Arsip Tag: bedah saraf

Lipoma….tumor jinak yang dapat menjadi ancaman serius…

Siapa yang tidak mengenal lipoma, tumor jinak yang berupa kumpulan lemak biasanya di bawah kulit. Lipoma dapat tumbuh dimana saja di seluruh bagian tubuh. Gejalanya biasanya hanya berupa benjolan di bawah kulit dan dapat digerakkan dengan bebas (tidak terfiksasi pada kulit ataupun pada jaringan di bawahnya). Kadang, bila ukurannya terlalu besar maka dapat menimbulkan rasa nyeri atau gangguan dalam menggerakkan suatu bagian tubuh. Hal ini terjadi karena lipoma yang besar dapat menekan dan mengiritasi saraf-saraf tepi kecil di seluruh bagian tubuh kita. Namun yang lebih sering adalah gangguan kosmetik yang diakibatkan lipoma ini sehingga dapat mengganggu rasa percaya diri seseorang. Tindakan untuk lipoma adalah dengan operasi minor pengambilan massa lipoma secara utuh. Operasi bersifat penyembuhan dan tidak ada tindakan tambahan lainnya.

Lipoma pada sisi kanan kepala

 

Namun tumor jinak ini ternyata mulai menunjukkan “taringnya” dan memberikan ancaman yang cukup serius kepada penderitanya. Kemampuannya untuk tumbuh di berbagai tempat ternyata tidak memberikannya batasan untuk tumbuh di daerah-daerah vital seperti otak dan saraf tulang belakang. Saya mencatat pernah melakukan operasi suatu tumor pada otak yang ternyata muncul sebagai lipoma pada 3-4 pasien. Tidak jarang pula ditemukan lipoma yang berada di antara saraf tulang belakang. Lipoma yang jinak ini bila tumbuh di otak atau saraf tulang tentunya akan memberikan ancaman gangguan fungsi yang penting. Kelumpuhan, gangguan bicara, gangguan merasa merupakan salah satu di antaranya. Tindakan pengangkatan lipoma yang relatif tidak sulit bila terletak di bawah kulit, akan menjadi rumit bila terletak di dalam otak atau saraf tulang belakang. Pengambilan secara utuh akan menjadi sulit karena ancaman mencederai sel-sel saraf sehat di sekitarnya.

Sebagai pesan pada tulisan saya ini adalah penyakit seringan lipoma tidak boleh kita sepelekan. Banyak jenis tumor lain yang gejala dan bentuknya menyerupai lipoma yang mungkin lebih berbahaya daripada lipoma. Selain itu, kemampuan lipoma untuk muncul di berbagai organ dan jaringan tubuh perlu diperhatikan. Tindakan eksisi dan pengangkatan massa lipoma merupakan terapi satu-satunya.

Jaringan lipoma

Abses/nanah otak…runtuhnya pertahanan pertama pada otak

Abses atau dalam bahasa awam adalah kumpulan nanah pada suatu jaringan di dalam tubuh sering ditemukan di negara kita ini yang terkenal dengan polusi dan pola hidup yang tidak bersih dan tidak teratur. Abses atau nanah dapat ditemukan hampir di seluruh bagian tubuh, mulai dari kulit di bagian luar hingga organ di dalam tubuh. Tubuh manusia yang sebenarnya memiliki sistem pertahanan yang cukup kuat terhadap berbagai kuman yang beresiko masuk dan menginfeksi tampaknya sudah mulai kalah dengan kekuatan-kekuatan kuman tersebut. Sepertinya dengan berbagai faktor eksternal yang diakibatkan perbuatan manusia yang bersifat merusak alam ini telah memberikan kemampuan mutasi dari kuman-kuman tersebut untuk menjadi lebih kompleks dan lebih tinggi daya tahannya. Sejauh manapun dunia medis mencari obat untuk membunuh kuman-kuman ini namun tetap saja akan muncul spesies kuman baru yang lebih kuat.

Penyebab lain dari mudahnya kuman masuk adalah lemahnya atau hilangnya daya tahan dan sistem pertahanan tubuh manusia itu sendiri. Penyebabnya bisa berbagai hal, mulai dari faktor psikis, kekurangan gizi hingga penyakit pembunuh seperti HIV/AIDS. Kesemuanya akan meningkatkan resiko infeksi dan kejadian abses juga akan meningkat.

