Arsip Tag: saraf

Dandy Walker Syndrome…ancaman pada otak kecil…ancaman pada seluruh fungsi tubuh…

Saya menerima banyak sekali konsultasi melalui blog saya ini atau melalui email saya yang menanyakan tentang suatu penyakit unik yang disebut dengan “Dandy Walker Syndrome”. Penyakit ini ditemukan oleh “Walter Dandy” dan “Arthur Earl Walker” sehingga disebut dengan “Dandy Walker Syndrome”. Penyakit ini menjadi kekhawatiran para orangtua dikarenakan anak-anak mereka didiagnosis dengan kelainan ini, dikatakan berat dan tidak dapat diobati. Dokter-dokter mereka mengatakan bahwa penyakit ini terjadi pada anak-anak dan berbeda dengan hidrosefalus serta berakibat lebih buruk daripada hidrosefalus saja.

Harus saya akui bahwa pendapat itu benar. Saya akan mencoba menjelaskan dalam bahasa yang mudah-mudahan para pembaca blog saya dapat mengerti tentang penyakit ini.

Dandy Walker Syndrome merupakan suatu sindrom (kumpulan gejala) yang terjadi pada seorang anak akibat tidak terbentuknya “pintu keluar” cairan otak dari dalam kepala. Dalam bahasa medis, pintu keluar ini disebut dengan suatu lubang khusus yaitu yang dinamakan dengan “Foramen Luschka dan Magendie”. Dalam teorinya, cairan otak manusia tersebut berada di dalam rongga cairan otak yang setiap hari diproduksi di dalam kepala dan setiap hari juga dibuang ke tubuh kita. Pada kondisi tertentu terjadi gangguan aliran cairan otak tersebut sehingga terjadilah penumpukan cairan otak yang disebut dengan “Hidrosefalus”. Hal ini akan berdampak terjadinya pembesaran rongga cairan otak yang akan menekan jaringan otak di sekitarnya. Pada Dandy Walker Syndrome, tidak terbentuknya pintu keluar ini yang mengakibatkan gangguan aliran cairan otak, pembesaran pada rongga cairan otak di sekitar otak kecil (ventrikel IV), disertai pula dengan terbentuknya kista besar di daerah otak kecil (serebelum), sehingga sebagian otak kecil (bagian tengah dari otak kecil) kemudian tidak tumbuh. Tidak tumbuhnya ini kemungkinan karena terhambat oleh kista berisi cairan otak yang menumpuk tersebut.

Dandy Walker ; tidak terbentuknya sebagian otak kecil
Dandy Walker ; tidak terbentuknya sebagian otak kecil

 

Penderita Dandy Walker Syndrome dapat disertai dengan hidrosefalus atau juga tidak. Dari beberapa rujukan menunjukkan angka sekitar 70-80% penderita Dandy Walker Syndrome juga disertai dengan hidrosefalus. Hidrosefalus ini disebabkan oleh gangguan aliran cairan otak seperti yang saya jelaskan diatas.

Dandy Walker disertai dengan hidrosefalus
Dandy Walker disertai dengan hidrosefalus

 

Lalu kenapa dikatakan bahwa penyakit “Dandy Walker Syndrome” ini lebih berat daripada hidrosefalus saja….??

Secara logis, selain adanya kerusakan akibat hidrosefalus, pada Dandy Walker Syndrome juga terdapat gangguan pada pembentukan otak kecil (serebelum). Otak kecil yang berfungsi sebagai pusat pengatur keseimbangan tubuh, pusat pengatur koordinasi tubuh dan pusat pengatur tonus otot di seluruh tubuh, akan terganggu fungsinya pada Dandy Walker Syndrome. Si anak penderita Dandy Walker Syndrome diprediksi akan sulit menjaga postur tubuh tegak maupun berjalan, kesulitan dalam mengkoordinasikan gerakan tangan dan kaki serta terdapat kelemahan pada sistem alat geraknya akibat tonus otot yang tidak adekuat.

Disayangkannya lagi adalah bahwa dalam penyakit “Dandy Walker Syndrome”, terdapat kata “Syndrome” di dalamnya. Sindrom disini artinya adalah kumpulan gejala-gejala (lebih dari satu atau dua gejala). Selain gangguan pada fungsi otak besar dan otak kecil, ternyata pada para anak penderita “Dandy Walker Syndrome” juga mengalami gangguan pembentukan dan pertumbuhan pada sistem organ lain di dalam tubuh. Data menunjukkan bahwa pada ‘Dandy Walker Syndrome” juga terdapat gangguan pada sistem jantung pembuluh darah, sistem paru dan pernafasan, sistem ginjal dan lain-lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa telah terkadi kegagalan pembentukan sistem organ yang kompleks dan hampir menyeluruh.

Tindakan bedah saraf yang dilakukan untuk penderita Dandy Walker Syndrome adalah dengan pemasangan selang pintasan dari daerah otak kecil (tempat kista berada) ke perut, disebut juga dengan “Cystoperitoneal shunt”. Bila terdapat hidrosefalus, maka dipasang juga selang pintasan dari rongga cairan otak menuju rongga perut (Ventriculoperitoneal shunt; VP SHUNT). Pemeriksaan oleh bidang spesialistik lain sangat diperlukan untuk mencari kemungkinan gangguan pada sistem organ yang lain, dan terapi harus dilakukan bila memang terindikasi.

Kabar mengenai prognosis ke depan yang harus saya sampaikan pada orangtua anak penderita “Dandy Walker Syndrome” memang tidaklah sebaik pada hidrosefalus saja. Gangguan sistem organ yang begitu kompleks sering membuat sang anak tidak dapat bertahan hidup lama. Oleh karena itu, diagnosis “Dandy Walker Syndrome” ini harus ditegakkan secara jelas dan hati-hati. Upaya pertolongan harus tetap diberikan, sembari melihat dan berharap akan kekuatan misteri regenerasi otak dan organ lain pada seorang anak kecil. Kegagalan pembentukan otak kecil (serebelum) saja, belum tentu masuk katagori “Dandy Walker Syndrome”. Seluruh gejala-gejala lain harus ditelusuri dengan benar, untuk mendiagnosis dengan tepat penyakit ini.

 

 

 

 

 

Tindakan “Brain Wash” pada stroke…misteri otak yang masih harus terus ditelusuri….

Pada bulan Desember 2012 ini, saya mendapatkan kehormatan dengan diundang untuk melakukan tindakan kateterisasi otak atau yang disebut dengan “Endovascular Neurosurgery / Neuro Intervensi” di kota Medan. Tindakan ini merupakan kekhususan keilmuan bedah saraf yang sempat saya pelajari di Jepang pada tahun 2011. Saya mendapatkan undangan dari seorang dokter spesialis bedah saraf disana, Dr. dr. Ridha Dharmajaya, SpBS, dimana beliau juga adalah senior saya selama menjalani pendidikan bedah saraf di Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM dulu. Sebanyak 7 pasien dapat beliau kumpulkan dan terima untuk menjalani tindakan kateterisasi otak tersebut. Sebagian besar dari pasien-pasien tersebut datang dengan keluhan kelumpuhan akibat serangan stroke yang sudah diderita beberapa hari hingga beberapa minggu sebelumnya. Keluhannya bervariatif namun sebagian besar datang dengan kelumpuhan satu sisi tangan dan kaki. Ada juga dengan keluhan sulit berbicara hingga “cadel”. Tindakan kateterisasi ini saya tujukan untuk melihat dengan jelas struktur pembuluh darah otak dan mencari pembuluh darah otak yang mengalami sumbatan tersebut.

