Arsip Tag: dokter andra

Terlalu cepatkah kita mendiagnosis anak dengan “Cerebral palsy”…???

Saya awali cerita ini dengan sedikit menyampaikan mengenai “cerebral palsy”. Istilah cerebral palsy jika saya coba kemukakan dalam bahasa awam adalah suatu kondisi kegagalan umum sistem saraf pusat dalam hal ini otak (serebral) dalam hampir seluruh fungsi tertinggi seorang manusia, seperti bergerak, berbicara, intelektual dan lain-lain. Kerusakan otak yang begitu luas dan menyeluruh ini sering dianggap sebagai vonis seorang anak/manusia tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan normal walau fungsi hidupnya tidak terganggu,. Fungsi vital tetap berjalan dengan baik seperti bernafas, fungsi jantung dan lain-lain. Selain itu, tidak ada tindakan medis baik dengan obat-obatan atau operasi yang dapat menyembuhkan atau memperbaiki kondisi ini. Walau tidak berakhir dengan kematian dini, kondisi seperti ini sangatlah menyedihkan, melihat seorang anak yang kehilangan masa depannya dan kesempatannya untuk menikmati hidup di dunia ini.

Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah diagnosis “Cerebral palsy” ini sudah tepat dilakukan? Benarkah tidak mungkin adanya suatu penyakit lain yang menimbulkan gejala serupa dengan “Cerebral palsy” namun bila diterapi akan mungkin memberikan hasil yang baik?

Sebuah pengalaman ingin saya sampaikan pada bagian ini. Suatu saat saya mendapatkan konsul dari dokter spesialis anak untuk melihat pasien, seorang anak balita (usia sekitar 5 tahun). Anak tersebut terlihat tidak aktif dan diam, bahkan sangat diam, hanya terbaring di tempat tidur dan tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan yang normal. Memang menurut orangtuanya hal ini baru berlangsung selama 1 minggu terakhir. Namun ketika saya tanyakan bagaimana keadaan anak sebelumnya, orangtua sang anak menjawab bahwa anaknya tidak pernah normal dan sudah dinyatakan menderita “cerebral palsy” sejak lahir. Tidak pernah ada pengobatan yang diberikan selanjutnya pada anak tersebut, dan setelah anak menjadi lebih tidak aktif baru kemudian dibawa ke rumah sakit dan dilakukan pemeriksaan pencitraan otak. Alhasil ditemukan dua penyakit berat yaitu “hidrosefalus” dan tumor otak kecil (tumor serebelum) dengan ukuran yang sangat besar. Begitu besarnya tumor ini sehingga 50% otak kecilnya sudah menjadi tumor.

Yang selanjutnya menjadi pertanyaan adalah apakah sebenarnya tumor ini sudah tumbuh sejak lahir? Apakah hidrosefalus ini sudah terjadi sejak awal? Apakah gangguan pada anak sejak dini dikarenakan dua penyakit ini atau karena “cerebral palsy”? Bukankah bila sejak awal kita mengetahui keadaan penyakit si anak dan kemudian mengobatinya maka kondisi anak akan semakin baik? Apakah kita terlalu cepat mendiagnosis “Cerebral palsy” pada anak, sehingga kita tidak mentatalaksana penyakitnya dan kemudian keadaannya semakin parah dan tidak tertolong lagi?

Semua pertanyaan di atas memang tidak dapat saya jawab. Namun satu hal yang saya pelajari dan saya renungkan dari cerita diatas, yaitu bahwa dalam menghadapi setiap pasien termasuk pasien anak, temukanlah penyakit sesungguhnya, penyakit yang menimbulkan keluhan dan gangguan pada pasien. Berikan bantuan semaksimal mungkin yang dapat kita (dokter) berikan dan setelah itu baru kemudian pasrah pada keputusan Yang Maha Kuasa. Selain itu yang terpenting, anak bukanlah orang dewasa kecil. Anak adalah manusia yang masih memiliki kemampuan tumbuh kembang yang sangat baik. Jangan menyerah dalam memberikan bantuan kesehatan pada anak serta selalu mengusahakan meringankan beban pada tubuh anak agar tumbuh kembangnya dapat berjalan dengan baik. Berikan kesempatan pada anak untuk tumbuh dan menikmati kehidupan.

Akhir kata, saya hanya ingin menginformasikan, pada saat tulisan ini dibuat, sang anak baru saja menjalani operasi baik untuk hidrosefalusnya dan untuk tumornya. Saya belum dapat menceritakan kondisinya sekarang, namun yang saya harapkan, walau telat, ada kebaikan kondisi bagi si anak. Amiin….

 

Berikan kesempatan pada mereka untuk tumbuh dan berkembang

Impotensi….tidak harus karena gangguan hormon atau psikologis….

Ada yang menarik dengan keluhan impotensi (gangguan ereksi pada alat kelamin laki-laki) yang saya perhatikan dari pasien-pasien yang datang ke saya. Kekhawatiran dan kepanikan seseorang untuk suatu gangguan impotensi jauh melebihi dari kekhawatiran dan kepanikan terhadap gangguan jenis lain, baik kelumpuhan alat gerak, kehilangan sensasi raba bahkan kebutaan. Seseorang dengan gangguan ereksi biasanya selalu segera menyetujui setiap saran pengobatan atau operasi yang saya berikan atau dokter bedah saraf lain berikan. Tetapi seseorang dengan gangguan penglihatan, masih bisa menolak untuk mendapatkan pengobatan operatif hingga kebutaan menyerangnya. Bahkan seorang pasien tidak memperdulikan biaya pengobatan yang besar untuk masalah impotensi, sedangkan biaya obat yang relatif tidak mahal untuk penyakit kejang masih sering dikritik oleh pasien dan keluarganya. Sepertinya masalah impotensi ini menduduki posisi yang penting dibandingkan kelainan lainnya.

