Arsip Kategori: catatan

catatan dokter andra

The 5th Asia Pacific Cervical Spine Society Meeting

Pada tanggal 23 – 24 November 2011, Omni Hospital Alam Sutera, Tangerang-Serpong, mempersembahkan sebuah seminar/simposium dan workshop dalam “The 5th Asia Pacific Cervical Spine Society Meeting”. Seminar dan workshop mengenai pengetahuan dan teknik operasi terbaru untuk kasus-kasus tulang belakang daerah leher, disajikan begitu apik dan berkualitas, dengan dukungan dari Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Seluruh Indonesia. Dr. Alfred Sutrisno, SpBS, seorang dokter ahli bedah saraf yang cukup terkemuka, sebagai ketua Neuroscience Clinic untuk Omni hospital berhasil membuat sebuah acara yang sangat baik dan diikuti oleh sebagian dokter bedah saraf dari seluruh Indonesia. Acara ini juga semakin menarik dengan hadirnya beberapa ahli bedah saraf tamu dari luar negeri yang berkualitas internasional seperti Danial Kim, M.D, seorang professor ahli bedah saraf dari Amerika Serikat dan Mehmet Zileli, M.D, seorang professor ahli bedah saraf dari Turki. Keduanya juga sangat mendalami dan menguasai pengetahuan dan kemampuan operasi tulang belakang (Spine).

Pada pertemuan dan workshop ini ditunjukkan bahwa kemampuan spesialis bedah saraf dalam terapi dan operasi tulang belakang sudah begitu majunya dan dengan alat-alat mutakhir, memberikan terapi terbaik pada pasien-pasien dengan kelainan seperti nyeri punggung atau pinggang, cedera tulang belakang atau saraf tulang belakang, kelainan bentuk tulang belakang, kelainan degeneratif yang mengakibatkan penjepitan saraf tulang belakang, tumor saraf tulang belakang dan infeksi tulang belakang.

Selain tulang belakang, pertemuan ini juga menunjukkan suatu demonstrasi langsung (life demonstration) dari terapi nyeri (pain therapy). Dokter-dokter ahli bedah saraf memiliki kemampuan terapi nyeri dengan berbagi macam teknik. mulai dari terapi obat-obatan, terapi suntikan hingga operasi untuk mengatasi nyeri.

 

The 5th Asia Pacific Cervical Spine Society Meeting

 

The 5th Asia Pacific Cervical Spine Society Meeting

 

Kekuatan vaksin polio…kehebatan dan kemuliaan dr. Jonas Salk…

Pada saat sedang jeda di suatu hari sabtu, perhatian saya tertuju pada sebuah acara di televisi. Acara tersebut berisikan tentang manusia dan hasilnya untuk dunia. Diambil sebuah contoh figur yang hidup lebih dari 50 tahun yang lalu yang mungkin sudah terlupakan saat ini namun hasilnya untuk dunia masih tetap digunakan sampai saat ini. Dialah “Dr. Jonas Salk”, seorang dokter dan seorang peneliti yang menelurkan suatu hal penting dalam sejarah kesehatan dunia, yaitu penemuan vaksin Polio.

Dr. Jonas Salk adalah seorang dokter dan peneliti berkebangsaan Rusia yang pada masa kecilnya hidup cukup susah dengan keluarga miskin yang kekurangan. Namun Dr. Jonas Salk berhasil menyelesaikan pendidikan hingga lulus dokter. Karena ketertarikannya di bidang penelitian, Dr. Jonas Salk memulainya dengan usaha mencari pengobatan/vaksin untuk influenza yang banyak menyerang tentara pada masanya. Namun kesuksesannya terjadi pada saat beliau menemukan vaksin terhadap virus polio yang saat itu sangat ditakutkan karena mengakibatkan kelumpuhan. Melalui vaksin yang diciptakannya, maka penyakit polio dapat diatasi dan memberikan harapan pada dunia dalam melawan penyakit saraf yang berbahaya ini.

Yang menarik bagi saya adalah, bahwa untuk menghasilkan vaksin tersebut, Dr. Jonas Salk menghadapi hambatan dan tantangan yang tidak ringan. Mulai ditentang oleh berbagai pihak hingga tidak memiliki dana sama sekali untuk percobaannya. Bahkan pada suatu saat, Dr. Jonas Salk terpaksa melanjutkan penelitiannya di dapur di rumahnya sendiri dengan menggunakan peralatan masak istrinya. Namun dengan semangat dan kerja kerasnya serta keinginannya untuk membantu kesehatan dunia, beliau akhirnya berhasil menghasilkan vaksin yang dinanti berjuta-juta orang saat itu.

