksi cepat dengan memegang tangan atau badannya dengan harapan agar kelojotannya akan berhenti. Tapi apakah ini merupakan langkah yang benar? Apakah ini yang disebut kejang? Apakah hal ini merupakan suatu penanda kegawatan…?

Kejang merupakan suatu keluhan atau gejala yang biasanya akan membawa seseorang atau keluarganya untuk segera mencari pertolongan medis ke rumah sakit. Kejadian dimana tiba-tiba seorang bergerak-gerak ritmis tidak terkontrol dan sekaligus tidak sadar merupakan suatu kejadian yang bisa kita bilang mencengangkan dan menakutkan. Apalagi setelah “kelojotannya” berhenti, si penderita biasanya masih tidak bereaksi bila dipanggil atau bahkan lupa sendiri dengan apa yang dialamainya barusan.

Kejang disebabkan oleh adanya lompatan listrik atau ketidakseimbangan atau kacaunya aliran listrik di otak, khususnya daerah otak yang mengatur gerak tubuh. Otak kita yang begitu menakjubkan itu, ternyata inti-inti utama yang mengatur fungsi-fungsi tingkat tinggi tubuh kita seperti kemampuan bergerak, merasa dan berbicara terletak pada permukaannya, dan bukan di dalamnya. Penyebab gangguan aliran listrik ini bisa dikarenakan adanya kerusakan sel-sel otak akibat gangguan metabolisme/kimiawi, seperti akibat kurangnya asupan gula dan oksigen ke otak, atau bisa juga karena kerusakan mekanik, seperti permukaan otak robek atau bengkak pasca trauma kepala hebat. Aliran listrik yang akan melewati sel-sel otak yang rusak kemudian akan terganggu atau melompat sehingga mengakibatkan seseorang kejang.

Mungkin jenis penyakit kejang yang paling dikenal masyarakat adalah “epilepsi”. Tetapi kenyataannya walau angka kejadian epilepsi cukup banyak, masih lebih banyak lagi jenis-jenis kejang lainnya. Yang tidak diketahui oleh masyarakat adalah ternyata bentuk kejang itu memiliki tingkatan dari yang teringan hingga terberat. Salah satu kejang yang terberat adalah yang disebut dengan “status epileptikus” dalam dunia medis, dimana pasien kejang terus menerus dan tidak sadar dalam 30 menit, ataupun kejang dengan adanya interval berhenti dalam waktu 30 menit secara terus menerus tanpa ada periode sadar.

Namun tahukah anda bentuk kejang yang teringan….??

Bentuk kejang yang teringan adalah yang disebut dalam dunia medis sebagai “suatu bentuk sakit kepala yang berserangan”. Maksudnya berserangan disini adalah sakit kepala yang menyerang secara hilang timbul. Jadi gangguan lompatan listrik pada otak juga dapat bermanifestasi menjadi sakit kepala. Namun belum tentu juga setiap sakit kepala merupakan kejang. Sedikit lebih berat dari ini adalah bentuk kejang yang disebut dengan kejang “absans”, dimana penderitanya tiba-tiba diam untuk sesaat dan kemudian setelah beberapa waktu akan tersadar kembali namun tidak mengingat sama sekali fase diamnya tadi. Penderita benar-benar lupa kalau dia sempat “terdiam” dan tidak ingat apapun.

Nah selanjutnya, apa yang terjadi pada otak kita saat serangan kejang…?

Pada saat kejang, lompatan listrik menjadi tidak teratur dan kacau. Selain itu pada saat kejang, aliran darah ke otak akan terganggu atau berhenti sesaat selama periode kejang berlangsung. Disinilah kegawat-daruratannya dimana otak sangat membutuhkan oksigen dan asupan kalori yang dibawa oleh aliran darah ke otak. Bila dalam interval waktu tertentu yang relatif singkat, otak tidak mendapatkan oksigen atau energi maka sel-sel otak akan mati. Parahnya lagi, sel-sel otak yang rusak akan menularkan kerusakannya ke sel-sel tetangganya selama asupan oksigen dan energi dicukupkan.

Bila seorang pasien mengalami kejang di rumah sakit atau sarana medis lainnya maka yang harus segera dilakukan adalah memastikan asupan oksigen cukup masuk ke dalam tubuh / otak. Pasien akan segera diberikan oksigen oleh tenaga medis. Kemudian pasien juga akan diberikan obat anti kejang yang bekerja cepat untuk menghentikan kejangnya. Karena selama pasien masih kejang, maka kerusakan otak akan bertambah terus.