Selama ini banyak kita baca di majalah-majalah yang membahas tentang kesehatan atau media-media elektronik yang membicarakan tentang penyakit, yang mengupas masalah mengenai impotensi. Banyak orang yang berkonsultasi melalui media-media ini tentang gangguan ereksi/disfungsi ereksi yang mereka alami. Biasanya para ahli kesehatan akan merespon dengan mengatakan hal itu sebagai suatu kelainan psikologis yang biasanya didasari oleh masalah di keluarga, pekerjaan, atau keletihan. Sehingga sering dianjurkan untuk beristirahat atau berkonsultasi untuk masalah keluarga dan lain-lain. Selain itu, penyebab lain yang sering diungkapkan adalah akibat gangguan hormonal sehingga dianjurkan untuk berobat ke dokter andrologi atau dokter ahli hormon.

Namun yang sering dilupakan adalah impotensi dapat juga merupakan akibat dari gangguan fungsi saraf. Sistem saraf otonom yang merupakan sistem pengatur koordinasi ereksi dan ejakulasi pada pria dapat menjadi terganggu karena berbagai sebab. Akibatnya dapat terjadi impotensi. Gangguan pada saraf otonom seperti sistem saraf lainnya dapat terjadi akibat suatu proses iritasi dan/atau kompresi pada saraf. Suatu penekanan saraf seperti pada kasus tumor spinal, HNP (Hernia Nucleus Pulposus), atau malformasi vaskuler di saraf tulang belakang dapat mengakibatkan gejala impotensi. Hal ini sering terlupakan dan kemudian akan menjadi lebih berat. Pada akhirnya setelah terapi konsultasi dan hormonal gagal, barulah pasien dikirim ke dokter saraf atau bedah saraf. Kerusakan saraf yang sudah lanjut akan sulit untuk disembuhkan.

Oleh karena itu, bila memiliki keluhan atau gangguan impotensi, apalagi disertai dengan gangguan saraf lainnya yang menyertai, waspadalah kemungkinan suatu gangguan atau penyakit yang menyerang saraf tulang belakang. Diagnosis pati yang dilakukan dengan segera dilanjutkan dengan terapi mungkin dapat membantu masalah ini sehingga akan memberikan kebahagiaan bagi anda dan keluarga.

Masalah Impotensi

“Normal Pressure Hydrocephalus”…hidrocephalus orangtua…

Mendengar kata hidrocephalus (suatu kelainan akibat gagalnya cairan otak dibuang dari dalam kepala sehingga mengakibatkan tekanan di dalam kepala bertambah tinggi) biasanya yang terbayang adalah anak-anak kecil atau bayi dengan ukuran kepala yang besar serta keterbelakangan akibat gagal tumbuh dan kembang. Gambaran seperti ini memang sering kita lihat di media elektronik maupun cetak dan kadang membuat kita merasa takut atau sedih. Namun ternyata hidrocephalus tidak hany diderita oleh anak kecil atau bayi-bayi saja. Di usia manapun, hidrocephalus dapat muncul akibat beberapa penyebab.

Salah satunya adalah hidrocephalus yang sering ditemukan pada orang lanjut usia (usia 55 tahun ke atas). Penyakit tersebut disebut dengan “Normal Pressure Hydrocephalus” atau NPH, yaitu suatu jenis hidrocephalus dengan tekanan yang relatif normal. Maksudnya disini adalah bahwa tekanan yag disebabkan oleh penyakit ini fluktuatif dimana kadang normal, kadang juga tinggi. Karena ketidakstabilan ini maka gejala yang ditimbulkan juga tidak seperti hidrocephalus yang biasa (penurunan kesadaran, muntah, pembesaran ukuran kepala dan lain-lain).

Gejala yang paling sering dan umumnya ditemukan pada orang lanjut usia dengan NPH adalah tercakup dalam trias gejala “amnesia, ataksia dan inkontinensia”. Amnesia adalah gejala berupa sering lupa/pelupa, hal ini tercermin dari ketidakmampuan untuk mengingat nama orang-orang terdekat, tempat dan waktu. Ataksia adalah ketidakmampuan untuk menjaga postur dan keseimbangan badan sehingga cenderung untuk jatuh saat berdiri atau berjalan. Inkontinensia adalah ketidakmampuan untuk menahan berkemih alias suka ngompol.Ketiga gejala ini timbul akibat penekanan pada pusat-pusat kontrol di otak oleh hidrocephalus tersebut.

Untuk mendiagnosis kemungkinan seseorang menderita NPH, maka beberapa pemeriksaan dapat dilakukan seperti pemeriksaan CT Scan kepala atau pemasangan monitor tekanan intrakranial untuk mengevaluasi fkutuasi dari tekanan di dalam kepala.

Normal Pressure Hydrocephalus

Terapi yang diberikan umumnya adalah tindakan untuk menurunkan tekanan di dalam kepala dengan memasang selang drainase dari dalam kepala ke perut (Ventriculoperitoneal Shunt; VP Shunt). Biasanya setelah pemasangan selang VP Shunt, maka ketiga gejala diatas akan berkurang.