Selain itu ada hal lain yang membuat saya kagum pada dokter ini, yaitu vaksin yang dihasilkannya kemudian dia berikan secara gratis kepada siapapun yang membutuhkan. Berjuta-juta vaksin dikeluarkan dan diberikan kepada orang yang membutuhkan. Hal ini bahkan dipertanyakan kepadanya dalam sebuah wawancara di televisi. Beliau ditanyakan kenapa tidak menjual vaksin nya ke perusahaan farmasi? Siapa yang memgang hak paten dari vaksinnya tersebut? Kenapa tidak mau menjadi kaya raya dari hak paten tersebut?

Dr. Jonas Salk menjawab sambil tertawa ringan, “Siapa yang mempunyai hak paten matahari?”. “Hak Paten dari vaksin polio adalah milik seluruh umat manusia, bukan milik saya”. Ini adalah suatu pernyataan mulia dari seorang manusia, seorang dokter yang berkemampuan luar biasa. Dr. Jonas Salk kemudian melanjutkan hidupnya hanya dengan gajinya sebagai dokter dan pengajar. Honornya tidak banyak tapi baginya cukup untuk hidup dengan keluarganya. Pada tahun terakhir kehidupannya, Dr. Jonas Salk sempat sibuk di laboratoriumnya untuk mencari vaksin AIDS, namun usia mengalahkannya dan dia meninggal dunia sebelum vaksin itu ditemukan.

Komentar selanjutnya dari acara televisi itu adalah “apakah ada orang-orang seperti Dr. Jonas Salk saat ini?”, yaitu seorang pemuda intelektual yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kebutuhan dan kebaikan dunia. Apa yang terjadi oleh manusia khususnya para pemuda saat ini? Dunia bahkan berkesimpulan kalau manusia saat ini lebih banyak bekerja untuk destruksi atau kerusakan dunia. Sikap ambisius terhadap uang dan kekayaan tanpa cara dan jalan yang benar, membawa manusia kepada kerakusan yang merusak dunia ini. Lihat saja, yang dikejar adalah cara-cara spontan dan cepat mendapatkan uang seperti di permainan saham, perbankan, dan usaha-usaha lainnya yang belum tentu benar. Kebanyakan dari perbuatan dan tindakan tersebut memberikan kesulitan pada rakyat banyak khususnya rakyat menengah ke bawah. Hal ini yang sedang terjadi di perekonomian Amerika dan Eropa sekarang. Para penguasa “wall street”, bankir, pengusaha, seenaknya saja mempermainkan uang dan rakyat untuk keuntungannya sendiri, yang semakin merugikan bangsa dan negara. Sedihnya, pemerintah tidak berusaha untuk mengatasinya dan bahkan mendukung tindakan-tindakan ini. Akhirnya hanyalah akan menghasilkan kehancuran dimana-mana dan rakyat kecil paling sengsara.

Sebagai pemuda, kita harus bisa menjaga idealisme kebaikan tetap tinggi. Tidak salah untuk mencari profit dan kehidupan yang lebih baik asal dilakukan dengan cara benar dan tidak merugikan orang lain. Sebagai seorang dokter, saya sangat berterima kasih kepada Dr. Jonas Salk untuk vaksin yang dihasilkannya dan untuk sifat serta sikap yang dimilikinya sebagai suatu contoh dan pedoman bagi saya untuk mencapai seluruh cita-cita saya.

Bagaimana dengan anda….???

Pusat pelayanan bedah saraf terbaik dan terbesar di Indonesia…sebuah cita-cita besar…

Masalah pelayanan kesehatan di bidang bedah saraf sampai saat ini masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 250 juta penduduk Indonesia. Selain karena tenaga medis dan sarana yang sedikit, masalah biaya juga menjadi penghalang pelayanan yang baik.

Jumlah pasien dan kasus bedah saraf semakin meningkat, mulai dari kasus trauma kepala, stroke dan kelainan pembuluh darah di otak dan tulang belakang, kelainan pada anak dan bayi (kelainan bawaan), tumor otak, kelainan fungsional termasuk nyeri dan gangguan gerak (parkinson, dan lain-lain) serta kasus tulang belakang (trauma tulang belakang dan penyakit degeneratif).