Brain Wash

Alhamdulillah, 7 kasus tersebut dapat diselesaikan dalam 1 hari tanpa ada halangan yang berarti, dan kita dapat menemukan lokasi-lokasi tersumbatnya pembuluh-pembuluh darah tersebut. Hampir seluruh kasus menunjukkan kelainan yang nyata yang terlihat dengan jelas sekali dari tindakan angiografi/kateterisasi yang kita lakukan. Dengan diketahui secara jelas lokasi dan jenis gangguan yang mengakibatkan hambatan aliran darah ke jaringan otak maka saya dapat memberikan rekomendasikan tindakan atau tatalaksana selanjutnya yang sebaiknya dilakukan. Pilihan memang terbuka antara tindakan operasi membuang “plaque” di dalam pembuluh darah atau tindakan pemasangan stent dengan tujuan memperlebar pembuluh darah yang menyempit atau tertutup tersebut.

Penyumbatan pembuluh darah

Dari semua kasus tersebut, setelah tindakan kateterisasi untuk melihat lokasi penyumbatan dilakukan, saya berinisiatif untuk melakukan tindakan yang sering dikenal dengan “Brain Wash”. Tindakan “Brain Wash” ini dilakukan dengan mengalirkan suatu zat yang mampu menghancurkan atau mencairkan sumbatan pada pembuluh darah, yang dihantarkan melalui kateter kecil di dalam pembuluh darah. Saya melakukan hal ini hanya sebagai tambahan tindakan belaka tanpa tujuan apapun mengingat para pasien sudah mengalami stroke dalam waktu yang cukup lama. Tidak terpikir oleh saya dan saya tidak mengira kalau akan ada perubahan yang dialami oleh para pasien tersebut yang saya lakukan tindakan “Brain Wash”.

Namun………..perkiraan saya salah………..!!

Saya melakukan tindakan endovaskuler/neuro-intervensi

Tidak saya duga, pasca tindakan selesai, beberapa pasien menunjukkan suatu hasil yang mengejutkan. Secara spesifik dan yang paling jelas terjadi pada dua pasien dimana keduanya mengaku pada saya bahwa kekuatan tangan dan kaki mereka yang telah lumpuh seperti kembali lagi walau belum sempurna. Saya saat itu hanya bisa terdiam dan terkejut melihat pasien-pasien ini menunjukkan tangan dan kaki mereka sembari menggerak-gerakkannya dengan wajah yang ceria. Pasien-pasien tersebut kemudian langsung menghaturkan rasa terima kasihnya, namun saya hanya mengatakan kepada mereka untuk bersyukur kepada Yang Maha Kuasa. Saya berusaha mengkonfirmasi ulang kepada para pasien apakah benar mereka merasa kelumpuhannya mengalami perbaikan, dan bahwa bukan hanya faktor psikologis saja akibat pasca dilakukan tindakan. Tetapi mereka tetap bersikeras bahwa kekuatan tangan dan kaki mereka jauh lebih baik.

Setelah mengantarkan para pasien ke ruang rawat dan ruang observasi, saya pulang dengan diantarkan oleh Dr. Ridha. Sejak saat itu hingga sekarang, benak saya selalu dipenuhi dengan pertanyaan, apa sebenarnya faktor yang menentukan keberhasilan tersebut? Teori lama yang selama ini terus terbukti benar dan dipertahankan menyatakan bahwa jaringan otak yang tidak mendapatkan suplai darah lebih dari 3-8 jam akan mengalami kematian permanen yang tidak mungkin bisa diperbaiki walau dengan tindakan yang mampu membuka aliran tersebut kembali. Namun apakah mungkin ada hal baru yang belum saya ketahui….?

Ini akan menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi kita ahli bedah saraf dan saraf, khususnya bagi saya. Memang otak masih merupakan misteri besar bagi manusia dan seperti saya sampaikan pada tulisan-tulisan saya sebelumnya bahwa otak merupakan organ yang sangat “pintar”. Masih banyak yang harus dicari jawabannya.

3D Angiogram of Carotid Stenosis

Saya tetap memotivasi dan menyarankan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk melakukan “screening” pembuluh darah otak, khususnya bila telah memiliki faktor resiko kemungkinan sumbatan seperti adanya penyakit tekanan darah tinggi, penyakit gula, penyakit kadar kolesterol yang tinggi, penyakit jantung, obesitas dan tentunya faktor usia. Dengan tindakan “angiografi/kateterisasi otak” kita dapat memeriksa dan mengetahui pembukuh darah mana yang merupakan calon untuk mengalami sumbatan atau calon untuk pecah. Cegahlah sebelum terjadi penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah tersebut. Cegahlah stroke dan selamatkan produktifitas anda semua.

Meduloblastoma…tumor ganas otak kecil (serebellum) yang menyerang anak-anak pintar…

Selama dua bulan terakhir ini pada tahun 2012 (Maret dan April 2012) saya menerima beberapa kasus anak-anak yang datang dengan kebutaan pada kedua matanya. Rata-rata anak-anak tersebut berusia di antara 3 sampai 7 tahun. Anak-anak tersebut kelihatan diam saja dan mata mereka seperti bergerak-gerak ritmis mungkin mencari cahaya dan bentuk untuk dilihat. Namun semua mata itu tidak pernah berhenti bergerak karena tidak pernah anak-anak tersebut dapat melihat kembali seperti yang mereka harapkan. Untuk anak-anak seusia mereka, gelapnya dunia dalam penglihatan mereka seharusnya akan memberikan rasa takut dan panik yang besar sehingga akan membuat mereka menangis histeris. Namun anak-anak ini hanya diam saja, begitu tenang dan patuh terhadap semua perkataan orangtua mereka.

Apa sebenarnya yang terjadi dengan anak-anak ini…? Kenapa pada usia yang begitu muda, mereka sudah mengalami kerusakan tubuh vital yang sangat berat berupa kebutaan…?

Hasil pemeriksaan pencitraan berupa CT Scan / MRI kepala menunjukkan adanya sebuah tumor berukuran relatif besar yang terletak di daerah otak kecil (serebellum). Begitu besarnya tumor ini sehingga menutup jalan keluar cairan otak yang berakibat menumpuknya cairan otak di dalam kepala yang disebut dengan kondisi “Hidrosefalus”. Hidrosefalus mengakibatkan meningkatnya tekanan di dalam kepala yang selanjutnya merusak saraf mata dan menyebabkan kebutaan. Tumor ini umumnya dapat diangkat dengan tindakan operasi. Hidrosefalus diatasi dengan pemasangan selang. Pemeriksaan patologi jaringan tumor yang diambil tersering memberikan hasil berupa tumor “Meduloblastoma”.

Meduloblastoma
Meduloblastoma

Namun saya sebagai dokter bedah saraf akan merasa sangat sedih bila hasil meduloblastoma ini yang keluar pada pemeriksaan patologi tersebut. Meduloblastoma merupakan tumor yang termasuk sangat ganas pada anak atau bayi. Tumor yang dikatakan berasal dari sel-sel muda jaringan otak yang mungkin terjadi akibat gangguan tumbuh kembang otak merupakan tumor yang mampu untuk membesar dalam waktu yang tidak lama serta mampu menyebar ke sistem saraf lainnya (termasuk sumsum tulang belakang) melalui aliran cairan otak.  Berdasarkan literatur dan referensi dari beberapa pusat pelayanan bedah saraf anak di seluruh dunia terbukti bahwa anak-anak dengan tumor meduloblastoma ini tidak pernah memiliki angka keselamatan yang baik (bahkan angka bertahan hidupnya sangat rendah). Dari anak-anak yang saya dapatkan dengan meduloblastoma, tidak satupun berhasil bertahan lebih dari 5 tahun pasca diberikan pertolongan, walau tindakan operasi sudah berhasil dengan baik. Tindakan terapi tambahan pasca operasi seperti kemoterapi dan radioterapi juga telah diberikan dengan adekuat namun tidak dapat menyelamatkan anak-anak tersebut. Hal ini yang kemudian membuat saya dan dokter-dokter bedah saraf merasa agak sulit menyampaikan berita buruk tersebut kepada orangtua-orangtua sang anak.