Oleh karena itu, jika anda atau orangtua anda memiliki trias gejala di atas, cobalah diperiksakan ke dokter ahli bedah saraf/saraf untuk memastikan ada tidaknya NPH. Pikun dan pelupa serta gangguan gerak lebih banyak trjadi pada orang usia lanjut namun jangan pernah menutup mata adanya penyakit “Normal Pressure Hydrocephalus” ini.

NPH mengancam orang usia lanjut

Nyeri wajah sesisi yang membingungkan pada “Trigeminal Neuralgia”

Seorang teman membawa salah seorang anggota keluarganya untuk menemui saya dengan suatu keluhan yang sangat mengganggu dan sudah lama dideritanya. Anggota keluarga tersebut adalah seorang wanita usia sekitar 50-an yang mengeluh merasakan nyeri yang tidak nyaman pada sisi kanan wajahnya. Nyeri ini sudah berlangsung sejak 8 bulan sebelumnya dan nyeri ini bersifat hilang timbul progresif. Nyeri tersebut kadang dirasakan pada daerah pelipis kanan, kadang pada pipoi sebelah kanan, kadang di rahang kanan atau di belakang telinga kanan. Yang mencengangkan adalah pasien sudah menemui banyak dokter dari berbagai bidang spesialis mulai dari dokter saraf, dokter penyakit dalam maupun dokter gigi. Pasien selama ini divonis menderita migren, dan bahkan sakit gigi. Berulang kali pasien diberikan berbagai obat anti nyeri kepala dan pemeriksaan gigi untuk masalah nyerinya tersebut. Pasien bahkan telah mengorbankan dua buah giginya yang telah dicabut karena diduga sebagai penyebab nyeri yang dialaminya.

Namun setelah mengalami semua hal di atas, nyeri tak kunjung reda dan bahkan semakin memberat. Pada serangan yang berat, hembusan angin ringan saja ke sisi wajah yang sakit akan dirasakan sebagai suatu nyeri yang sangat hebat, seperti ditampar atau seperti wajah ini dibakar. Pasien hingga berteriak-teriak dan menangis karena menahan nyeri.

Dari gejala-gejala di atas, saya sudah menduga bahwa pasien mengalami suatu penyakit yang disebut dengan “Trigeminal neuralgia”, yaitu suatu penyakit dimana saraf kranial yang bertanggung jawab untuk sensasi daerah wajah (saraf ke V atau disebut juga dengan saraf trigeminal) mengalami iritasi atau kompresi oleh struktur lain di otak khususnya pembuluh darah di otak. Terdapat dua saraf trigeminal pada setiap manusia yang bertanggung jawab pada sensasi masing-masing sisi wajah, dimana iritasi pada salah satunya akan muncul sebagai suatu nyeri yang hebat pada wajah sesuai sisinya. Nyeri tersebut dirasakan berulang dan hilang timbul dikarenakan saraf mengalami jepitan dan iritasi fluktuatif berdasarkan denyutan pembuluh darah yang menjempitnya.

Saya kemudian memintakan pemeriksaan MRI kepala dan hasilnya mengkonfirmasi adanya jepitan saraf trigeminal tersebut oleh pembuluh darah otak. Pasien kemudian saya anjurkan untuk operasi untuk melepaskan jepitan saraf tersebut. Pasien yang sudah mengalami nyeri yang begitu hebat dalam waktu yang lama langsung menyetujui tindakan operatif tersebut. Operasi pun dilakukan dan pasca operasi, pasien mulai merasakan bebas dari nyeri. Pasien merasakan kelegaan luar biasa walau masih sedikit dibantu dengan obat-obatan penghilamng rasa nyeri. Perlahan-lahan, nyeri di wajah menghilang.

Fenomena nyeri pada wajah sering membingungkan dan kompleks dikarenakan begitu banyak struktur dan organ di wajah dan kepala. Suatu penyakit trigeminal neuralgia dapat diduga sebagai suatu penyakit migren atau bahkan sakit gigi, yang diterapi tanpa memberikan hasil yang berarti. Tindakan operatif biasanya dapat menghilangkan rasa nyeri yang sangat mengganggu tersebut.

Trigeminal neuralgia

Carpal Tunnel Syndrome (CTS)…..penyakit si pekerja tangan aktif…

Pernahkah anda menglami rasa tidak nyaman pada pergelangan tangan atau jari-jari tangan…? Pernahkah pula merasakan rasa pegal luar biasa atau rasa kesemutan di telapak tangan atau jari-jari anda…? Bagaimana dengan kelemahan pada jari-jari tangan sehingga anda tidak dapat mengepalkan tangan dan tidak dapat menggenggam bola atau memegang gelas atau peralatan lainnya yang ingin anda ambil atau angkat….?

Mungkin hal ini sering terjadi dan dialami banyak orang khususnya orang-orang usia di atas 30 tahun. Kejadian ini akan lebih sering pula dialami pada orang-orang yang banyak menggunakan tangan atau gerakan tangan yang monoton dan berulang saat bekerja atau melakukan suatu pekerjaan. Misalnya pada ibu-ibu rumah tangga yang banyak mencuci baju secara tradisional (tanpa mesin cuci), atau pada orang-orang yang banyak menulis dan mengetik.

Nyeri, rasa kesemutan, baal pada pergelangan tangan

Apa sebenarnya yang terjadi….? Apakah sudah terjadi kerusakan saraf atau kelumpuhan yang permanen…?