Kemajuan bedah saraf internasional belum dapat sepenuhnya diikuti oleh bedah saraf nasional. Pengetahuan dan ketrampilan bedah saraf internasional belum semuanya dikuasai oleh bedah saraf nasional.

Sistem prosedur pasien di rumah sakit, mulai dari masuk, selama perawatan dan tindakan hingga pulang masih tidak efektif dan kompleks sehingga memberikan kesulitan bagi pasien yang sakit.

Oleh karena itu, saya bercita-cita untuk memiliki dan membangun sebuah pusat pelayanan bedah saraf terbaik dan terbesar di Indonesia yang mampu memberikan seluruh pelayanan bedah saraf yang baik, dalam dan komprehensif. Insya Allah cita-cita ini dapat tercapai dan memberikan pelayanan bedah saraf yang jauh lebih baik lagi.

Infeksi TBC pada otak…suatu penyakit “peniru”

Hingga saat ini, penyakit TBC (Tuberculosis) masih merupakan suatu tantangan dan pekerjaan rumah yang belum tuntas diselesaikan oleh bangsa dan negara kita. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri “Mycobacterium tuberculosa” masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama yang dihadapi oleh pemerintah kita khususnya oleh departemen kesehatan RI. Usaha pemerintah untuk mengatasi penyakit ini dengan memberikan pengobatan secara luas hingga ke puskesmas-puskesmas dan bersifat gratis, tetap tidak mampu mengejar kecepatan penyebaran penyakit ini. Penyakit ini menyebar melalui udara dari pernafasan penderita ataupun saat penderita batuk, sangat mudah menular kepada orang-orang di sekitarnya baik keluarga, tetangga dan teman. Ditambah lagi keadaan higenitas/kebersihan lingkungan dan udara di negara kita yang relatif buruk.

Bentuk paling umum yang diketahui oleh masyarakat adalah bahwa penyakit TBC menyerang organ paru-paru kita dengan manifestasi klinis berupa batuk-batuk  atau mungkin sesak nafas. Beberapa penderita juga kadang mengeluhkan suhu tubuh meningkat (demam) yang bersifat naik turun. Beberapa penderita lainnya juga mengeluh suka keringat dingin di malam hari dan berat badan menurun. Pada kasus dengan penyakit TBC lanjut, pasien dapat mengalami batuk berdarah.

Namun ternyata, penyakit TBC ini lebih luas dari hanya gangguan di sistem pernafasan atau paru-paru saja. Kemampuan bakteri TBC untuk menyerang tubuh kita tidak terbatas pada organ paru-paru saja. Tuberculosis mampu menyerang hampir seluruh organ di tubuh kita, termasuk otak dan saraf tulang belakang. Saya harus akui bahwa pasien dengan TBC pada otak dan tulang belakang yang datang ke bedah saraf tidaklah sedikit.

Kenapa saya mengatakan bahwa TBC merupakan penyakit “peniru”….??

Saya jawab dengan sebuah cerita. Seorang wanita muda datang kepada saya dengan keluhan sakit kepala kronis dan kelemahan sesisi tubuh. Pasien sudah mengalami penyakit ini sejak 3 bulan terakhir. Tidak jelas adanya riwayat trauma ataupun infeksi dari cerita pasien. Pasien datang dengan rasa khawatir dan takut yang tidak dapat disembunyikan. Dengan membawa CT Scan dan MRI kepala hasil pemeriksaan dirinya, pasien bercerita kalau dia sudah pernah berobat ke dokter saraf dan dikatakan menderita penyakit tumor otak. Setelah divonis dengan tumor otak, pasien menjadi sangat ketakutan dan kehilangan semangat hidup. Dengan menangis, dia berkata mengapa usia semuda dirinya harus menghadapi kematian sedini mungkin.

Saya berusaha menenangkan wanita muda tersebut dan menyampaikan kepadanya untuk tenang dan bersabar dahulu. Berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang dilakukan padanya serta hasil pemeriksaan pencitraan yang dibawanya, diagnosis pasti penyakitnya belum dapat ditentukan. Memang dari hasil pemeriksaan CT Scan dan MRI kepala terlihat suatu massa menyerupai tumor di dalam otak. Pada saat itu memang saya belum bisa memberikan kesimpulan dari penyakitnya. Kemudian saya menawarkan tindakan operatif untuk mengambil massa yang diduga tumor tersebut dengan tujuan untuk mengetahui jenis massa tumor dan usaha untuk mengurangi massa tumor seoptimal mungkin. Pasien dalam kepasrahan menyetujui tindakan yang saya tawarkan dan kemudian pasien dipersiapkan. Dilakukan tindakan operasi pada pasien satu minggu setelah kedatangannya ke saya. Massa tumor diambil sebagian karena pengambilan secara total dapat membahayakan nyawa pasien. Massa tumor yang diambil kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Pasien kemudian dirawat pasca operasi.Pasien masih dalam keadaan stres dan tidak punya semangat hidup setelahnya.