Meduloblastoma
Meduloblastoma

Satu hal yang unik yang saya dapatkan dari seluruh pasien-pasien anak dengan meduloblastoma yang datang kepada saya, dimana seluruh anak-anak tersebut ternyata memiliki sifat yang sangat baik dan penurut dan sangat dipuji oleh keluarga dan teman-teman terdekatnya. Selain itu tingkat kemampuan otak mereka sangat hebat dimana seluruh anak-anak tersebut memiliki prestasi terbaik di sekolah dan daya pikir yang luar biasa. Ini juga yang membuat orangtua menjadi sangat hancur mendengar kabar mediloblastoma ini pada anak mereka.

Ilmu pengetahuan dan teknologi bedah saraf saat ini terus berusaha mencari pengobatan terbaik untuk tumor meduloblastoma ini. Hingga saat ini operasi masih merupakan terapi terbaik dan memberikan waktu hidup yang lebih baik, dibandingkan terapi tanpa operasi. Terapi multi modalitas yang meliputi operasi, kemoterapi dan radioterapi juga memberikan hasil sedikit lebih baik, tetapi masih jauh dari yang kita harapkan. Semoga di masa yang akan datang kita dapat mencari terapi terbaik untuk menyelamatkan generasi-generasi masa datang yang berkualitas dan berpotensi ini.

Anak masa depan bangsa
Anak masa depan bangsa

 

Sering merasa pelupa…belum tentu itu suatu “demensia”…

“…SIFAT LUPA BISA DIKARENAKAN GANGGUAN ATENSI DAN KONSENTRASI…”

“…SIFAT LUPA BISA DIKARENAKAN BEBAN PIKIRAN YANG BANYAK ATAU STRES…”

SIFAT LUPA

 

 

Beberapa waktu yang lalu saya ditanyakan dan diwawancara oleh seorang teman di bidang jurnalistik mengenai suatu penyakit yang mulai banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Penyakit ini mulai dikhawatirkan masyarakat karena gejalanya yang sangat umum, yaitu sifat pelupa. Karena begitu banyaknya orang yang merasa mulai pelupa, dalam usia berapapun, maka pertanyaan mengenai apakah penyakit ini sedang berkembang dengan pesat menjadi topik yang hangat dibicarakan. Penyakit itu adalah “demensia” atau sering disebut juga sebagai “pikun” yang gejala utamanya dikatakan sebagai sifat pelupa.

Berhubungan dengan demensia ini adalah penyakit lain yang sering sekali dikaitkan dengan demensia atau dikatakan sebagai penyebab demensia, yaitu penyakit “Alzheimer”, yaitu suatu penyakit degeneratif yang dikarenakan kesalahan dalam bentuk dan fungsi protein tertentu di dalam jaringan otak. Penyakit alzheimer ini begitu berkembang dengan angka kejadian sangat tinggi di negara-negara Eropa dan Amerika dan sangat ditakuti karena penyakit ini terkesan menggerogoti fungsi otak orang penderitanya hingga kematian muncul.

 

 

Berkaitan dengan ini semua, mulailah muncul rasa kekhawatiran masyarakan khususnya masyarakat Indonesia tentang penyakit-penyakit ini, apalagi sifat pelupa tidak hanya dialami oleh orang-orang berusia tua saja saat ini, tapi juga sudah dialami oleh orang-orang dengan usia yang lebih muda bahkan remaja. Yang menjadi pertanyaan adalah benarkah gejala tersebut merupaka demensia? Dan apakah semua demensia disebabkan oleh penyakit Alzheimer yang ditakuti oleh banyak orang?

Sifat pelupa, walau merupakan gejala utama dari demensia, tidak dapat selalu dikaitkan dengan demensia. Bahkan sebagian besar kasus pelupa, bukan merupakan suatu demensia. Demensia bukan suatu penyakit, melainkan suatu “sindrom” yang artinya suatu kumpulan gejala. Penting dimengerti adalah bahwa demensia merupakan suatu kumpulan gejala (gejala lebih dari satu dan bukan hanya gejala pelupa saja. Kumpulan gejala itu bisa berupa banyak hal selain pelupa, misalnya gangguan intelektual atau kognitif, gangguan kepribadian, bahkan gangguan-gangguan vutal lainnya seperti gangguan berkomunikasi atau bahkan kelumpuhan-kelumpuhan lainnya. Sebuah referensi mengatakan, seseorang baru bisa dikatakan mengalam demensia bila memenuhi 3 syarat, yaitu :

1. Terdiri dari kumpulan gejala yang salah satunya adalah gejala lupa dan juga gangguan kognitif

2. Gejala-gejala yang terjadi bersifat progresif atau semakin memberat dengan berjalannya waktu

3. Seluruh kumpulan gejala itu mengakibatkan gangguan dalam menjalani aktifitas sehari-hari bagi si penderita, sehingga mengharuskan ada orang lain yang membantunya. Aktifitas sehari-hari disini adalah aktifitas rutin harian seperti makan, minum, membersihkan diri, buang air dan lain-lain.

Bila ketiga syarat diatas terpenuhi, barulah seseorang dikatakan menderita demensia, dan bukan hanya karena sifat pelupa saja. yang menarik tentang sifat pelupa adalah bahwa gejala ini dapat terjadi pada siapapun baik yang sehat. Sifat pelupa dapat terjadi karena sebab-sebab lain, misalnya “kurangnya atensi” atau “kurangnya konsentrasi” seseorang dalam menerima suatu berita atau data. Selain itu, beratnya beban pikian seseorang dan stres sangat meningkatkan resiko untuk menjadi pelupa. Hal-hal ini bukanlah pelupa akibat demensia dan ini harus jelas difiltrasi oleh seorang dokter dalam memeriksa pasien-pasien dengan sifat pelupa yang dicurigai sebagai demensia.

 

 

Memang berdasarkan data bahwa demensia disebabkan sebagian besar oleh penyakit alzheimer. Namun data ini adalah berdasarkan survei di negara-negara lain atau negara-negara yang lebih maju dibandingkan negara kita. Negara kita masih berkutat dengan masalah cedera otak akibat trauma kepala (kecelakaan), stroke, infeksi dan tumor. Kesemua keadaan itu dapat merusak jaringan otak dan mengakibatkan timbulnya demensia.  Oleh karena itu, penyakit alzheimer bukan penyebab terbesar demensia di negara kita, melainkan berbagai kondisi lain yang tersebut di atas.

Sayangnya, demensia tidak dapat disembuhkan dan perjalanan penyakitnya akan berlangsung terus. Yang bisa dilakukan oleh terapi medis adalah memperlambat progresifitas penyakit demensia tersebut, dengan obat-obatan dan stimulus lainnya. Hal ini sangat berbeda pada penyakit lupa yang biasa. Dengan proses adaptasi serta belajar maka sifat pelupa biasa dapat dikurangi. Latihan atensi dan konsentrasi yang baik juga dapat memperbaiki daya ingat seseorang.