Otak yang terletak di dalam tempurung kepala memiliki pertahanan atau daya imunitas terkuat di dalam tubuh dari invasi dan infeksi berbagai kuman. Tulang kepala yang kompleks, sistem pembuluh darah yang menabjubkan serta adanya selaput pembungkus otak merupakan bagian terbesar dari sistem pertahanan otak yang pertama dan utama. Bila infeksi sudah berhasil masuk ke dalam otak maka kemungkinan besar infeksi juga sudah berhasil memasuki sistem organ yang lainnya.

Namun akhir-akhir ini, banyak pasien yang datang kepada saya dengan penemuan adanya abses atau nanah di dalam otak dengan keadaan bagian tubuh lainnya relatif sehat dan stabil. Pasien-pasien ini datang dengan gejala atau keluhan yang berhubungan dengan gangguan pada otak namun tidak mengeluh adanya gangguan lain di tubuhnya termasuk infeksi kuman di organ lainnya. Tentunya akan memberikan pertanyaan bagi kita, mengapa otak yang memiliki sistem pertahanan terkuat di dalam tubuh mengalami infeksi kuman (abses) tetapi bagian tubuh lainnya dalam keadaan sehat…?? Apakah imuntas otak semakin lama semakin berkurang…??

Jawabannya adalah karena ternyata kuman menemukan “jalan-jalan rahasia” sebagai akses langsung menuju ruang otak. Dasar tulang tengkorak memiliki banyak lubang-lubang kecil tempat keluar-masuknya saraf-saraf dan pembuluh darah otak. Lubang-lubang ini akan digunakan oleh kuman untuk masuk ke ruang otak. Infeksi-infeksi pada daerah wajah seperti infeksi daerah mulut, gigi, rongga hidung dan infeksi pada telinga merupakan sumber-sumber utama tempat asal kuman yang menyerang otak. Pasien-pasien dengan infeksi tersebut akan rentan untuk mengalami infeksi otak bila tidak diobati dengan tepat. Pasien-pasien dengan riwayat trauma kepala dimana terjadi keretakan pada tulang kepala serta kerusakan selaput otak akan memudahkan kuman masuk secara langsung melalui daerah trauma tersebut. Sehingga banyak pasien pasca trauma kepala kemudian akan mengalami infeksi dan/atau abses pada otak.

Pasien-pasien dengan abses otak harus dilakukan terapi dengan benar untuk menghentikan infeksi kuman sekaligus memastikan kesembuhan. Jumlah nanah yang terlalu besar perlu dilakukan tindakan operasi untuk membuang nanah tersebut. Pemasangan selang drainase ke dalam otak kadang perlu dilakukan hingga seluruh nanah dikeluarkan. Pengobatan atau pembuangan infeksi asal dari gigi, telinga dan lain-lain juga harus dilakukan karena tanpa mengobati sumber asalnya, bukan tidak mungkin abses otak akan terjadi lagi. Selain itu, pemberian antibiotik untuk abses otak harus dalam dosis yang lebih besar, durasi yang lebih lama serta dengan kombinasi yang sesuai dengan kuman yang ditemukan di nanah yang diambil. Biasanya, antibiotik diberikan selama 6 sampai 8 minggu dengan suntikan dan kemudian dilanjutkan dengan antibiotik oral selama 1 sampai 2 minggu. Untuk pasien-pasien dengan sistem imunitas terganggu seperti pada HIV/AIDS maka terapi peningkatan sistem imunitas juga perlu diberikan.

Pasien dengan abses otak tanpa ada penyakit lainnya yang mengganggu sistem imunitas tubuh umumnya memiliki prognosis kesembuhan yang cukup baik bila diterapi dengan benar. Tindakan operasi diperlukan untuk membuang nanah dan mencari tahu jenis kuman yang menginfeksi sebagai pedoman pemberian terapi antibiotik selanjutnya.

Abses otak

Perlukah tindakan pembedahan pada stroke…??

Stroke merupakan penyakit yang menempati posisi nomor dua terbesar penyebab kematian setelah serangan jantung. Setiap tahunnya, angka serangan stroke semakin meningkat, dan semakin meningkat resikonya dengan bertambahnya usia seseorang. Namun, ternyata pada saat ini, stroke juga sudah menyerang orang-orang dengan usia yang lebih muda. Bila dahulu penyakit stroke biasanya terjadi pada usia di atas 55 tahun, saat ini stroke sudah menyerang usia 30 tahun. Penyebabnya adalah semakin tidak sehatnya pola hidup kita saat ini.