Orang awam kadang menganggap ini sebagai akibat kelelahan bekerja. Atau pada keadaan yang lebih ekstrim bisa dianggap kelumpuhan total akibat serangan stroke. Walau kemungkinannya ada seperti dugaan itu namun ada suatu penyakit lain yang lebih sering terjadi dan mengakibatkan gejala-gejala di atas. Penyakit itu disebut dengan “Carpal tunnel syndrome” atau sering disingkat menjadi CTS. Penyakit ini disebabkan terjepitnya saraf perifer (nervus medianus) oleh ligamen transversus carpii (ligeman otot yang berada di pergelangan tangan) yang mengalami degenerasi dan pengerasan akibat kerjanya yang hiperaktif dan berulang. Pada orang-orang yang bekerja dengan menggunakan tangan dan dengan gerakan tangan yang monoton berulang akan memiliki resiko pengerasan dan degenerasi ligamen tersebut lebih tinggi. Sehingga resiko terkena penyakit CTS akan menjadi lebih tinggi pula.

Carpal tunnel syndrome

Gejala penyakit CTS biasanya berupa rasa nyeri, tidak nyaman, kesemutan pada jari-jari tangan dan telapak serta pergelangan tangan. Pada keadaan yang lebih lanjut dapat pula disertai dengan rasa baal dan kelemahan pada jari-jari tangan sehingga tidak dapat mengepalkan tangan dan menggenggam benda-benda yang akan diambil. Semua gejala tersebut terbatas hanya pada tangan saja dan tidak meliputi lengan atas ataupun lengan bawah. Bila lengan atas dan lengan bawah mengalami rasa yang lain juga, maka kemungkinan jepitan saraf terjadi di daerah lebih proksimal atau daerah leher.

Cara untuk mengetahui apakah anda mengalami CTS atau tidak adalah dengan mencoba menekuk pergelangan tangan ke arah telapak tangan dan mempertahankan posisi tersebut selama sekitar 1 menit (phalen’s test). Bila nyeri atau rasa kesemutan dan baal atau kelemahan bertambah, maka kemungkinan anda mengalami penyakit CTS. Cara kedua adalah dengan melakukan ketukan-ketukan ringan berulang secara terus menerus pada pergelangan tangan (tinel’s test). Bila nyeri, kesemutan, baal dan kelemahan bertambah maka kemungkinan CTS sudah terjadi pada anda.

Phalen’s test dan Tinel’s test

Untuk mengetahui dengan pasti maka anda perlu datang ke dokter bedah saraf agar dapat dilakukan pemeriksaan dengan teliti dan pemeriksaan EMG (Electromyelography). Dari pemeriksaan EMG dapat dipastikan apakah CTS sudah terjadi.

Terapi CTS adalah dengan operasi melepaskan jepitan saraf medianus tersebut. Ligamen yang mengeras akan dipotong dan dibelah sehingga saraf medianus akan terlepas dari jepitan. Tindakan operasi ini sangat ringan dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Pembiusan pun dapat dilakukan secara regional dan tidak harus pembiusan umum (kecuali atas permintaan pasien). Pasca operasi, pasien tidak perlu dirawat lama, cukup satu hari saja atau bahkan bisa langsung pulang.

CTS pasca tindakan operasi biasanya akan menunjukkan hasil yang sangat baik dan memuaskan. Biasanya rasa nyeri dan kelemahan akan mengalami perbaikan. Pasien juga dapat kembali beraktifitas setelah jahitan dan luka di tangan sembuh. Komplikasi dari tindakan operasi pun sangat jarang.

Oleh karena itu, bila anda merasa mengalami gejala CTS, segeralah berobat ke dokter agar pertolongan dini segera dapat diberikan. Tindakan operatif dengan luka kecil akan segera mengembalikan anda untuk beraktifitas dengan baik kembali.

Kenalilah tanda-tanda serangan stroke

Serangan stroke dapat datang dengan berbagai gejala dan dengan intensitas yang berbeda-beda. Serangan mulai dari yang ringan dan tidak kentara hingga terberat yang membuat keluarga panik dan segera mencari pertolongan ke rumah sakit. Namun ternyata kebanyakan serangan stroke dimulai dengan yang ringan. Serangan ini dapat bersifat sementara yang kemudian hilang. Namun serangan dapat berjalan terus, memberat secara progresif hingga bersifat fatal. Keterlambatan mencari pertolongan mengakibatkan maut yang tidak dapat dicegah atau diobati.

Pasien-pasien yang saya terima dengan serangan stroke umumnya datang beberapa jam atau beberapa hari setelah serangan stroke mulai muncul. Ketidaktahuan dan ketidakpedulian terhadap gejala ringan menyebabkan mereka tidak segera mencari pertolongan. Alhasil, pada keadaan yang sudah lebih lanjut, pertolongan yang diberikan tidak akan memberikan hasil yang memuaskan.

Sebuah cerita pengalaman tentang pasien yang pernah mengalami stroke namun gagal untuk ditolong akan saya paparkan. Seorang wanita mengeluh kesulitan bangun dari sujud saat sedang sembahyang karena merasa lemah pada tangan kanannya. Memang sudah sejak beberapa hari dia merasakan sakit kepala yang hilang timbul, tetapi merasa lebih enak dengan mengkonsumsi obat sakit kepala. Sang wanita kemudian menyampaikan keadaannya ini kepada tetangganya yang adalah seorang dokter bedah saraf. Dokter bedah saraf tersebut kemudian menyarankan untuk ke rumah sakit dan dilakukan beberapa pemeriksaan termasuk pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan pencitraan. Namun wanita tersebut beserta keluarganya menginginkan hanya untuk diberikan obat dan istirahat di rumah serta menolak untuk ke rumah sakit. Sekitar 3 jam kemudian, diketahui wanita tersebut tidak sadarkan diri dan keluarganya yang panik kemudian segera melarikannya ke rumah sakit. Dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala emergensi dan ditemukan adanya perdarahan luas karena stroke. Usaha pertolongan yang diberikan tidak berhasil dan sudah terlambat. Wanita tersebut kemudian menghembuskan nafas terakhirnya 1 jam setelah sampai di rumah sakit.