Oleh karena itu, jangan terburu-buru khawatir dengan dengan sifat lupa anda. Analisa dengan benar kenapa anda sering merasa menjadi pelupa. Berikan relaksasi pada pikiran dan belajar dengan lebih baik untuk melatih adaptasi dan konsentrasi.

 

“Tanda Tanya” seputar stroke….(pertanyaan-pertanyaan tersering mengenai stroke)

Selama saya menjadi seorang ahli bedah saraf, tidak sedikit pasien, keluarga pasien atau siapapun juga menanyakan beberapa hal tentang stroke. Dalam beberapa kali kesempatan saya memberikan kuliah, pidato atau presentasi tentang stroke khususnya ke masyarakat awam, saya selalu diserbu dengan banyak pertanyaan seputar penyakit yang kompleks dan mematikan ini. Tidak terhitung telah berapa banyak saya mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang sama dan saya memberikan jawaban yang secara prinsip juga sama. Untuk kesempatan kali ini, saya akan memaparkan beberapa pertanyaan yang palin sering saya terima dan saya jawab.

1. Apa sebenarnya faktor resiko terpenting yang dapat mengakibatkan stroke…???

Jawab : Secara umum faktor resiko stroke terbagi dua, yaitu faktor yang tidak dapat dipengaruhi (seperti usia tua, riwayat stroke sebelumnya, berbagai penyakit yang dapat menyebabkan stroke seperti kelainan pembuluh darah otak, dan lain-lain); dan faktor yang dapat dipengaruhi (seperti tekanan darah tinggi, penyakit gula, kolesterol tinggi, berat badan berlebih/obesitas, psikis/emosi, dan lain-lain). Namun bila kita perhatikan dengan benar dan teliti, ternyata salah satu faktor yang tersebut di atas merupakan faktor yang paling penting mengakibatkan stroke. Yang manakah itu…??

Untuk anda yang mungkin sudah pernah terserang stroke atau ada keluarga/teman anda yang mengalami stroke, bila kita perhatikan dan coba ingat, umumnya stroke terjadi pada kondisi-kondisi atau saat-saat dimana seseorang sedang terbangun dari tidur, sedang menonton televisi, sedang berolahraga, sedang bekerja/beraktifitas yang berlebihan/terlalu bersemangat, sedang marah, atau sedang terlalu letih/lelah. Pertanyaannya adalah kenapa stroke terjadi pada situasi-situasi tersebut…?? Jawabannya adalah pada saat melakukan kegiatan-kegiatan di atas, terdapat perubahan tekanan darah secara drastis (meningkat secara tiba-tiba) dari nilai normal yang biasa dimiliki seseorang. Apa yang menyebabkan perubahan tekanan darah secara tiba-tiba itu? Jawabannya adalah kondisi psikis dan emosional seseorang yang berubah. Semua kegiatan di atas menuntut perubahan emosional kita sehingga memicu tekanan darah untuk meningkat secara drastis. Inilah yang kemudian akan menjadi resiko terbesar terjadinya stroke.

Beberapa percobaan pengukuran tekanan darah terhadap para petani di pedesaan menunjukkan hasil yang mencengangkan dimana rata-rata tekanan darah mereka adalah 210/120 mmHg (padahal nilai normal tekanan darah yang optimal adalah 120/80 mmHg). Namun kenapa angka kejadian stroke sangat kecil pada komunitas petani dengan tekanan darah yang sangat tinggi ini? Jawabnya karena tekanan darah yang tinggi terus menerus dan cenderung stabil “bukan” merupakan faktor pencetus stroke yang signifikan. Perubahan tekanan darah secara drastis dan tiba-tibalah yang merupakan faktor pencetus utama. Disini, emosional dan psikis berpengaruh terbesar terhadap perubahan tekanan darah tersebut.

2. Bagaimana sebenarnya terapi stroke…?? Berapa lama onset stroke sejak serangan masih dapat diobati/diterapi…??

Jawab : Pada saat stroke terjadi, jaringan otak dalam kondisi terancam tidak mendapatkan pasokan darah yang berisi oksigen dan zat makanan. Hal ini terjadi baik pada stroke sumbatan (akibat tersumbatnya pembuluh darah) atau stroke berdarah (pecahnya pembuluh darah). Keadaan ini akan mengancam kematian sel-sel otak yang cenderung untuk meluas. Terapi yang harus dilakukan adalah untuk sesegera mungkin membuka sumbatan pada stroke sumbatan (stroke iskemik) dan membuang darah pada stroke berdarah (stroke hemorrhagik) dengan cara operasi.

Waktu toleransi yang diberikan oleh sel-sel otak yang terancam kematian tidaklah lama, yaitu hanya sekitar 3 – 8 jam saja sejak onset serangan (khususnya untuk stroke iskemik). Sehingga pada durasi waktu tersebut, pertolongan harus segera diberikan untuk sesegera mungkin dibuka sumbatan yang terjadi. Bila telah melewati waktu toleransi tersebut maka kemungkinan untuk pemulihan sangatlah minimal. Terapi yang dapat dilakukan adalah dengan prosedur endovaskuler (kateterisasi dan rekanalisasi pembuluh darah yang tersumbat). Sedangkan untuk stroke berdarah, maka belum ada data pasti berapa lama toleransi sel-sel otak terhadap penekanan oleh darah yang keluar akibatnya pembuluh darah. Beberapa penelitian mengatakan bahwa bila darah segera dikeluarkan dan dibuang, maka akan segera pula menurunkan tekanan di dalam kepala sehingga aliran darah ke otak juga semakin baik. Tindakannya berupa bedah saraf dengan berbagai macam teknik.

3. Apakah setelah dilakukan tindakan operasi atau prosedur lainnya pasien kemudian sembuh?

Jawab : Pemulihan pasien stroke sangat bergantung dengan kondisi keadaan pasien sebelum tindakan operasi. Bila kondisi pasien lebih baik dan kelumpuhan tidak terlalu berat maka kemungkinan pemulihan lebih cepat dan lebih baik. Namun bila kondisi sebelum operasi sangat buruk maka kemungkinan pemulihan sangat kecil dan membutuhkan waktu yang lama. Selain itu yang mempengaruhi kesembuhan dan pemulihan adalah lamanya pasien mendapatkan terapi dan tindakan operasi sejak onset stroke terjadi. Bila tindakan penyelamatan sel-sel saraf dilakukan sedini mungkin (kurang dari 3 jam) maka kemungkinan pemulihan menjadi lebih baik. Hal ini berlaku sebaliknya bila tindakan atau operasi dilakukan setelah 3 jam atau bahkan setelah 24 jam, maka hasil tindakan kemungkinan tidak bisa maksimal.

Tindakan operasi pada prinsipnya adalah untuk menyelamatkan pasien dari ancaman jiwa akibat serangan stroke sehingga bila indikasi operasi sudah ditegakkan maka biasanya seorang dokter bedah saraf akan menawarkan tindakan operasi. Hal dikarenakan usaha menyelamatkan nyawa dan fungsi merupakan suatu prioritas utama.

Selain tindakan operasi, maka terapi stroke yang vital termasuk fisioterapi dan rehabilitasi fisik. Motivasi kepada pasien untuk melakukan latihan fisik untuk se-optimal mungkin mengembalikan fungsi tubuh adalah hal yang sangat penting pada penderita stroke pasca terapi atau tindakan operasi. Bia usaha pasien maksimal dalam melatih diri maka usaha pemulihan jelas akan semakin baik.