Stroke secara garis besar terbagi menjadi stroke akibat sumbatan pada pembuluh darah otak (stroke iskemik) dan stroke akibat pecahnya pembuluh darah otak (stroke hemorrhagik/stroke perdarahan). Keduanya dapat mengakibatkan kerusakan sel-sel otak dan metabolisme otak sekaligus meningkatkan tekanan di dalam kepala. Penyebab dari stroke umumnya adalah tekanan darah tinggi, kadar kolesterol darah tinggi, penyakit gula darah, stres dan lain-lain. Umumnya terapi yang diberikan oleh dokter saraf adalah obat pengatur tekanan darah, obat pengatur gula darah, kolesterol dan sebagainya.

Namun, perlukah tindakan pembedahan untuk penyakit stroke…?

Jawabannya adalah “perlu” bila memang terindikasi untuk pembedahan. Pada stroke perdarahan, jumlah perdarahan yang cukup banyak merupakan indikasi untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan mengeluarkan darah dan berusaha menghentikan sumber perdarahan bila ditemukan aktif. Sedangkan pada stroke iskemik akibat sumbatan pembuluh darah otak sering sekali mengakibatkan pembengkakan pada otak yang mengancam jiwa. Tindakan pembedahan diperlukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi otak yang membengkak. Selain itu, baik pada kasus stroke iskemik maupun stroke perdarahan, tindakan pembedahan diperlukan untuk menurunkan tekanan di dalam kepala (tekanan intrakranial) karena tekanan intrakranial yang tinggi dapat mengancam jiwa serta menghambat masuknya darah dan obat-obat yang diberikan untuk otak.

Tindakan pembedahan walau memiliki resiko, pada indikasi yang tepat dapat menjadi terapi yang menyelamatkan jiwa pada penderita stroke. Terapi pembedahan bukanlah terapi tunggal pada penyakit stroke tetapi harus dikombinasikan dengan terapi medikamentosa lainnya.

Stroke

WFNS International Skull Base Cadaver Dissection and Seminar

World Federation of Neurosurgical Societies (WFNS) kembali menyelenggarakan workshop dan seminar mengenai “skull base surgery” khususnya pendekatan akses dan teknik operasi serta “tips and tricks” dari para ahli bedah saraf dunia. Acara ini digelar di laboratorium anatomi Universitas Airlangga dengan tuan rumah Departemen Bedah Saraf FK UNAIR/RS Sutomo Surabaya serta Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia (PERSPEBSI), pada tanggal 6 – 7 Desember 2011.

Pada acara yang cukup besar ini, hadir beberapa nama besar bedah saraf internasional yang menekuni bidang “skull base surgery” seperti Kawase, Hongo, Nakamura, dan lain-lain. Para pakar tersebut mendemonstrasikan berbagai pendekatan operasi skull base untuk fossa anterior, media dan posterior. Dalam kesempatan ini juga didemonstrasikan mengenai teknik bypass ECA – ICA dengan menggunakan graft autolog.

Menariknya topik “skull base surgery” dan dihadiri oleh pakar-pakar dunia yang sudah sangat terkenal, mengundang banyak ahli bedah saraf nasional untuk ikut bergabung dengan acara ini. Pada acara ini juga terdapat sesi khusus pelatihan penggunaan “high speed drill” bagi para dokter spesialis bedah saraf nasional.

Me and Prof. Kawase

 

WFNS Skull Base Workshop, laboratorium anatomi, FK UNAIR, Surabaya

 

Me and my Neurosurgeon friends from Surabaya

Pusat pelayanan bedah saraf terbaik dan terbesar di Indonesia…sebuah cita-cita besar…

Masalah pelayanan kesehatan di bidang bedah saraf sampai saat ini masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 250 juta penduduk Indonesia. Selain karena tenaga medis dan sarana yang sedikit, masalah biaya juga menjadi penghalang pelayanan yang baik.

Jumlah pasien dan kasus bedah saraf semakin meningkat, mulai dari kasus trauma kepala, stroke dan kelainan pembuluh darah di otak dan tulang belakang, kelainan pada anak dan bayi (kelainan bawaan), tumor otak, kelainan fungsional termasuk nyeri dan gangguan gerak (parkinson, dan lain-lain) serta kasus tulang belakang (trauma tulang belakang dan penyakit degeneratif).