Namun bagaimana bila kejadian kejang berangsung di rumah atau dimanapun yang jauh dari sarana medis? Maka yang dapat kita lakukan adalah juga memastikan bahwa penderita mendapatkan asupan oksigen yang cukup. Pasien kejang jangan dikerumuni karena kerumunan orang ramai akan mengurangi oksigen di sekitar pasien. Kemudian pastikan lidah penderita tidak jatuh menutup kerongkongan/tenggorokan atau tergigit, karena dapat menutup saluran pintu masuk oksigen ke dalam tubuh. Selanjutnya segera bawa penderita ke rumah sakit.

Untuk terapi kejang, sudah banyak terdapat obat anti kejang yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Kadang dibutuhkan obat lebih dari satu dan dikombinasikan untuk mengobatinya dan kadang butuh waktu untuk mendapatkan kombinasi obat yang paling tepat dan cocok untuk pasien. Bila terapi dengan obat-obatan gagal, maka masih ada terapi operasi untuk mengatasi atau mengurangi kejang. Keilmuan bedah saraf sudah begitu majunya saat ini sehingga tindakan operasi dapat menjadi pilihan untuk mengatasi kejang.

Pada akhirnya saya ingin menyampaikan sebuah cerita tentang pengalaman saya dengan seorang pasien. Pasiennya adalah seorang anak usia 3 tahun yang dibawa orangtuanya berobat ke saya untuk masalah kejang. Sayangnya kejang sudah berlangsung selama 2 tahun terakhir dengan frekuensi kejang sekitar 2-3 kali seminggu. Selama 2 tahun, anak tidak dibawa orangtuanya ke rumah sakit karena dianggap kejang akan berhenti sendiri akhirnya walau sering muncul, selain masalah biaya tentunya. Tapi…inilah hasilnya….di depan saya terbaring anak dengan tatapan kosong, tidak aktif, tidak bereaksi bila dipanggil dengan otot-otot badan sudah lemah. Anak ini sudah menjadi manusia yang walau bernyawa tapi tidak memiliki fungsi apapun lagi di tubuhnya. Kerusakan otaknya sudah begitu berat sehingga sel-sel otaknya sebagian besar sudah mati. Anak ini selanjutnya mungkin akan tetap hidup namun tidak bisa berfungsi seperti manusia biasanya, dan tindakan medis apapun akan sulit menolongnya lagi.

Ayo, selamatkan generasi muda dan sumber daya manusia Indonesia dari bahaya kejang sehingga tetap menjadi manusia yang produktif dan berguna untuk keluarga, nusa dan bangsa.

Jahatnya infeksi otak pada anak…

Salah satu hal yang paling ditakuti oleh seorang dokter bedah saraf seperti saya adalah infeksi khususnya infeksi pada susunan saraf pusat (otak dan tulang belakang). Berbeda dengan infeksi-infeksi lainnya di dalam tubuh kita, infeksi susunan saraf pusat merupakan salah satu jenis infeksi terberat dan sulit diobati. Penyakit-penyakit infeksi lainnya di dalam tubuh mungkin dapat diobati dengan antibiotik, tetapi infeksi otak mungkin membutuhkan antibiotik lebih kuat dan pengobatan lainnya. Ditambah, kondisi anak dengan infeksi otak biasanya tidak bagus dan dengan sistem imunitas tubuh yang sudah terganggu.

Saya ingin bercerita tentang seorang anak yang saya rawat. Anak ini tidak akan pernah bisa terlupakan dari ingatan saya, merupakan salah seorang anak yang menjadi “guru” saya selama saya pendidikan bedah saraf. Anak kecil dengan paras sangat lucu berusia sekitar 1 tahun. Yang tak terlupakan adalah kebiasaan anak ini yang suka merenggangkan badannya seperti mengedan. Tidak biasa tapi untuk anak dengan bobot yang sedikit gemuk menimbulkan rasa gemas dan lucu. Saya ingat ketika orangtuanya membawanya pertama kali ke rumah sakit. Saya melihat orangtuanya masih sangat muda tapi dengan wajah yang tenang walau sedikit khawatir. Saya melihat ukuran kepala anak itu memang lebih besar dari normal, muncul di benak saya bahwa anak ini menderita “Hidrocephalus”, suatu penyakit akibat penumpukan cairan otak di dalam kepala sehingga tekanan di dalam kepala meningkat dan mengakibatkan ukuran kepala bertambah besar.