4. Bagaimana dengan cerita tentang terapi tusuk ujung jari yang dikatakan dapat mengeluarkan darah stroke dari otak? Apakah benar adanya?

Jawab : Secara ilmu medis yang saya ketahui, tidak ada terapi tusuk ujung jari yang dapat mengeluarkan darah stroke dari dalam otak. Memang saya mendengar banyak cerita dari para pasien tentang terapi ini, namun menurut saya hal ini tidak mungkin dilakukan, sebab tidak ada hubungan antara sirkulasi darah di ujung jari dengan darah yang keluar di dalam otak. Darah di otak akibat stroke hanya dapat dikeluarkan dengan tindakan operasi bedah saraf. Berbagai teknik dan cara operasi bedah saraf tersedia tergantung kondisi pasien dan peralatan yang tersedia. Begitu juga dengan stroke sumbatan, tindakan yang dilakukan adalah dengan intervensi endovaskuler yang dapat dilakukan oleh seorang ahli bedah saraf atau neurologi.

Ilmu tusuk jarum yang saya kenal dan memang ada dalam dunia kedokteran adalah akupunktur. Namun akupunktur disini berguna untuk membantu proses rehabilitasi setelah tindakan operasi dilakukan. Selain fisioterapi maka akupunktur juga menjadi pilihan dalam mempercepat pemulihan pasien pasca stroke.

5. Bagaimana dengan teknik “Brain Wash” untuk stroke yang banyak terdengar akhir-akhir ini?

Jawab : Teknik “Brain Wash” mulai banyak terdengar 2 tahun terakhir yang dikatakan dapat menyembuhkan stroke. Sesungguhnya teknik “Brain Wash” adalah teknik intervensi endovaskuler yang dapat dilakukan untuk melepaskan sumbatan pembuluh darah atau menutup pembuluh darah yang anomali bentuknya. Teknik ini semakin banyak digunakan karena sifatnya yang “minimal invasif” sehingga pasien tidak memerlukan perawatan yang lama. Dengan teknik ini, khususnya untuk stroke sumbatan, diharapkan dapat melepaskan sumbatan sehingga aliran darah otak dapat berjalan kembali.

Namun perlu diperhatikan dengan benar dan jelas bahwa jaringan otak yang sudah mati akibat tidak mendapatkan suplai darah karena adanya stroke, hanya mempunyai waktu yang relatif sangat pendek untuk diselamatkan agar dapat pulih kembali. Bila tindakan dilakukan setelah melewati masa waktu toleransi (“Golden Hour”), maka tindakan intervensi endovaskuler tidak dapat memberikan hasil yang baik atau yang diharapkan. Waktu toleransi otak untuk dapat diselamatkan sebelum kerusakan permanen hanyalah sekitar 8 jam. Setelah itu maka kerusakan otak permanen sudah terjadi dan tindakan endovaskuler/brain wash kemungkinan besar tidak dapat membantu.

6. Apakah serangan stroke bisa dianggap akhir dari segalanya?

Jawab : Walaupun stroke dianggap penyakit yang sangat mematikan (seperti penyakit serangan jantung) namun bila ditatalaksana sesegera mungkin pasca serangan maka kemungkinan untuk mendapatkan pemulihan lebih besar. Tindakan operatif dan intervensi masih berperan sangat besar dalam tatalaksana stroke. Selain itu semangat dan motivasi pasien untuk sembuh serta kesabaran keluarga untuk merawat adalah hal yang vital pula.

Misteri kekuatan potensial otak (saraf) pada bayi dan anak

Mungkin pernah saya sampaikan dalam tulisan-tulisan saya sebelumnya mengenai misteri otak, khususnya pada bayi dan anak. Mungkin juga saya telah menyampaikan bahwa dari seluruh jenis kasus bedah saraf, kasus bedah saraf anak adalah yang paling rumit dan penuh dengan tanda tanya. Masih banyak hal yang belum dapat dijelaskan dengan dasar pengetahuan medis serta referensi berbagai literatur tentang penyakit saraf pada anak, khususnya yang telah dilakukan tindakan pembedahan.

Tidak seperti pada orang dewasa, dimana suatu kelainan pada sistem saraf pusat (otak dan saraf tulang belakang) dapat lebih dijelaskan tentang mekanisme kejadian, rencana pengobatan dan manfaat serta khususnya prognosis ke depan dengan jelas atau cukup jelas. Hasilnya pun tidak terlalu jauh dari prediksi kita para dokter bedah saraf mengenai perjalanan penyakitnya selanjutnya. Pada kasus bedah saraf anak, masih banyak hal-hal yang dapat tidak kita duga yang akan terjadi.

Bayi dan anak, walaupun dianggap sebagai suatu manusia yang baru hidup di dunia dengan segala kelemahannya akibat belum sempurnanya pertumbuhan, ternyata memiliki suatu kekuatan potensial yang sangat dasyat, yang membantu untuk mempercepat pemulihan serta memperbaiki segala kerusakan. Kekuatan tersebut dapat membantu bayi dan anak untuk kembali mengejar hidup yang normal pada usia yang lebih dewasa. Kekuatan itu adalah kemampuan “tumbuh kembang”. Cadangan kemampuan untuk pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut masih sangat besar pada bayi dan anak. Kemampuan sel-sel tubuh termasuk sel-sel saraf untuk mengembalikan fungsinya amatlah tinggi, walau kemampuan sel saraf sendiri untuk beregenerasi sangat rendah. Kerusakan dan kehilangan yang berat juga masih dapat diganti fungsinya dengan bagian sel saraf yang lain. Inilah kekuatan potensial pada bayi dan anak tersebut.

Beberapa minggu sebelumnya, saya melakukan suatu tindakan operasi bedah saraf pada seorang bayi yang masih berusia 1 bulan. Bayi tersebut mengalami perdarahan masif pada otak disertai dengan pembengkakan otak yang hebat. Penyebabnya sangat sederhana, lupa diberikan suntikan vitamin K pada saat lahir. Pada saat operasi, saya menemukan kerusakan otak yang begitu hebatnya pada otak sebelah kiri (otak dominan pada umumnya) sehingga struktur otak sudah berubah menjadi seperti bubur. Sel-sel otak yang rusak dan mati dalam jumlah besar ini terpaksa saya buang karena sel-sel otak yang rusak dapat menularkan kerusakannya ke sel-sel otak yang normal. Lebih dari 50% otak sisi kiri saya buang, yang sebagian besar sel-sel otak tersebut memiliki fungsi yang vital, diantaranya untuk fungsi pergerakan sisi kanan tubuh serta fungsi peraba sisi kanan tubuh. Pada saat saya membunag semua jaringan otak yang mati itu, saya berpikir bahwa kemungkinan besar bayi kecil malang ini akan menderita kelumpuhan sebelah kanan selanjutnya. Namun saya tidak punya pilihan, daripada kerusakan otak menjadi total.

Pasca operasi dan pasca bayi tersebut dibangunkan dari pengaruh obat bius, saya mengamati suatu hal yang luar biasa. Dengan kehilangan hampir setengah bagian dari otak, bayi kecil tersebut tidak menunjukkanadanya kekurangan apapun. Seluruh tangan dan kaki kecilnya dapat bergerak dengan baik dan begitu aktifnya. Suara tangisannya begitu kuat dan semangat untuk minumnya sangat tinggi. Secara keseluruhan, kondisi bayi jauh lebih baik dan lebih segar dibandingkan dengan sebelum operasi. Bagaimana saya dapat menjelaskan ini….? Bagaimana saya dapat menjelaskan kenapa seluruh fungsi pergerakannya berjalan dengan baik padahal hampir setengah otak saya buang…?? Apakah mungkin jaringan otak yang saya buang itu tidk memiliki peran apapun dalam fungsi hidup si bayi…??