Bayangkan bahwa dalam waktu kurang dari 6 jam, seorang wanita yang masih sadar penuh, dapat berjalan dan berbicara kemudian meninggalkan dunia ini. Begitulah yang dapat terjadi pada serangan stroke. Penyesalan terbesar datang dari keluarga yang tidak segera mencari pertolongan. Penyesalan juga dirasakan dokter bedah saraf tetangganya yang tidak lebih agresif untuk menyuruh pasien dan keluarganya ke rumah sakit. Jika saja pasien lebih cepat didiagnosa maka dokter bedah saraf kemungkinan dapat memberikan pertolongan dengan hasil yang lebih baik.

Secara singkat, beberapa hal bisa diperhatikan untuk mengenali tanda-tanda stroke. Berikut ini adalah tanda-tanda serangan stroke yang dapat datang satu per satu atau secara bersamaan, yatu :

1. Pasien dianjurkan untuk tersenyum atau nyengir dan kemudian perhatikan sudut bibir pasien. Kemiringan atau ketidaksimetrisan sudut bibir erupakan pertanda adanya serangan stroke.

2. Pasien disuruh untuk berbicara dan menyebutkan kata-kata dalam kalimat. Bila pasien kesulitan menyebutkan atau terdengar pelo, maka serangan stroke dapat dicurigai.

3. Pasien disuruh untuk mengangkat kedua lengannya, perhatikan bila ada kelemahan pada salah satunya maka serangan stroke mungkin sudah terjadi. Hal ini juga berlaku dengan kelemahan pada tungkai pasien.

4. Pasien-pasien yang tiba-tiba menjadi sulit untuk mengingat, disorientasi tempat, waktu dan diri, maka ada kemungkinan serangan stroke terjadi. Walau hal ini juga sering terjadi pada orang-orang usia lanjut yang mulai mengalami kepikunan.

5. Pasien-pasien dengan faktor resiko stroke, akan lebih rentan mengalami stroke, sehingga bila gejala-gejala yang disebutkan di atas muncul maka harus lebih agresif mencari pertolongan medis. Faktor-faktor resiko stroke di antaranya seperti : tekanan darah tinggi, penyakit gula, merokok, usia lanjut, kegemukan (obesitas), gangguan kolesterol dan pasien-pasien dengan kecenderungan emosi tinggi.

Bila anda atau keluarga anda menemukan gejala-gejala di atas, saya menyarankan untuk segera mencari pertolongan sebelum gejala lebih berat muncul, seperti penurunan kesadaran, kejang dan lain-lain. Pada keadaan yang lebih dini maka dokter bedah saraf dapat memberikan bantuan yang memungkinkan untuk memberikan hasil yang lebih baik dan memuaskan.

Kembar siam gabung kepala…kebesaran Tuhan yang menjadi tantangan ahli bedah saraf…

Kembar siam gabung kepala atau dalam bahasa medis disebut “Craniopagus” adalah kelahiran dua bayi dengan dempet pada kepala. Walau tidak sering ditemukan namun tercatat sudah beberapa kejadian terjadi di seluruh dunia. Beberapa di antaranya tumbuh hingga dewasa tetap dalam keadaan dempet, namun beberapa di antaranya juga dilakukan usaha pemisahan sejak dini oleh para ahli bedah saraf. Tetapi usaha pemisahan dempet kepala ini bukanlah hal yang mudah, dan bahkan merupakan salah satu tantangan terbesar bagi ahli bedah saraf.

Craniopagus terjadi akibat gagalnya pemisahan dua zygot / sel telur yang sudah dibuahi oleh sperma pada keadaan kelahiran kembar/ganda. Akibatnya, terjadi penyatuan atau dempet pada suatu atau beberapa bagian tubuh. Penyatuan atau dempet dapat terjadi pada bagian perut, pinggang, dada maupun kepala. Akibat penyatuan ini maka kemungkinan akan ada organ yang digunakan secara bersama dan tidak terbentuk untuk masing-masing bayi. Usaha pemisahan selalu dilakukan agar kedua anak dapat tumbuh seperti orang normal namun pemisahan dempet kepala tidaklah semudah pemisahan jenis dempet yang lain karena berhubungan dengan struktur saraf yang sangat penting dan rapuh serta sistem pembuluh darah kepala dan otak yang amat rumit. Sehingga, usaha pemisahan dempet kepala lebih banyak mengalami kegagalan dan berakhir dengan kematian ke dua bayi dempet tersebut.