Sekitar satu minggu setelah tindakan operasi, keluarlah hasil pemeriksaan massa tumor. Pasien sangat khawatir saat menunggu hasil pemeriksaannya keluar. Kemudian saya membuka amplop hasil pemeriksaan laboratorium. Saya terdiam sejenak kemudian saya menatap pasien dan mulai berbicara. Sebelum saya beri tahu hasilnya, saya bertanya terlebih dahulu kepada pasien apakah pasien pernah mengalami sakit batuk-batuk kronis. Pasien mengangguk. Kemudian saya bertanya apakah di antara anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC dan bila ada, bagaimana dengan pengobatannya. Pasien menjawab ada namun pengobatannya tidak lengkap. Baru kemudian saya memberi tahu pada pasien bahwa hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa pasien tidak menderita tumor otak, tetapi yang ada adalah lesi tuberkulosis pada otak. Penyakit TBC ini dapat sembuh dengan pengobatan yang benar dan teratur. Pada saat itu juga pasien menangis kegirangan dan bersujud syukur. Dia kemudian memeluk saya sekuat tenaga sambil masih terus menangis dan mengucapkan terima kasih. Saya hanya mengatakan kepadanya untuk berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Saya juga kemudian menganjurkan pasien untuk memulai terapi TBC secara teratur.

Enam bulan semenjak pasien pulang dari perawatan di rumah sakit, saya ertemu kembali dengannya di poliklinik. Wanita muda tersebut kelihatan sangat segar, bahkan tubuhnya lebih berisi. Wajahnya penuh dengan senyuman dan matanya berbinar-binar. Wanita muda tersebut kemudian mengatakan bahwa keluhan sudah jauh membaik. Kelumpuhannya semakin membaik dan sakit kepalanya menghilang. Hasil pemeriksaan MRI kepala kontrol menunjukkan massa TBC sudah hampir menghilang sepenuhnya. Dapat dikatakan pasien sudah sehat sekarang.

Penyakit TBC pada otak dapat berbentuk seperti suatu tumor otak dengan gejala-gejala seperti gejala yang ditimbulkan oleh tumor otak. Penyakit TBC merupakan suatu penyakit yang dapat menyerang hampir seluruh organ di tubuh kita dan dapat menjadi berbahaya bila tidak diobati. Namun satu hal yang harus diketahui, bahwa penyakit TBC dapat diobati.

Balada bayi-bayi “berkepala besar”

Bayi-bayi berkepala besar, lahir ke dunia dan diterima dengan kesedihan akibat kecacatan yang dialaminya. “Kepala besar” pada seorang bayi atau anak, dalam dunia medis disebut sebagai “Hidrosefalus“, merupakan suatu kelainan yang disebabkan oleh gangguan pada saat perkembangan di dalam rahim ibu (kongenital) atau akibat suatu penyakit yang didapat setelah bayi tersebut lahir. Mekanismenya adalah akibat akumulasi cairan otak di dalam kepala yang terus bertambah dan menimbulkan ketidakseimbangan antara produksi dengan pembuangan (ekskresi) cairan otak tersebut. Hasilnya adalah tekanan di dalam kepala semakin meningkat yang selanjutnya akan membunuh sel-sel otak sehat. Secara klinis, anak akan menjadi tidak aktif dan muncullah berbagai kelainan saraf, seperti kebutaan dan lain-lain.

Pasien dengan penyakit hidrosefalus umumnya datang ke dokter bedah saraf pada waktu yang sudah relatif terlambat. Alasannya yang utama adalah masalah biaya, namun yang menyedihkan adalah beberapa di antaranya beralasan bahwa penyakit hidrosefalus adalah penyakit kecacatan yang sudah divonis permanen dan tidak dapat diperbaiki bahkan pasti berakhir dengan kematian dini. Hal ini yang membuat orangtua kemudian hanya pasrah dan tidak membawa anaknya untuk mencari pertolongan medis.