Kemajuan bedah saraf internasional belum dapat sepenuhnya diikuti oleh bedah saraf nasional. Pengetahuan dan ketrampilan bedah saraf internasional belum semuanya dikuasai oleh bedah saraf nasional.

Sistem prosedur pasien di rumah sakit, mulai dari masuk, selama perawatan dan tindakan hingga pulang masih tidak efektif dan kompleks sehingga memberikan kesulitan bagi pasien yang sakit.

Oleh karena itu, saya bercita-cita untuk memiliki dan membangun sebuah pusat pelayanan bedah saraf terbaik dan terbesar di Indonesia yang mampu memberikan seluruh pelayanan bedah saraf yang baik, dalam dan komprehensif. Insya Allah cita-cita ini dapat tercapai dan memberikan pelayanan bedah saraf yang jauh lebih baik lagi.

Infeksi TBC pada otak…suatu penyakit “peniru”

Hingga saat ini, penyakit TBC (Tuberculosis) masih merupakan suatu tantangan dan pekerjaan rumah yang belum tuntas diselesaikan oleh bangsa dan negara kita. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri “Mycobacterium tuberculosa” masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama yang dihadapi oleh pemerintah kita khususnya oleh departemen kesehatan RI. Usaha pemerintah untuk mengatasi penyakit ini dengan memberikan pengobatan secara luas hingga ke puskesmas-puskesmas dan bersifat gratis, tetap tidak mampu mengejar kecepatan penyebaran penyakit ini. Penyakit ini menyebar melalui udara dari pernafasan penderita ataupun saat penderita batuk, sangat mudah menular kepada orang-orang di sekitarnya baik keluarga, tetangga dan teman. Ditambah lagi keadaan higenitas/kebersihan lingkungan dan udara di negara kita yang relatif buruk.

Bentuk paling umum yang diketahui oleh masyarakat adalah bahwa penyakit TBC menyerang organ paru-paru kita dengan manifestasi klinis berupa batuk-batuk  atau mungkin sesak nafas. Beberapa penderita juga kadang mengeluhkan suhu tubuh meningkat (demam) yang bersifat naik turun. Beberapa penderita lainnya juga mengeluh suka keringat dingin di malam hari dan berat badan menurun. Pada kasus dengan penyakit TBC lanjut, pasien dapat mengalami batuk berdarah.

Namun ternyata, penyakit TBC ini lebih luas dari hanya gangguan di sistem pernafasan atau paru-paru saja. Kemampuan bakteri TBC untuk menyerang tubuh kita tidak terbatas pada organ paru-paru saja. Tuberculosis mampu menyerang hampir seluruh organ di tubuh kita, termasuk otak dan saraf tulang belakang. Saya harus akui bahwa pasien dengan TBC pada otak dan tulang belakang yang datang ke bedah saraf tidaklah sedikit.

Kenapa saya mengatakan bahwa TBC merupakan penyakit “peniru”….??

Saya jawab dengan sebuah cerita. Seorang wanita muda datang kepada saya dengan keluhan sakit kepala kronis dan kelemahan sesisi tubuh. Pasien sudah mengalami penyakit ini sejak 3 bulan terakhir. Tidak jelas adanya riwayat trauma ataupun infeksi dari cerita pasien. Pasien datang dengan rasa khawatir dan takut yang tidak dapat disembunyikan. Dengan membawa CT Scan dan MRI kepala hasil pemeriksaan dirinya, pasien bercerita kalau dia sudah pernah berobat ke dokter saraf dan dikatakan menderita penyakit tumor otak. Setelah divonis dengan tumor otak, pasien menjadi sangat ketakutan dan kehilangan semangat hidup. Dengan menangis, dia berkata mengapa usia semuda dirinya harus menghadapi kematian sedini mungkin.