Dalam sejarah, salah seorang ahli bedah saraf Indonesia, seorang guru besar bedah saraf dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM, yaitu Prof. Dr. RM Padmosantjojo, SpBS, berhasil melakukan pemisahan terhadap bayi kembar siam yaitu Yuliana dan Yuliani. Hal ini merupakan salah satu kebanggaan Indonesia terhadap dunia dimana salah seorang anak bangsanya berhasil melakukan operasi yang tidak berhasil dilakukan di negara lain di dunia. Dengan berbagai kekurangan sarana dan prasarana saat itu dan dengan pengetahuan yang dianggap tidak semaju negara-negara lainnya di dunia, Prof. Padmo beserta tim dokter bedah saraf FKUI-RSCM dalam operasi yang berlangsung sekitar 16 jam, berhasil memisahkan bayi kembar siam dempet kepala, Yuliana dan Yuliani. Keberhasilan ini juga yang kemudian menganugerahkan beliau dengan gelar guru besar bedah saraf FKUI.

Yuliana-Yuliani

Saya sebagai murid langsung dari beliau merasa sangat bangga atas kerjanya, dan saya banyak mendapatkan nasehat serta ajaran mengenai kembar siam ini dan cara melakukan pemisahannya. Prof. Padmo menceritakan kepada saya mengenai prinsip-prinsip dasar pada kembar siam yang sangat penting dipegang untuk mentatalaksananya dengan benar. Untuk memisahkan kepala pada kembar siam maka yang harus dipastikan adalah adanya struktur-struktus penting saraf/otak dan pembuluh darah untuk masing-masing bayi. Menurut Prof. Padmo, sebenarnya Yang Maha Kuasa sudah memberikan dan membuat masing-masing struktur tadi namun dalam keadaan menempel atau tidak teratur. Tugas kita sebagai ahli bedah saraf yang memisahkan dan membentuknya serta meletakkannya ke tempat yang normal. Dengan pengetahuan tersebut disertai dengan ketajaman mata dan keahlian dan ketrampilan tangan memisahkan saraf dan pembuluh-pembuluh darah yang kecil, maka Prof. Padmo berhasil memisahkan bayi kembar siam. Kegagalan-kegagalan pemisahan kembar siam dempet kepala di negara-negara lain adalah karena prinsip-prinsip tadi tidak dipegang.

Prof. Dr. RM. Padmosantjojo, SpBS(K)

Saat ini Yuliana dan Yuliani sudah tumbuh dan telah menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi mereka masing-masing. Ada yang menjadi dokter dan ada yang menjadi Insinyur teknik. Mereka berdua dapat menjalani hidup seperti orang normal biasa.

Akan selalu ada masalah-masalah medis yang timbul sebagai suatu tantangan bagi dokter dan tenaga medis lainnya. Hal ini merupakan pintu kesempatan bagi kita para dokter untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik asalkan tidak putus usaha. Tantangan  pemisahan kembar siam dempet kepala masih dihadapi oleh para ahli bedah saraf dunia, termasuk saat ini oleh ahli-ahli bedah saraf dari Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM.

Sakit kepala…hal yang biasa atau peringatan suatu penyakit serius di dalam tubuh kita…?

Selama saya bertugas sebagai seorang dokter bedah saraf, saya menerima pasien dengan berbagai macam penyakit, mulai dari tumor otak, kelainan pembuluh darah otak, infeksi susunan saraf pusat, kelainan tulang belakang bagian leher, trauma kepala, dan lain-lain. Tingkat penyakitnya juga bervariasi, tapi sebagian besar pasien sudah datang dengan penyakit lanjut. Tumor otak yang sudah begitu besar ukurannya, tingkat kelainan pembuluh darah otak yang berat, infeksi susunan saraf pusat yang sudah parah, trauma kepala tanpa tata laksana yang lengkap, dan lain-lain, menunjukkan bahwa pasien-pasien tersebut termasuk telat dalam mencari pertolongan medis. Hal ini memang tidak bisa kita salahkan sepenuhnya kepada pasien mengingat sistem kesehatan di Indonesia masih jauh dari sempurna dan kesehatan masih termasuk hal yang mahal di Indonesia.

Yang menarik adalah bahwa hampir 80% keterangan yang saya terima dari pasien-pasien tersebut mengenai riwayat penyakitnya adalah bahwa selalu diawali dengan sakit kepala. Sakit kepala yang awalnya bersifat ringan dan hilang timbul, kemudian menjadi memberat namun masih dapat teratasi dengan obat-obatan hingga sakit kepala yang sangat berat dan tidak reda dengan obat-obatan yang biasa dipakai, merupakan keluhan yang umumnya disampaikan para pasien. Pada saat sakit kepalanya sudah tidak tertahankan, barulah pasien mencari pertolongan ke dokter. Sayang sekali, ternyata sebagian dokter juga menganggap bahwa sakit kepala merupakan hal yang biasa yang bisa disebabkan oleh banyak faktor dan tidak dianggap serius. Pasien kemudian hanya diberikan obat-obatan sakit kepala yang lebih kuat. Perjalanan penyakit pasien-pasien tersebut kemudian bertambah parah dimana keluhan-keluhan tambahan mulai timbul. Rasa mual, muntah, kelainan-kelainan lainnya kemudian akan menambah penderitaan pasien yang membuat para dokter kemudian mengirim pasien-pasien tersebut untuk pemeriksaan lebh lanjut dengan foto kepala, CT Scan kepala atau MRI kepala. Barulah dari pemeriksaan ini ditemukan kelainan yang sesungguhnya, yang kemudian pasien dikonsulkan ke dokter bedah saraf.

Yang menyedihkan adalah pasien-pasien ini datang sudah dengan kerusakan lanjut sistem otak akibat kelainan yang dideritanya. Sehingga tindakan operasi yang dapat seorang ahli bedah saraf lakukan tidak bisa mengembalikan fungsi pasien-pasien tersebut secara optimal. Memang, tindakan operasi tetap kita sarankan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan juga mungkin dapat menyelamatkan jiwa, tapi fungsi-fungsi tubuh yang diperlukan mereka untuk bekerja sudah rusak.