Pendapat saya dikonfirmasi dengan gambaran pemeriksaan CT Scan kepala yang menunjukkan “Hydranencephaly”, suatu penyakit seperti hydrocephalus tetapi lebih berat karena penumpukan cairan otak lebih banyak dan jaringan otak hampir tidak tumbuh sama sekali. Saya kemudian menjelaskan kepada orangtuanya dan meminta mereka untuk bersabar. Setelah dijelaskan, orangtua tetap menginginkan dilakukan operasi walau dengan berbagai resiko yang ada.

Operasi pun dilakukan dengan pemasangan selang untuk mengalirkan cairan otak yang tertumpuk. Setelah operasi, kondisinya sedikit lebih baik dan setelah beberapa hari anak itu pulang.

Namun, 1 bulan kemudian, orangtua membawa kembali anaknya ke rumah sakit. Kondisinya lemah, dengan suhu badan yang tinggi. Terdapat pula riwayat kejang. Dilakukan pemeriksaan lengkap dan disimpulkan bahwa anak tersebut mengalami infeksi otak. Selang yang sudah kita pasang terpaksa dikeluarkan karena dapat memperberat infeksi. Anak tersebut kemudian dirawat dan diberikan antibiotik kuat oleh dokter anak. Setelah dirawat 2 minggu, anak tersebut sedikit mengalami perbaikan dan kemudian diijinkan pulang. Di rumah tidak lama, 5 hari kemudian anak itu kembali masuk rumah sakit dengan kondisi yang sama dan dirawat kembali untuk infeksi otaknya. Hal ini berlangsung terus menerus hingga saya tidak menerima kabar lagi dari orangtua.

Beberapa bulan kemudian, pada suatu pagi, saya mendapat telefon dari ibu anak tersebut. Kabar mengejutkan saya dapatkan kalau anaknya sudah tiada sejak semalam. Terjadi serangan kembali dan saat dibawa ke rumah sakit, sudah tidak bernyawa lagi. Ternyata anak lucu itu akhirnya sudah lelah dengan perjuangannya melawan penyakit berat itu. Anak kecil malang yang kuat itu akhirnya telah berpulang kepadaNYA dan mendapatkan tempat yang lebih baik. Saya sempat terdiam untuk beberapa saat. Sedih dan sedikit rasa bersalah bercampur di dalam hati dan pikiran. Seorang “guru” saya sudah pergi untuk selamanya. Selang beberapa hari, saya diundang untuk menyampaikan belasungkawa. Orangtuanya terus tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada saya.

Infeksi otak adalah penyakit yang berat khususnya pada anak, salah satu yang paling ditakuti oleh seorang ahli bedah saraf. Usahakan hidup dalam tingkat kebersihan yang baik dan berikan gizi yang cukup pada anak-anak kita.

Tidak menstruasi dan sulit punya anak…tumor hipofise mungkin merupakan penyebabnya.

Dalam 5 tahun terakhir, saya melihat peningkatan jumlah pasien dengan tumor hipofise (tumor yang berasal dari kelenjar hipofise di otak). Pasien-pasiennya umumnya adalah para wanita dalam usia produktif. Keluhannya rata-rata adalah kesulitan untuk punya anak dan tidak menstruasi atau gangguan menstruasi. Pada beberapa pasien yang sudah cukup lama mengalami penyakit ini juga disertai dengan keluhan gangguan penglihatan atau gangguan akibat tidak seimbangnya hormon.

Yang menarik adalah bahwa pasien-pasien ini datang mencari pertolongan ke bedah saraf setelah “health shopping” atau mencari pertolongan kemana-mana, dan membutuhkan waktu yang lama untuk akhirnya mengetahui adanya penyakit ini. Wanita-wanita produktif dengan gangguan menstruasi atau sulit punya anak biasanya akan pergi ke dokter kandungan. Disana mereka akan diberikan terapi tambahan hormon untuk merangsang hormon kelamin internal nya sendiri. Namun hal ini sering sekali tidak menyelesaikan masalah. Yang timbul hanyalah komplikasi dari pemberian terapi hormonal tambahan.