Walaupun belum ada bukti medis dan klinis yang pasti dari penelitian, ternyata sebagian besar kasus hidrosefalus pada bayi yang dilakukan tindakan sedini mungkin berupa mengalihkan cairan otak yang menumpuk di dalam kepala ke dalam perut dengan pemasangan sebuah selang (ventriculoperitoneal shunt; VP Shunt), memberikan hasil yang baik dan positif. Hidrosefalus akibat suatu penyakit yang didapat setelah lahir khususnya bila dilakukan terapi operai pemasangan VP Shunt sebelum usia 1 bulan, menunjukkan anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Beberapa kasus yang sudah dilakukan terapi 20-25 tahun yang lalu, sekarang anak-anak tersebut tumbuh normal dan dapat sekolah dan kuliah dengan baik. Di antaranya bahkan ada yang menjadi seorang pemain piano yang hebat. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata masih ada harapan untuk anak-anak penderita hidrosefalus yang dilakukan terapi operasi sedini mungkin.

Oleh karena itu, bila anda atau keluarga dan teman anda mempunyai anak “berkepala besar” atau hidrosefalus, segeralah mencari pertolongan medis ke dokter. Bila memang terindikasi maka dokter spesialis bedah saraf akan melakukan operasi untuk kelainan ini. Beri kesempatan bagi anak anda untuk menikmati indahnya masa depan.

QINOVEX mempersembahkan Seminar Akreditasi Internasional untuk Rumah Sakit dan Unit Pelayanan Kesehatan lainnya. Bergabunglah…

Seminar interaktif dan berkualitas mengenai akreditasi internasional untuk rumah sakit dipersembahkan oleh Qinovex. Kesempatan bagi anda para praktisi dan manajer di bidang kesehatan untuk menciptakan rumah sakit terakreditasi internasional dengan pelayanan berkualitas dan menjunjung tinggi makna “patient safety”. Segera mendaftar dan bergabunglah dengan kami.

 

 

Penyakit “tua” menyerang si “muda”

Penyakit serangan jantung, stroke, tekanan darah tinggi, diabetes, asam urat dan lain-lain merupakan penyakit-penyakit yang sering ditemukan pada orang-orang tua dengan usia di atas 55 atau 60 tahun. Penyakit-penyakit ini terjadi karena organ manusia sudah mulai berdegenerasi, mulai lelah mungkin dalam menjalankan fungsinya selama ini. Selain itu, kekebalan tubuh orang-orang usia lanjut juga sudah menurun dan tidak seimbang, Keadaan ini ditambah dengan proses peradangan (inflamasi) yang menambah resiko munculnya penyakit-penyakit di atas, Penyakit-penyakit tersebut pula yang mengakibatkan banyak orang usia lanjut yang dirawat di rumah sakit, yang dioperasi, bahkan yang akhirnya dihadapkan kepada kematian.

Namun beberapa tahun terakhir, pasien-pasien yang datang dengan penyakit-penyakit di atas bukanlah orang-orang usia lanjut lagi. Khusus untuk bidang bedah saraf, penyakit stroke misalnya, dialami oleh orang-orang usia yang terbilang masih muda. Bayangkan, dalam satu malam saja saya bisa menemukan 2 pasien dengan stroke yang berumur di bawah 45 tahun. Bahkan kasus terakhir yang saya temukan adalah pasien stroke yang masih berusia 30 tahun. Penyebabnya adalah tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.

Kenapa ini bisa terjadi…?

Jawabannya mungkin karena telah terjadi perubahan dan pergeseran universal dari sistem tubuh kita sekaligus lingkungan eksternal kita yang mempengaruhi tubuh kita juga. Akibat berbagai faktor baik dari dalam tubuh atau dari lingkungan di luar, telah membuat sel-sel tubuh yang membentuk berbagai sistem organ menjadi lebih mudah “menua”. Selain itu, gangguan di atas juga sudah mengakibatkan perubahan dari sistem kerja organ-organ manusia sehingga menyebabkan ketidakseimbagan yang diakhiri dengan munculnya penyakit-penyakit degeneratif tersebut.

Pada dasarnya, seorang manusia sudah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa sejak dalam rahim ibu. Dipersiapkan program pembentukannya dan pematangannya hingga lahir pada waktunya. Namun kondisi ibu dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kehamilan sudah mulai mengganggu program pembentukan dan pematangannya itu. Kemudian saat tumbuh dari seorang bayi kecil hingga menjadi manusia dewasa juga banyak diserang dengan gangguan-gangguan dari luar, baik makanan, udara, dan lain-lain. Akibatnya degenerasi sel-sel tubuh akan lebih cepat terjadi.