Disinilah menjadi pemikiran saya, andaikan pasien-pasien ini datang lebih dini, pada saat keluhannya hanya sakit kepala yang bersifat ringan atau sedang, tanpa ada keluhan lain yang menandakan sudah adanya kerusakan saraf, maka kita dapat memberikan pertolongan dengan hasil yang lebih baik. Namun, siapa sih yang mau berobat ke dokter bedah saraf hanya dengan keluhan sakit kepala saja….? Mungkin tidak ada sama sekali. Bahkan sebagian besar orang takut mendengar kata “bedah saraf”.

Saya kemudian berusaha mencari tahu lebih dalam tentang sakit kepala. Apa sebenarnya sakit kepala itu dan bagaimana sakit kepala membantu seorang dokter dalam menentukan diagnosa penyakit seorang pasien.

Dari penelusuran saya ke dalam tinjaun pustaka dan jurnal-jurnal yang ada, sakit kepala merupakan topik yang sangat luas dan masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut dalam dunia medis sebagai suatu keluhan pasien yang terbesar. Sakit kepala secara umum dibagi menjadi dua yaitu; sakit kepala karena kelainan di luar kepala dan sakit kepala karena kelainan di dalam kepala. Seseorang dapat mengalami sakit kepala bila memiliki tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, kadar gula tinggi atau rendah, atau karena gangguan psikis dan beban mental. Ini adalah beberapa contoh sakit kepala karena kelainan di luar kepala. Namun, sakit kepala juga dapat timbul pada tumor otak, perdarahan otak, infeksi otak dan kelainan-kelainan lain di dalam otak. Lalu….bagaimana cara membedakannya…?

Hingga saat ini, belum ditemukan cara yang jelas dan spesifik untuk membedakan kedua jenis sakit kepala itu. Walau sudah banyak penelitian yang dilakukan di seluruh dunia, masih belum ada cara yang jelas dan tepat untuk membedakan keduanya. Selain itu variasi bentuk, intensitas, karakteristik sakit kepala juga sangat banyak yang sulit untuk diperinci satu per satu. Pasien dengan sakit kepala akibat kelainan tumor otak yang sama mungkin mengeluhkan sakit kepalanya berbeda. Intensitas nyeri kepala seseorang dengan orang lain juga berbeda-beda. Pengaruh obat-obatan juga tidak sama dimana pada seorang pasien dengan obat tertentu mungkin sakit kepalanya akan mereda namun pada pasien lain tidak. Kesemuanya ini menjadi tantangan bagi dunia medis untuk menjadikan sakit kepala sebagai panduan dalam menentukan diagnosa pasien. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan.

Sebagai pesan dari saya bahwa bila anda mempunyai sakit kepala dengan intensitas yang berat, atau sakit kepala dengan gejala yang berbeda dari biasanya atau sakit kepala yang tidak hilang dengan obat-obatan serta sakit kepala yang disertai dengan keluhan-keluhan lain, segeralah mencari pertolongan medis hingga benar-benar dipastikan sakit kepala anda karena apa. Alangkah lebih baik lahgi bila sejak awal anda merasakan sakit kepala, sudah dilakukan pemeriksaan yang baik dan cukup agar tidak terlewat kemungkinan penyakit yang serius.

Jadi silahkan kita coba jawab, sakit kepala…hal yang biasa atau peringatan suatu penyakit serius di dalam tubuh kita…..??

 

 

Tidak menstruasi dan sulit punya anak…tumor hipofise mungkin merupakan penyebabnya.

Dalam 5 tahun terakhir, saya melihat peningkatan jumlah pasien dengan tumor hipofise (tumor yang berasal dari kelenjar hipofise di otak). Pasien-pasiennya umumnya adalah para wanita dalam usia produktif. Keluhannya rata-rata adalah kesulitan untuk punya anak dan tidak menstruasi atau gangguan menstruasi. Pada beberapa pasien yang sudah cukup lama mengalami penyakit ini juga disertai dengan keluhan gangguan penglihatan atau gangguan akibat tidak seimbangnya hormon.

Yang menarik adalah bahwa pasien-pasien ini datang mencari pertolongan ke bedah saraf setelah “health shopping” atau mencari pertolongan kemana-mana, dan membutuhkan waktu yang lama untuk akhirnya mengetahui adanya penyakit ini. Wanita-wanita produktif dengan gangguan menstruasi atau sulit punya anak biasanya akan pergi ke dokter kandungan. Disana mereka akan diberikan terapi tambahan hormon untuk merangsang hormon kelamin internal nya sendiri. Namun hal ini sering sekali tidak menyelesaikan masalah. Yang timbul hanyalah komplikasi dari pemberian terapi hormonal tambahan.

Pada kasus yang lebih kronis, pasien-pasien itu kemudian akan mengeluh adanya gangguan penglihatan, mulai dengan keluhan suka membentur sisi kiri dan kanan saat berjalan hingga penglihatan kabur dan bahkan kebutaan. Untuk masalah penglihatan ini, biasanya mereka akan mencari pertolongan ke dokter mata dan hanya akan diberikan obat-obatan saja. Sebagian dokter mata yang memiliki pengetahuan lebih akan melakukan pemeriksaan CT Scan kepala dan ditemukanlah tumor hipofise ini. Barulah pasien kemudian dikirim ke dokter spesialis bedah saraf.