Pada kasus yang lebih kronis, pasien-pasien itu kemudian akan mengeluh adanya gangguan penglihatan, mulai dengan keluhan suka membentur sisi kiri dan kanan saat berjalan hingga penglihatan kabur dan bahkan kebutaan. Untuk masalah penglihatan ini, biasanya mereka akan mencari pertolongan ke dokter mata dan hanya akan diberikan obat-obatan saja. Sebagian dokter mata yang memiliki pengetahuan lebih akan melakukan pemeriksaan CT Scan kepala dan ditemukanlah tumor hipofise ini. Barulah pasien kemudian dikirim ke dokter spesialis bedah saraf.

Tumor hipofise umumnya jinak. Namun efek klinis yang ditimbulkannya bisa berat. Sulit punya anak hingga kebutaan merupakan ancaman serius yang harus dicegah. Tindakan operasi secara “minimal invasif” dapat membantu mengatasi penyakit ini. Jadi, bila anda merasa ada gangguan menstruasi dan sulit punya anak, coba pikirkan kemungkinan adanya tumor hipofise ini.

Indahnya otak kita…….

Otak…..dikatakan sebagai salah satu organ vital di tubuh kita yang memegang peranan penting dalam pengaturan seluruh sistem dan fungsi tubuh manusia. Tapi apakah itu saja mengenai otak? Apa keistimewaan otak dibandingkan organ lain….?

Sebelum menekuni pendidikan kedokteran, saya tidak mengetahui sama sekali tentang otak. Setelah mengenyam pendidikan bedah saraf, saya masih tidak mengerti sepenuhnya tentang otak manusia. Otak terdiri dari sel-sel saraf dan sel-sel penunjang saraf. Semuanya dihubungkan dengan serabut-serabut asosiasi sehingga dapat menimbulkan suatu mekanisme kerja yang serasi dan berkelanjutan.

Bagaimana kita dapat mencium hal yang berbau harum dapat membuat kita senang, bagaimana kita dapat mendengar suara musik yang hebat dapat memberi kita semangat, bagaimana seorang artis dapat bermain piano begitu hebatnya, bagaimana seorang atlit dapat mengkoordinasikan tubuhnya dengan baik dan lain-lain adalah karena kinerja otak yang begitu hebat.

Tapi tahukah kita bahwa semua fungsi tubuh yang kita lakukan setiap hari itu hanya diatur oleh sebagian kecil sel-sel otak? Tahukan bahwa walau otak kita dibuang setengah, kita masih bisa bekerja dan hidup seperti orang normal? Tahukah bayi yang lahir dengan penyakit “hidrosefalus” (penyakit dimana isi kepala sebagian besar adalah cairan otak dan sel-sel otak gagal tumbuh) tapi bila ditangani segera dapat tumbuh menjadi anak normal, menjadi mahasiswa dan pianis hebat?

Jadi sebenarnya apa fungsi-fungsi otak yang lain? Bagian mana dari otak yang mengatur fungsi-fungsi tersebut? Sejauh mana kerusakan otak yang membuat semua fungsi hilang? Semuanya masih menjadi rahasia dan misteri otak kita yang amat indah itu……

Tumor otak…..akhir segalanya…..??

Tumor atau kanker selalu dikaitkan dengan penyakit yang mematikan, sehingga membuat penderitanya putus asa dan kehilangan semangat hidup. Apalagi bila tumor tersebut terletak di otak, dimana sering dikatakan sebagai penyakit terberat dan tidak mungkin disembuhkan. Hal ini merupakan paradigma yang salah dalam masyarakat di Indonesia. Data dari RSCM Jakarta menunjukkan bahwa sekitar 80% tumor otak adalah meningioma, tumor otak yang sifatnya jinak. Dengan teknik operasi bedah saraf yang baik, didukung dengan peralatan yang cukup, maka operasi bertujuan untuk kuratif atau kesembuhan total. Bila dideteksi dini dan segera ditatalaksana, penderita tidak perlu menjalani terapi lainnya setelah operasi dan dapat melanjutkan kehidupan produktifitas yang baik seperti orang normal biasa. Jadi, dapat dikatakan tumor otak tidak mengalahkan superioritas penyakit penyebab kematian seperti stroke atau serangan jantung.