Coba perhatikan orang-orang di jaman dahulu, sedikit sekali yang mengalami penyakit-penyakit degenerasi, dan walaupun mengalaminya pada akhirnya, itu pun terjadi pada usia yang sangat tua. Tidak dipungkiri bahwa usia orang-orang jaman dulu lebih panjang daripada usia orang-orang sekarang. Selain itu, orang-orang jaman dulu umumnya lebih sehat dan lebih kuat dibandingkan orang-orang jaman sekarang

Lalu apa yang bisa kita lakukan…?

Prinsipnya adalah tidak semua faktor alam bisa kita kendalikan atau kita kuasai. Hal-hal yang bisa kendalikan sebaiknya diusahakan dengan cara positif yang baik semaksimal kita bisa. Makan makanan sehat, hidup dengn pola sehat dan menjauhi hal-hal yang dapat menimbulkan penyakit, harus kita lakukan. Selain itu, alam juga yang menentukan sebagai bentuk kekuasaanNYA yang di luar kendali kita. Kita nikmati saja hidup ini dengan melakukan yang terbaik yang kita mampu.

Untuk negara Indonesia, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh pemerintah dan kita warganya. Penyakit-penyakit infeksi belum selesai diatasi. Kita masih disibukkan dengan penyakit-penyakit seperti TBC, demam berdarah, polio, tifus dan lain-lain. Sedangkan ancaman kelompok penyakit baru sudah di antara kita. Ayo, mari kita berusaha membuat hidup ini lebih sehat dan lebih baik.

Departemen bedah saraf FKUI-RSCM mencapai akreditasi JCI…menuju institusi pelayanan bedah saraf terkemuka asia-pasifik

Pada tanggal 11 dan 12 November 2011, Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM mengadakan pelatihan kepada seluruh jajaran staf medis, residen, staf perawat dan staf administrasi nya mengenai implementasi dari akreditasi internasional rumah sakit berdasarkan akreditasi JCI (Joint Comission International). Kegiatan pelatihan ini selaras dengan tujuan dan cita-cita dari RSUPN Ciptomangunkusumo untuk menjadi pusat pendidikan dan rumah sakit pusat rujukan nasional yang terkemuka di Asia Pasifik tahun 2014. Sejalan dengan itu, Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM juga memiliki cita-cita tinggi menjadi pusat pendidikan bedah saraf sekaligus pusat pelayanan bedah saraf terkemuka Asia Pasifik tahun 2014.

Akreditasi internasional berdasarkan JCI tidaklah mudah soalnya berisi dengan jelas dan terperinci mengenai segala hal yang harus dipenuhi oleh sebuah rumah sakit dengan tujuan utama adalah “patient safety“. Segala hal hingga yang terkecil terkait dengan pelayanan pasien mulai dari masuk dan mendaftar di RSCM atau Bedah Saraf RSCM, selama perawatan dan pengobatan hingga pasien pulang, harus dalam lingkungan yang aman, nyaman serta efektif dan efisien, tercantum dalam protokol akreditasi JCI. Dibutuhkan komitmen dan kerja kerasa dari seluruh anggota dan keluarga RSCM, begitu juga dengan departemen bedah saraf untuk mencapai ini pada tahun 2012 sesuai dengan target awal.

Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM telah banyak mengalami kemajuan dalam 5 tahun terakhir baik dalam bidang pelayanan, pendidikan dan penelitian. Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM siap memberikan pelayanan komprehensif terhadap seluruh kasus bedah saraf dengan tingkat kesulitan tertinggi. Di bidang pendidikan, Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM selalu berusaha menumbuhkan dan menghasilkan bibit-bibit dokter spesialis bedah saraf baru yang cerdas, tangkas dan berkomitmen dengan tugasnya. Walau jumlah dokter spesialis bedah saraf masih sangat sedikit di Indonesia (sekitar 200 orang) dan masih jauh dari kebutuhan minimal bangsa, Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM tidak secara asal menghasilkan dokter-dokter baru yang tidak berkualitas. Dalam bidang penelitian, Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM terus berusaha untuk menghasilkan temuan-temuan baru dengan tujuan untuk kepentingan pelayanan di bidang bedah saraf.