Memang harus diakui, masih banyak pengetahuan yang tidak diketahui kita para dokter dan manusia pada umumnya. Masih banyak rahasia Tuhan Yang Maha Esa yang belum dimengerti oleh kita. Mungkin memang tidak semuanya dapat atau harus diketahui oleh manusia. Dalam hal medis dan fungsi sel-sel otak, konsep yang berkembang terakhir adalah bahwa sel-sel saraf memiliki kemampuan untuk memindahkan pusat pengaturan fungsi di suatu bagian otak ke bagian lainnya, sehingga walau ada yang rusak/hilang, fungsinya masih tetap ada. Selain itu, cadangan potensial “tumbuh kembang” pada anak memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan mengatur ini semua.

Sebagai pembelajaran khususnya bagi saya dari kasus ini adalah, jangan pernah menyerah dalam menghadapi kelainan pada bayi dan anak. Jangan pernah putus asa dan membiarkan kerusakan atau gangguan pada bayi dan anak berlanjut tanpa usaha memberikan tindakan untuk memperbaiki. Kita para dokter harus selalu berusaha memberikan kondisi yang suportif bagi tubuh bayi/anak agar dapat melakukan tumbuh kembangnya dengan baik. Berikanlah kesempatan pada bayi dan anak untuk tumbuh dan berkembang serta menikmati keindahan dunia ini.

 

Berikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang

Perdarahan otak pada anak dengan “Acquired Prothrombin Complex Deficiency”…efek fatal akibat kesalahan kecil…

Ketika seorang anak baru saja lahir dan keluar dari rahim ibunya, setelah proses membersihkan dan memastikan anak dalam kondisi stabil keadaan vitalnya, maka biasanya selalu dilanjutkan dengan pemberian suntikan vitamin K pada si anak. Pemberian suntikan vitamin K bertujuan untuk menambah dan mendukung fungsi pembekuan darah dari anak yang baru lahir, dimana setelah lepas dari rahim ibu, anak tidak mendapatkan lagi dukungan zat-zat pembekuan darah dari sang ibu.

Namun, karena begitu sederhananya tindakan ini, terkadang suka dilupakan atau terlewatkan oleh yang menolong persalinan (dokter, bidan, dukun, dan lain-lain). Bisa juga dikarenakan ketidaktahuan dari si penolong persalinan akan pentingnya suntikan vitamin K ini.

Sebenarnya, apa sih gunanya suntikan vitamin K ini…?? Perlukah diberikan dan bagaimana bila tidak diberikan…??

Sekali lagi, keperluan suplemen vitamin K ini adalah untuk memberi bantuan tambahan terhadap kemampuan pembekuan darah si anak/bayi. Bila tidak diberikan maka jelas tubuh si anak terpaksa berjuang sendiri dalam memenuhi kemampuan pembekuan darahnya. Sayang sekali, ternyata banyak anak yang tubuhnya belum mampu untuk bertahan sendiri. Sehingga timbullah efek fatal dari ketidakmampuan ini.

Secara umum, gangguan kemampuan pembekuan darah akan berakibat meningkatnya resiko perdarahan pada bayi atau anak. Perdarahan yang biasanya terjadi karena adanya trauma dari luar, maka pada keadaan gangguan pembekuan darah, perdarahan tersebut dapat terjadi secara spontan tanpa stimulus dari luar. Perdarahan spontan tersebut dapat terjadi di bagian manapun dari tubuh. Yang paling fatal adalah perdarahan di otak si anak. Perdarahan di otak tersebut jelas akan menyebabkan penekanan pada otak akibat brtambahnya jumlah darah yang keluar sehingga otak akan terjepit. Selain itu, iritasi darah pada otak akan mengakibatkan otak membengkak dan juga merangsang timbulnya kejang yang berulang pada anak. Otak yang terjepit, bengkak serta kejang yang berulang akan menyebabkan anak mengalami penurunan kesadaran, gangguan fungsi pernafasan dan fungsi sirkulasi (jantung dan pembuluh darah). Alhasil, anak terpaksa dirawat khusus dengan bantuan alat nafas. Ditambah lagi, faktor-faktor pembekuan darah yang kacau di dalam tubuh, mengakibatkan anak kekurangan darah (pucat) dan kuning (ikterik). Fungsi hati juga akan mengalami gangguan. Kesemua ini akan semakin memberatkan beban tubuh untuk mengatasi masalah perdarahan selanjutnya, dan anak akan semakin turun kondisinya serta terancam akan kematian.

Vitamin K untuk pembekuan darah

 

Keadaan diatas disebut sebagai suatu penyakit “Acquired Prothrombin Complex Deficiency” atau biasanya disingkat dengan APCD, suatu keadaan gangguan pembekuan darah secara menyeluruh pada anak yang biasanya disebabkan karena defisiensi vitamin K.

Lalu bagaimana cara mengatasinya…??? Apakah sudah tidak ada harapan bagi si anak…???

Jawabannya adalah sangat bergantung dari cepatnya memberikan bantuan terapi pada anak, baik terapi obat-obatan maupun terapi operasi. Anak dengan APCD harus diberikan terapi suplemen zat-zat pembekuan darah segera termasuk tranfusi darah sesuai kebutuhan. Pemberian suplemen vitamin K serta tranfusi komponen-komponen darah harus segera diberikan. Selain itu, tindakan operasi harus segera dilakukan bersamaan dengan koreksi zat-zat pembekuan darah tadi. Tindakan operasi bertujuan untuk mengeluarkan darah dan memberikan ruang bagi otak yang bengkak. Pasca operasi, anak harus dirawat di ruang rawat intensif dengan bantuan alat nafas, serta pemantauan ketat terhadap kemungkinan perdarahan selanjutnya.

Lalu bagaimana prognosis selanjutnya…?? Bagaimana kondisi anak selanjutnya…??

Pengalaman saya, dari 10 anak dengan perdarahan otak akibat APCD karena kekurangan vitamin K, yang kemudian dilakukan terapi operasi segera dan terapi obat-obatan, maka 8 anak mengalami perbaikan dan bisa bebas dari alat bantu nafas dalam periode 5 hari pasca operasi. Anak kemudian akan mengalami perbaikan secara progresif dan menunjukkan pemulihan yang sangat baik. Dua anak yang tidak menunjukkan hasil kurang baik dikarenakan komplikasi penyakit lain yang dimiliki kedua anak tersebut. Tapi secara umum, bahwa angka keberhasilan tindakan operasi untuk kasus ini sangat baik. Sehingga saya sangat menyarankan untuk anak-anak dengan perdarahan otak akibat APCD, harus segera mendapatkan terapi operasi dan obat-obatan tadi.

Pesan yang ingin saya sampaikan disini adalah bahwa pemberian suntikan vitamin K sangat vital dan diperlukan pada bayi yang baru lahir, untuk mencegah perdarahan-perdarahan selanjutnya yang bersifat fatal. Tindakan pemberian suntuikan vitamin K sangatlah sederhana, namun bila tidak dilakukan akan mengakibatkan hal yang fatal, bahkan kematian.