Saya berusaha menenangkan wanita muda tersebut dan menyampaikan kepadanya untuk tenang dan bersabar dahulu. Berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang dilakukan padanya serta hasil pemeriksaan pencitraan yang dibawanya, diagnosis pasti penyakitnya belum dapat ditentukan. Memang dari hasil pemeriksaan CT Scan dan MRI kepala terlihat suatu massa menyerupai tumor di dalam otak. Pada saat itu memang saya belum bisa memberikan kesimpulan dari penyakitnya. Kemudian saya menawarkan tindakan operatif untuk mengambil massa yang diduga tumor tersebut dengan tujuan untuk mengetahui jenis massa tumor dan usaha untuk mengurangi massa tumor seoptimal mungkin. Pasien dalam kepasrahan menyetujui tindakan yang saya tawarkan dan kemudian pasien dipersiapkan. Dilakukan tindakan operasi pada pasien satu minggu setelah kedatangannya ke saya. Massa tumor diambil sebagian karena pengambilan secara total dapat membahayakan nyawa pasien. Massa tumor yang diambil kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Pasien kemudian dirawat pasca operasi.Pasien masih dalam keadaan stres dan tidak punya semangat hidup setelahnya.

Sekitar satu minggu setelah tindakan operasi, keluarlah hasil pemeriksaan massa tumor. Pasien sangat khawatir saat menunggu hasil pemeriksaannya keluar. Kemudian saya membuka amplop hasil pemeriksaan laboratorium. Saya terdiam sejenak kemudian saya menatap pasien dan mulai berbicara. Sebelum saya beri tahu hasilnya, saya bertanya terlebih dahulu kepada pasien apakah pasien pernah mengalami sakit batuk-batuk kronis. Pasien mengangguk. Kemudian saya bertanya apakah di antara anggota keluarga ada yang menderita penyakit TBC dan bila ada, bagaimana dengan pengobatannya. Pasien menjawab ada namun pengobatannya tidak lengkap. Baru kemudian saya memberi tahu pada pasien bahwa hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa pasien tidak menderita tumor otak, tetapi yang ada adalah lesi tuberkulosis pada otak. Penyakit TBC ini dapat sembuh dengan pengobatan yang benar dan teratur. Pada saat itu juga pasien menangis kegirangan dan bersujud syukur. Dia kemudian memeluk saya sekuat tenaga sambil masih terus menangis dan mengucapkan terima kasih. Saya hanya mengatakan kepadanya untuk berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Saya juga kemudian menganjurkan pasien untuk memulai terapi TBC secara teratur.

Enam bulan semenjak pasien pulang dari perawatan di rumah sakit, saya ertemu kembali dengannya di poliklinik. Wanita muda tersebut kelihatan sangat segar, bahkan tubuhnya lebih berisi. Wajahnya penuh dengan senyuman dan matanya berbinar-binar. Wanita muda tersebut kemudian mengatakan bahwa keluhan sudah jauh membaik. Kelumpuhannya semakin membaik dan sakit kepalanya menghilang. Hasil pemeriksaan MRI kepala kontrol menunjukkan massa TBC sudah hampir menghilang sepenuhnya. Dapat dikatakan pasien sudah sehat sekarang.

Penyakit TBC pada otak dapat berbentuk seperti suatu tumor otak dengan gejala-gejala seperti gejala yang ditimbulkan oleh tumor otak. Penyakit TBC merupakan suatu penyakit yang dapat menyerang hampir seluruh organ di tubuh kita dan dapat menjadi berbahaya bila tidak diobati. Namun satu hal yang harus diketahui, bahwa penyakit TBC dapat diobati.

Balada bayi-bayi “berkepala besar”

Bayi-bayi berkepala besar, lahir ke dunia dan diterima dengan kesedihan akibat kecacatan yang dialaminya. “Kepala besar” pada seorang bayi atau anak, dalam dunia medis disebut sebagai “Hidrosefalus“, merupakan suatu kelainan yang disebabkan oleh gangguan pada saat perkembangan di dalam rahim ibu (kongenital) atau akibat suatu penyakit yang didapat setelah bayi tersebut lahir. Mekanismenya adalah akibat akumulasi cairan otak di dalam kepala yang terus bertambah dan menimbulkan ketidakseimbangan antara produksi dengan pembuangan (ekskresi) cairan otak tersebut. Hasilnya adalah tekanan di dalam kepala semakin meningkat yang selanjutnya akan membunuh sel-sel otak sehat. Secara klinis, anak akan menjadi tidak aktif dan muncullah berbagai kelainan saraf, seperti kebutaan dan lain-lain.

Pasien dengan penyakit hidrosefalus umumnya datang ke dokter bedah saraf pada waktu yang sudah relatif terlambat. Alasannya yang utama adalah masalah biaya, namun yang menyedihkan adalah beberapa di antaranya beralasan bahwa penyakit hidrosefalus adalah penyakit kecacatan yang sudah divonis permanen dan tidak dapat diperbaiki bahkan pasti berakhir dengan kematian dini. Hal ini yang membuat orangtua kemudian hanya pasrah dan tidak membawa anaknya untuk mencari pertolongan medis.