Dengan 6 divisi yang sudah berdiri kuat serta sumber daya manusia yang berkomitmen terdiri dari 9 staf medis, 22 residen, 23 perawat khusus bedah saraf, 3 kamar operasi dengan kelengkapan memadai, 1 ruang rawat khusus (high care unit), ruang ICU RSCM, pelayanan minimal invasive yang terdiri dari stereotaktik dan endovaskuler (neuro-intervensi), dengan ijin Yang Maha Kuasa, Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM dan RSCM sendiri akan mampu mencapai cita-cita agungnya. Amin…

Cedera kepala…”kejutan” pada otak yang “menular” dan mengancam jiwa.

Bila kita mengunjungi unit gawat darurat sebuah rumah sakit, maka kita akan menemukan orang-orang dengan penyakit atau kelainan yang bersifat akut dan emergensi, dimana pertolongan segera sangat dibutuhkan. Yang terbanyak dapat kita temukan adalah kegawatdaruratan akibat kecelakaan atau trauma. Begitu juga dengan unit gawat darurat RS Ciptomangunkusumo, tempat saya belajar selama ini, suasana hiruk pikuk, pasien yang berdarah-darah, pasien tidak sadar ataupun kesakitan. Sebagai dokter ahli bedah saraf, saya selalu berurusan dengan kasus-kasus yang berkaitan dengan kepala (otak) dan tulang belakang. Selain kasus stroke, maka kasus terbanyak yang saya terima adalah cedera kepala.

Banyaknya kendaraan bermotor di kota Jakarta khususnya sepeda motor, ketidakpatuhan masyarakat untuk ketertiban lalu lintas dan kebiasaan pengemudi yang suka ugal-ugalan, mengakibatkan angka kecelakaan tetap tinggi. Instruksi pemerintah mengenai pemakaian helm pengaman atau sabuk pengaman yang cenderung diabaikan, menambah angka kejadian kecelakaan lalu lintas. Tidak sedikit korban kecelakaan itu mengalami cedera kepala yang termasuk katagori berat. Ketika dikirim ke rumah sakit, korban sudah dalam keadaan tidak sadar, kepala penuh dengan luka dan darah.

Sebagai seorang dokter bedah saraf, luka-luka luar yang terlihat mengerikan, tidak menjadi kekhawatiran utama bagi saya, sebab luka-luka luar tidak mengancam jiwa dan dapat diselesaikan hanya dengan pembersihan luka yang baik dan jahitan luka yang benar. Yang lebih menjadi perhatian saya adalah apa yang terjadi terhadap tulang kepala dan otak di dalamnya. Untuk tulang kepala, suatu patah tulang biasa tanpa ada desakan dapat sembuh dengan sendirinya tanpa tindakan operasi. Namun fraktur tulang kepala disertai dengan desakan tulang ke dalam otak, jelas merupakan ancaman karena otak dapat mengalami robekan akibat patahan tulang. Selain itu, fraktur tulang kepala yang terbuka akan memberikan jalan bagi kuman dari luar untuk mengakibatkan infeksi selaput otak atau infeksi otak. Pada keadaan ini, tindakan operasi harus segera dilakukan untuk memperbaiki posisi tulang dan menutup hubungan dengan dunia luar sehingga infeksi lebih jauh dapat dicegah.