Pembekuan darah

Terlalu cepatkah kita mendiagnosis anak dengan “Cerebral palsy”…???

Saya awali cerita ini dengan sedikit menyampaikan mengenai “cerebral palsy”. Istilah cerebral palsy jika saya coba kemukakan dalam bahasa awam adalah suatu kondisi kegagalan umum sistem saraf pusat dalam hal ini otak (serebral) dalam hampir seluruh fungsi tertinggi seorang manusia, seperti bergerak, berbicara, intelektual dan lain-lain. Kerusakan otak yang begitu luas dan menyeluruh ini sering dianggap sebagai vonis seorang anak/manusia tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan normal walau fungsi hidupnya tidak terganggu,. Fungsi vital tetap berjalan dengan baik seperti bernafas, fungsi jantung dan lain-lain. Selain itu, tidak ada tindakan medis baik dengan obat-obatan atau operasi yang dapat menyembuhkan atau memperbaiki kondisi ini. Walau tidak berakhir dengan kematian dini, kondisi seperti ini sangatlah menyedihkan, melihat seorang anak yang kehilangan masa depannya dan kesempatannya untuk menikmati hidup di dunia ini.

Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah diagnosis “Cerebral palsy” ini sudah tepat dilakukan? Benarkah tidak mungkin adanya suatu penyakit lain yang menimbulkan gejala serupa dengan “Cerebral palsy” namun bila diterapi akan mungkin memberikan hasil yang baik?

Sebuah pengalaman ingin saya sampaikan pada bagian ini. Suatu saat saya mendapatkan konsul dari dokter spesialis anak untuk melihat pasien, seorang anak balita (usia sekitar 5 tahun). Anak tersebut terlihat tidak aktif dan diam, bahkan sangat diam, hanya terbaring di tempat tidur dan tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan yang normal. Memang menurut orangtuanya hal ini baru berlangsung selama 1 minggu terakhir. Namun ketika saya tanyakan bagaimana keadaan anak sebelumnya, orangtua sang anak menjawab bahwa anaknya tidak pernah normal dan sudah dinyatakan menderita “cerebral palsy” sejak lahir. Tidak pernah ada pengobatan yang diberikan selanjutnya pada anak tersebut, dan setelah anak menjadi lebih tidak aktif baru kemudian dibawa ke rumah sakit dan dilakukan pemeriksaan pencitraan otak. Alhasil ditemukan dua penyakit berat yaitu “hidrosefalus” dan tumor otak kecil (tumor serebelum) dengan ukuran yang sangat besar. Begitu besarnya tumor ini sehingga 50% otak kecilnya sudah menjadi tumor.

Yang selanjutnya menjadi pertanyaan adalah apakah sebenarnya tumor ini sudah tumbuh sejak lahir? Apakah hidrosefalus ini sudah terjadi sejak awal? Apakah gangguan pada anak sejak dini dikarenakan dua penyakit ini atau karena “cerebral palsy”? Bukankah bila sejak awal kita mengetahui keadaan penyakit si anak dan kemudian mengobatinya maka kondisi anak akan semakin baik? Apakah kita terlalu cepat mendiagnosis “Cerebral palsy” pada anak, sehingga kita tidak mentatalaksana penyakitnya dan kemudian keadaannya semakin parah dan tidak tertolong lagi?

Semua pertanyaan di atas memang tidak dapat saya jawab. Namun satu hal yang saya pelajari dan saya renungkan dari cerita diatas, yaitu bahwa dalam menghadapi setiap pasien termasuk pasien anak, temukanlah penyakit sesungguhnya, penyakit yang menimbulkan keluhan dan gangguan pada pasien. Berikan bantuan semaksimal mungkin yang dapat kita (dokter) berikan dan setelah itu baru kemudian pasrah pada keputusan Yang Maha Kuasa. Selain itu yang terpenting, anak bukanlah orang dewasa kecil. Anak adalah manusia yang masih memiliki kemampuan tumbuh kembang yang sangat baik. Jangan menyerah dalam memberikan bantuan kesehatan pada anak serta selalu mengusahakan meringankan beban pada tubuh anak agar tumbuh kembangnya dapat berjalan dengan baik. Berikan kesempatan pada anak untuk tumbuh dan menikmati kehidupan.

Akhir kata, saya hanya ingin menginformasikan, pada saat tulisan ini dibuat, sang anak baru saja menjalani operasi baik untuk hidrosefalusnya dan untuk tumornya. Saya belum dapat menceritakan kondisinya sekarang, namun yang saya harapkan, walau telat, ada kebaikan kondisi bagi si anak. Amiin….

 

Berikan kesempatan pada mereka untuk tumbuh dan berkembang

Vertigo, suatu sakit kepala berputar biasa atau tanda klinis dari penyakit lain…??

Keluhan sakit kepala memang sangat banyak dan mungkin hampir setiap hari menyerang kita. Rasanya bisa bervariasi dan begitu pula dengan penyebabnya. Namun sering sekali sakit kepala dianggap suatu keluhan yang biasa-biasa saja, yang tidak memerlukan perhatian khusus dan diharapkan hilang sendiri dengan beritirahat atau minum obat-obatan sakit kepala. Alhasil sering sekali penyakit lainnya yang lebih berat tidak terdeteksi secara dini.

Salah satu jenis sakit kepala yang sering dikeluhkan adalah rasa sakit kepala berputar atau yang biasa disebut “Vertigo”. Penderita akan merasakan dirinya berputar-putar terhadap lingkungan sekitarnya atau lingkungan sekitarnya yang berputar-putar terhadap dirinya. Pada kondisi yang berat, penderita bahkan dapat kehilangan keseimbangan dan merasa akan jatuh atau bahkan jatuh serta tidak dapat berdiri. Hal ini akan menjadi sangat mengganggu untuk aktifitas sehari-hari. Beberapa keluhan vertigo dapat berkurang dengan mengkonsumsi obat-obat sakit kepala atau obat untuk vertigo. Namun beberapa di antaranya tidak berkurang sama sekali.

Vertigo disebabkan gangguan pada sistem vestibuler atau sistem keseimbangan tubuh kita. Sistem vestibuler tersebut terletak pada organ vestibuler yang berdekatan dengan organ pendengaran kita. Selain itu terdapat pula saraf vestibuler (saraf ke VIII dari saraf kranial) yng menghantarkan informasi keseimbangan ke otak kita (otak kecil / serebelum). Otak kecil atau “serebelum” merupakan pusat pengaturan keseimbangan pada tubuh kita. Gangguan atau kelainan pada organ vestibuler, saraf vestibuler dan otak kecil dapat menimbulkan keluhan vertigo atau rasa sakit kepala berputar.

Lalu kelainan-kelainan apa saja yang dapat memicu timbulnya vertigo…???

Kelainan pada organ vestibuler dapat mengakibatkan vertigo. Kelainan ini dapat disebabkan oleh proses penuaan atau degenerasi dimana organ vestibuler mulai kaku dan produksi cairan vestibuler mulai sedikit sehingga gerakannya menjadi lambat. Selain itu gangguan atau ketidakseimbangan hormonal, misalnya pada wanita yang sedang menstruasi atau sedang mengandung/hamil atau wanita yang memasuki fase menopause, dapat juga mengganggu fungsi normal dari organ vestibuler.

Kelainan pada saraf vestibuler dapat disebabkan oleh berbagai penyakit seperti tumor otak, kelainan pembuluh darah otak atau kelainan akibat sumbatan pembuluh darah (stroke). Selain itu penggunaan beberapa jenis obat tertentu yang memiliki efek toksik ke saraf kranialis VIII, dapat mengakibatkan vertigo.