Tumor hipofise umumnya jinak. Namun efek klinis yang ditimbulkannya bisa berat. Sulit punya anak hingga kebutaan merupakan ancaman serius yang harus dicegah. Tindakan operasi secara “minimal invasif” dapat membantu mengatasi penyakit ini. Jadi, bila anda merasa ada gangguan menstruasi dan sulit punya anak, coba pikirkan kemungkinan adanya tumor hipofise ini.

Nyeri pinggang jangan disepelekan, cari informasi dan bertanyalah sebanyak-sebanyaknya…

Sekitar sebulan yang lalu, saya melihat seorang pasien yang sedang dirawat di sebuah rumah sakit swasta di jakarta. Kebetulan pasien ini dikonsulkan ke bedah saraf, dan dikatakan bahwa pasien ini berasal dari luar kota, tepatnya dari salah satu propinsi di pulau sumatera. Adalah seorang wanita muda, berusia sekitar 30 tahunan yang terbaring di tempat tidur dan kelihatan kaku. Bila dilihat dengan jelas, wanita muda ini memiliki paras dan tubuh yang sebenarnya sehat, namun hanya bisa terbaring dan tidak banyak bergerak.

Saya kemudian memperkenalkan diri, “Selamat pagi bu, nama saya dokter Andra, saya adalah dokter spesialis bedah saraf. Ada apa ini ibu sampai dirawat di rumah sakit?’ Saya juga memegang tangannya dan berusaha menunjukkan rasa empati. Spontan wanita muda itu bercerita panjang dengan wajah sedih dan menunjukkan rasa tersiksa yang berkepanjangan. “Saya sudah tidak bisa jalan dok. Sudah 2 minggu saya benar-benar tidak bisa berjalan”, kata wanita tersebut. Saya kemudian coba menenangkannya. “Bagaimana awalnya bu?”, saya tanya lagi. Kemudian wanita itu menjawab, “Awalnya sekitar 2 tahun yang lalu dok, saya merasakan nyeri pada pinggang saya yang semakin lama semakin sakit. Kalau saya berjalan atau bekerja, maka sakitnya akan bertambah. Saya berobat ke dokter di tempat asal saya dan kemudian saya disarankan bertemu dengan seorang dokter lain di jakarta. Dokter di jakarta tersebut kemudian hanya memberikan obat-obatan anti nyeri. Awalnya sedikit enak tapi kemudian nyeri kembali dan semakin memberat. Saya kemudian mulai disuntik anti nyeri di daerah pinggang. Berulang kali saya disuntik bahkan sudah sampai puluhan kali, tapi tidak ada perbaikan. Biayanya juga tidak kecil. Saya sempat bertanya kenapa tidak ada perbaikan tapi dokter tersebut hanya mengatakan kalau saya terlalu manja dan lemah terhadap nyeri. Saya sedih sekali karena dokter saya mengatakan saya mengada-ada dengan nyeri saya. Saya kemudian hanya bersabar dan menahan nyeri, hingga 2 bulan lalu kedua kaki saya mulai kesemutan dan baal. Saya masih menahan diri. Tapi sejak 2 minggu lalu saya tidak bisa berjalan sehingga saya kembali ke jakarta dan atas saran keluarga kemudian menemui dokter spesialis bedah saraf”, begitu cerita wanita muda itu.

Saya kemudian memeriksa wanita muda itu, dan terlihat memang kedua tungkai bawahnya sudah lemah. Saya kemudian melihat pemeriksaan pencitraan dan saya sangat terkejut melihat kelainan di tulang belakang bagian bawahnya. Terlihat penjepitan saraf oleh bantalan tulang yang begitu berat yang disebut dengan penyakit “HNP”. Dengan berat hati saya mengatakan bahwa beliau mempunyai penyakit yang seharusnya dioperasi sejak dulu. Saat ini kerusakan sarafnya sudah berat dan saya tidak bisa menjanjikan suatu kesembuhan bila dioperasi. Namun wanita muda itu memaksa dan meyakinkan saya bahwa dia ingin segala usaha dilakukan walau hasilnya tidak ada, karena dia sudah lelah diobati dan disuntik selama ini.

Atas persetujuannya, wanita tersebut kemudian dioperasi. Operasi berjalan lancar. Pasca operasi, perbaikan mulai terlihat, kekuatan kaki mulai bertambah walau tidak sepenuhnya normal. Wanita muda itu sangat senang dan tidak ada yang lebih membahagiakan bagi saya saat seorang pasien begitu senang dengan apa yang kita kerjakan.

Hati-hati pada penyakit nyeri pinggang. Bila tidak ditatalaksana dengan benar, kelumpuhan akan menjadi ancaman serius. Selain itu, operasi mungkin merupakan jalan yang terbaik untuk mencapai kualitas kehidupan seoptimal mungkin. Sebagai orang yang menderita nyeri di pinggang, carilah pertolongan segera. Jangan pasrah hanya pada satu dokter dan kemudian membiarkan diri semakin sakit. Cari informasi dan bertanyalah sebanyak-banyaknya.

Sebagai dokter, hargailah rasa nyeri yang dikeluhkan pasien. Bila kita tidak mampu memberikan pertolongan atau memberi kabaikan pada pasien, segeralah rujuk kepada dokter lain yang mampu atau lebih mampu. Hormati dan anggap pasien-pasien kita itu sebagai keluarga kita sendiri.