Walaupun belum ada bukti medis dan klinis yang pasti dari penelitian, ternyata sebagian besar kasus hidrosefalus pada bayi yang dilakukan tindakan sedini mungkin berupa mengalihkan cairan otak yang menumpuk di dalam kepala ke dalam perut dengan pemasangan sebuah selang (ventriculoperitoneal shunt; VP Shunt), memberikan hasil yang baik dan positif. Hidrosefalus akibat suatu penyakit yang didapat setelah lahir khususnya bila dilakukan terapi operai pemasangan VP Shunt sebelum usia 1 bulan, menunjukkan anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Beberapa kasus yang sudah dilakukan terapi 20-25 tahun yang lalu, sekarang anak-anak tersebut tumbuh normal dan dapat sekolah dan kuliah dengan baik. Di antaranya bahkan ada yang menjadi seorang pemain piano yang hebat. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata masih ada harapan untuk anak-anak penderita hidrosefalus yang dilakukan terapi operasi sedini mungkin.

Oleh karena itu, bila anda atau keluarga dan teman anda mempunyai anak “berkepala besar” atau hidrosefalus, segeralah mencari pertolongan medis ke dokter. Bila memang terindikasi maka dokter spesialis bedah saraf akan melakukan operasi untuk kelainan ini. Beri kesempatan bagi anak anda untuk menikmati indahnya masa depan.

Kapan Indonesia bisa seperti Jepang….?

Beberapa bulan yang lalu saya mendapatkan kesempatan untuk belajar di Tokyo, Jepang dalam mengambil salah satu sub spesialis dari ilmu bedah saraf yaitu “endovaskuler” atau kadang dikenal sebagai “neuro-intervensi”. Selama kurang lebih 2,5 bulan saya mengambil magang atau “fellowship” bidang “endovascular neurosurgery” di RS Toranomon Tokyo, Jepang. Bidang yang saya pelajari dan tekuni adalah suatu bidang “minimal invasive” untuk terapi kelainan-kelainan di otak atau saraf tulang belakang khususnya kelainan pembuluh darah. Dengan menggunakan akses sangat kecil di daerah lipatan paha atau pergelangan tangan, dapat dimasukkan selang kecil (kateter) dan kawat kecil sebagai alat untuk berjalan di dalam pembuluh darah hingga ke pembuluh darah otak atau saraf tulang belakang. Melalui kateter kecil itu, dapat dilakukan penyumbatan (oklusi) atau pembukaan (rekanalisasi) pembuluh darah-pembuluh darah di susunan saraf pusat. Penyakit-penyakit seperti stroke akibat sumbatan pembuluh darah otak, perdarahan akibat aneurisma pecah, kelainan bentuk pembuluh darah dan bahkan tumor otak (penutupan pembuluh darah yang memberikan darah pada otak) dapat dilakukan melalui prosedur ini.

Tindakan endovaskuler memang sangat berkembang saat ini (serupa dengan kateterisasi dan pemasangan stent pada jantung) karena merupakan suatu tindakan dengan trauma minimal pada pasien. Pada beberapa jenis tindakan, bahkan pasien tidak perlu dibius. Alhasil, pasien tidak perlu dirawat lama dan komplikasi yang terjadi mungkin lebih kecil dibandingkan operasi besar. Pasien juga tidak perlu dirawat di ruang rawat intensif (ICU) dan kemungkinan komplikasi akibat rawat lama di RS dapat dihindarkan. Dari segi nyeri pasca tindakan, tindakan endovaskuler akan memberikan rasa nyeri yang lebih minimal. Memang yang diperlukan adalah alat-alat yang cukup banyak dengan harga yang tidak murah. Untuk sebuah tindakan endovaskuler maka diperlukan biaya puluhan juta, namun karena di negara Jepang seluruh pelayanan kesehatan di tanggung oleh asuransi, sehingga tindakan sekompleks apapun tidak menjadi masalah. Melihat tingkat keamanannya untuk pasien, saya rasa wajar tindakan dan keilmuan ini semakin berkembang.