Kelainan pada otak kecil / serebelum dapat disebabkan oleh penyakit seperti tumor otak, stroke, gangguan pembuluh daraf, infeksi/abses otak, trauma otak dan lain-lain.

Lalu bagaimana mengetahui apakah vertigo yang kita alami merupakan sakit kepala biasa atau merupakan tanda adanya penyakit lain yang lebih berat di dalam otak…??

Tidaklah mudah untuk menentukan penyebab dari vertigo walau sudah dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap. Namun sebagai panduan untuk kecurigaan adanya penyakit serius di belakang sebuah serangan vertigo adalah sebagai berikut :

1. Serangan vertigo yang semakin lama semakin memberat dan semakin sering frekuensi nya, harus dicurigai adanya suatu kelainan lain yang mungkin perlu segera diperiksa dan ditangani.

2. Serangan vertigo yang tidak membaik setelah mendapatkan pengobatan yang sesuai. Umumnya dapat dipakai patokan apabila serangan vertigo tidak membaik setelah mengkonsumsi obat vertigo selama 2-3 bulan.

3. Penderita vertigo umumnya sudah mengenal kapan serangan vertigo yang dialaminya akan muncul mengingat penyakit vertigo ini umumnya sudah bersifat kronik dan muncul secara periodik/berkala. Sehingga bila tiba-tiba serangan vertigo muncul pada waktu atau periode waktu yang tidak biasa, maka harus dicurigai adanya suatu penyakit lain atau berkembangnya suatu penyakit.

4. Serangan vertigo yang disertai dengan gangguan saraf atau neurologis lainnya, misalnya gangguan keseimbangan dan terjatuh, gangguan pendengaran, gangguan pengecapan atau mimik wajah, gangguan perasa di wajah, gangguan bicara, kelamahan alat gerak dan lain-lain. Pada kondisi seperti ini harus dicurigai telah munculnya penyakit lain yang lebih serius dan harus ditangani segera.

Demikianlah di antara beberapa petanda bahwa vertigo merupakan tanda klinis adanya suatu penyakit lain yang lebih serius di dalam otak. Tidak sedikit saya menerima pasien-pasien dengan vertigo yang ternyata menderita tumor otak dan gangguan pembuluh darah otak. Memang harus diakui bahwa serangan vertigo sebagian besar disebabkan oleh gangguan hormonal dan proses degenerasi. Namun, bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati….

 

VERTIGO

Kenalilah tanda-tanda serangan stroke

Serangan stroke dapat datang dengan berbagai gejala dan dengan intensitas yang berbeda-beda. Serangan mulai dari yang ringan dan tidak kentara hingga terberat yang membuat keluarga panik dan segera mencari pertolongan ke rumah sakit. Namun ternyata kebanyakan serangan stroke dimulai dengan yang ringan. Serangan ini dapat bersifat sementara yang kemudian hilang. Namun serangan dapat berjalan terus, memberat secara progresif hingga bersifat fatal. Keterlambatan mencari pertolongan mengakibatkan maut yang tidak dapat dicegah atau diobati.

Pasien-pasien yang saya terima dengan serangan stroke umumnya datang beberapa jam atau beberapa hari setelah serangan stroke mulai muncul. Ketidaktahuan dan ketidakpedulian terhadap gejala ringan menyebabkan mereka tidak segera mencari pertolongan. Alhasil, pada keadaan yang sudah lebih lanjut, pertolongan yang diberikan tidak akan memberikan hasil yang memuaskan.

Sebuah cerita pengalaman tentang pasien yang pernah mengalami stroke namun gagal untuk ditolong akan saya paparkan. Seorang wanita mengeluh kesulitan bangun dari sujud saat sedang sembahyang karena merasa lemah pada tangan kanannya. Memang sudah sejak beberapa hari dia merasakan sakit kepala yang hilang timbul, tetapi merasa lebih enak dengan mengkonsumsi obat sakit kepala. Sang wanita kemudian menyampaikan keadaannya ini kepada tetangganya yang adalah seorang dokter bedah saraf. Dokter bedah saraf tersebut kemudian menyarankan untuk ke rumah sakit dan dilakukan beberapa pemeriksaan termasuk pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan pencitraan. Namun wanita tersebut beserta keluarganya menginginkan hanya untuk diberikan obat dan istirahat di rumah serta menolak untuk ke rumah sakit. Sekitar 3 jam kemudian, diketahui wanita tersebut tidak sadarkan diri dan keluarganya yang panik kemudian segera melarikannya ke rumah sakit. Dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala emergensi dan ditemukan adanya perdarahan luas karena stroke. Usaha pertolongan yang diberikan tidak berhasil dan sudah terlambat. Wanita tersebut kemudian menghembuskan nafas terakhirnya 1 jam setelah sampai di rumah sakit.

Bayangkan bahwa dalam waktu kurang dari 6 jam, seorang wanita yang masih sadar penuh, dapat berjalan dan berbicara kemudian meninggalkan dunia ini. Begitulah yang dapat terjadi pada serangan stroke. Penyesalan terbesar datang dari keluarga yang tidak segera mencari pertolongan. Penyesalan juga dirasakan dokter bedah saraf tetangganya yang tidak lebih agresif untuk menyuruh pasien dan keluarganya ke rumah sakit. Jika saja pasien lebih cepat didiagnosa maka dokter bedah saraf kemungkinan dapat memberikan pertolongan dengan hasil yang lebih baik.

Secara singkat, beberapa hal bisa diperhatikan untuk mengenali tanda-tanda stroke. Berikut ini adalah tanda-tanda serangan stroke yang dapat datang satu per satu atau secara bersamaan, yatu :

1. Pasien dianjurkan untuk tersenyum atau nyengir dan kemudian perhatikan sudut bibir pasien. Kemiringan atau ketidaksimetrisan sudut bibir erupakan pertanda adanya serangan stroke.

2. Pasien disuruh untuk berbicara dan menyebutkan kata-kata dalam kalimat. Bila pasien kesulitan menyebutkan atau terdengar pelo, maka serangan stroke dapat dicurigai.

3. Pasien disuruh untuk mengangkat kedua lengannya, perhatikan bila ada kelemahan pada salah satunya maka serangan stroke mungkin sudah terjadi. Hal ini juga berlaku dengan kelemahan pada tungkai pasien.

4. Pasien-pasien yang tiba-tiba menjadi sulit untuk mengingat, disorientasi tempat, waktu dan diri, maka ada kemungkinan serangan stroke terjadi. Walau hal ini juga sering terjadi pada orang-orang usia lanjut yang mulai mengalami kepikunan.

5. Pasien-pasien dengan faktor resiko stroke, akan lebih rentan mengalami stroke, sehingga bila gejala-gejala yang disebutkan di atas muncul maka harus lebih agresif mencari pertolongan medis. Faktor-faktor resiko stroke di antaranya seperti : tekanan darah tinggi, penyakit gula, merokok, usia lanjut, kegemukan (obesitas), gangguan kolesterol dan pasien-pasien dengan kecenderungan emosi tinggi.

Bila anda atau keluarga anda menemukan gejala-gejala di atas, saya menyarankan untuk segera mencari pertolongan sebelum gejala lebih berat muncul, seperti penurunan kesadaran, kejang dan lain-lain. Pada keadaan yang lebih dini maka dokter bedah saraf dapat memberikan bantuan yang memungkinkan untuk memberikan hasil yang lebih baik dan memuaskan.