Selanjutnya, bagaimana dengan otak di dalamnya…? Cedera pada otak dapat terjadi dalam dua bentuk secara garis besar yaitu adanya perdarahan otak atau adanya memar otak yang menyebabkan pembengkakan jaringan otak. Keduanya merupakan keadaan yang berat dan membutuhkan penanganan segera. Namun bila dibandingkan antara keduanya lebih seksama, maka sebenarnya perdarahan otak akibat trauma lebih tidak rumit penanganan dan tindakan operasinya dibandingkan dengan pembengkakan otak. Dari segi kesembuhan, maka untuk perdarahan otak khususnya di atas selaput otak (epidural hematom) dan di bawah selaput otak (subdural hematom), setelah dilakukan tindakan operasi pengambilan darah dan penghentian sumber darah, maka kondisi pasien cenderung cepat pulih beberapa hari sesudahnya. Pasien kemudian bisa pulang 5 hari atau seminggu sesudah operasi. Namun untuk memar atau pembengkakan otak, masalahnya akan menjadi lebih rumit. Cedera kepala yang mengakibatkan pembengkakan otak adalah cedera kepala yang berat. Begitu beratnya cedera kepala tersebut sehingga tulang kepala yang cukup keras tidak mampu melindungi otak di dalamnya. Ancaman jiwa terjadi karena pembengkakan otak dapat mengakibatkan herniasi batang otak, yaitu suatu keadaan dimana bagian otak yang bengkak kemudian mendesak batang otak yang kemudian akan menyebabkan kematian. Batang otak adalah struktur paling vital otak yang terletak di bagian tengah di dalam kepala yang berfungsi mengatur fungsi hidup manusia (fungsi pernafasan dan fungsi jantung). Penatalaksanaan memar atau bengkak otak biasanya diawali dengan obat-obatan dan segala usaha untuk mencegah pembengkakan bertambah yang dapat mengakibatkan herniasi batang otak. Bila keadaan sudah sangat mengancam dan obat-obatan tidak bisa mengatasi maka tindakan operasi dekompresi harus dilakukan. Tujuan operasi adalah membuka tulang kepala dan selaput otak sehingga memberikan ruang tambahan untuk otak yang bengkak, dan mencegah terjadinya herniasi. Setelah tindakan operasi, pasien masih harus ditopang penuh dengan obat-obatan untuk mencegah pertambahan bengkak otak dan kesedaran pasien juga tidak langsung pulih.

Kenapa saya menyebutkan kata “kejutan” dan “menular” pada judul cerita ini……? Adalah karena memang sifat cedera otak khususnya memar otak adalah kejutan dan menular. Pasien dengan memar otak akibat trauma kepala adalah pasien yang “sehat” sebelum kecelakaan terjadi. Tiba-tiba terjadi cedera kepala yang begitu hebat sehingga tubuh tidak sempat untuk melakukan pertahanan. Berbeda dengan pasien dengan tumor otak dimana sejak awal tumor tumbuh, tubuh sudah menciptakan suatu keseimbangan atau pertahanan terhadap kelainan ini. Disinilah yang menyebabkan kondisi pasien dengan cedera kepala cenderung buruk. Kemudian kata “menular” menuju pada sifat rusaknya sel-sel otak yang cenderung menular. Sebuah sel otak yang rusak dapat menyebabkan sel-sel otak sehat di sekitarnya juga rusak akibat kandungan zat metabolik di dalam sel yang rusak menyerang sel-sel di sekitarnya. Akibatnya kerusakan akan terus bertambah bila tidak dihentikan rantai penularan ini. Pemberian oksigen yang cukup dan anti radikal bebas serta nutrisi yang cukup ke otak adalah salah satu usaha memotong penularan ini. Kegagalan mencegah penularan ini, akan mengakibatkan kematian bagi pasien.

Sebagai pesan, bila anda atau keluarga anda mengalami cedera kepala seringan apapun, bawalah ke rumah sakit atau dokter untuk dipastikan dengan benar tidak ada bahaya mengancam seperti perdarahan otak atau memar otak. Sayangilah nyawa anda….

SEMINAR AKREDITASI INTERNASIONAL UNTUK RUMAH SAKIT

 

Yth, Sejawat, RS anda telah berkomitmen untuk akreditasi internasional…? Atau sedang berpikir kearah sana…? Pada tanggal 26 November 2011, QINOVEX akan mengadakan seminar tahap lanjut bagi peserta yang berpengetahuan dasar standar internasional. Bermanfaat juga untuk yang akan menjalani standar akreditasi nasional terbaru. Kami bantu anda pahami cara merangkai kegiatan persiapannya. SELAMAT TINGGAL SEMINAR YANG MEMBOSANKAN! Sesi interaktif Qinovex beri pengalaman praktis sehingga mendapat gambaran nyata kegiatan sesungguhnya. 

Narasumber : Dr. dr. Fathema D. Rachmat, Sp.B. BTKV (anggota core team JCI & ketua panitia tim TOT JCI RSCM); dr. Sejal Jaykar, BHMS, MHM (dampingi RS capai JCI); dr. Astari Mayang Anggarani, MARS (desainer adult learning events di instansi pemerintah dan swasta)

Acara : 26/11/2011, Bidakara, Jakarta Selatan, 08.00-17.00 pm, Tiket Rp. 1,5 juta

Bila anda membutuhkan pengetahuan dasar standar internasional, Qinovex hadir tanggal 2 Desember 2011 di The Bellagio. Harga tiket Rp. 1,5 juta.

Hubungi kami (Astari 081317641628; Dewi 081510333536)