Setelah saya pulang ke Indonesia, keinginan saya adalah untuk mengamalkan dan menjalankan keilmuan yang sudah saya pelajari di Jepang. Dengan pengetahuan dan ketrampilan yang mudah-mudahan sudah cukup, saya memiliki cita-cita besar terhadap bidang kedokteran ini. Namun yang saya temukan ternyata tidak seindah di Jepang. Masalah biaya serta asuransi adalah keadaan yang menyedihkan dalam sistem kesehatan kita yang jauh dari baik ini. Saya menemukan banyak pasien yang membutuhkan terapi dengan keilmuan endovaskuler ini namun tidak dapat menjalani karena masalah biaya. Bahkan pasien-pasien dengan surat jaminan juga tidak mendapatkan tanggungan sepenuhnya. Kesulitan ini yang menghalangi saya dan dokter-dokter bedah saraf lainnya yang mendalami bidang ini. Berbagai usaha dilakukan untuk menyesuaikan dengan kekurangan ini namun menurut saya hasilnya tidak bisa maksimal. Masalah seperti ini tidak hanya terjadi pada prosedur ini. Berbagai tindakan operasi lainnya juga sering mengalami kendala ini.

Oleh karena itu, saat ini, usaha untuk memperbaiki sistem pembiayaan kesehatan terus dibenahi. Kesehatan tidaklah murah dan menurut saya memang wajar. Negara dan para pemimpin negara perlu menyadari bahwa kesehatan memang mahal bila kita mau menghargai manusia Indonesia sebagai sumber daya manusia yang berkualitas. Kesehatan merupakan salah satu bidang yang perlu diprioritaskan oleh negara.

Jadi…kapan Indonesia bisa seperti Jepang…..??

Pusat kenyang dan pusat lapar di otak kita….

Salah satu masalah yang banyak dialami oleh manusia adalah kegemukan dan berat badan berlebih atau istilah dalam dunia kedokteran adalah obesitas. Di jaman sekarang ini, semakin banyak faktor resiko yang mengakibatkan berat badan berlebih atau kegemukan. Makanan cepat saji, makanan manis-manis, makanan yang tidak sehat ditambah dengan pola hidup yang tidak sehat seperti malas berolah raga dan tidur tidak teratur semuanya akan mengakibatkan obesitas.

Resiko dari obesitas juga sangat banyak. Penyakit gula darah atau diabetes melitus (DM), penyakit jantung dan penyakit stroke merupakan resiko komplikasi dari obesitas tersebut. Kemudian untuk usia yang lebih muda, kegemukan sering dikaitkan dengan masalah penampilan diri dimana beberapa orang menjadi tidak percaya diri karena berat badan berlebih. Sikap menyendiri dan tidak bergaul akan menjadi pelariannya. Belum lagi masalah anak muda yang akan sulit mencari busana yang cocok.

Melihat banyak kerugiannya, sebagian besar orang terus menerus mencari cara untuk mengatasi masalah kegemukan ini. Harapan solusi cepat dan mudah selalu diinginkan. Bagi banyak orang, berolah raga dan diet tidak mudah dan seringkali gagal setelah dicoba. Selain itu, masalah waktu yang terbatas sehingga tidak punya kesempatan untuk berolahraga atau menjaga pola hidup sehat.

Salah satu cara cepat yang suka dipilih adalah dengan sedot lemak atau sering disebut “luposuction”. Tindakan mengisap lemak dari dalam tubuh atau lemak di bawah kulit merupakan usaha yang banyak dilakukan saat ini. Selain itu prosedur “gastric bypass” juga menjadi pilihan dimana sebagian usus penyerapan di dalam tubuh diambil dengan tujuan mengurangi penyerapan makanan. Namun, kedua prosedur ini tidak bebas dari komplikasi. Kemungkinan terjadinya ketidakseimbangan gizi, elektrolit bahkan hingga perdarahan pasca tindakan dapat terjadi, walau mungkin di tangan yang ahli hal ini jarang terjadi.

Cara lain yang berkembang adalah dengan hipnotis dimana pikiran kita dipengaruhi untuk menciptakan rasa kenyang dan mencegah rasa lapar walau hanya mengkonsumsi sedikit makanan. Bahkan ada yang mengatakan bisa membuat kita merasa mual setelah makan sedikit saja, sehingga mencegah untuk makan lebih banyak.

Sebenarnya rasa lapar dan rasa kenyang itu diatur oleh otak, berada pada suatu organ kecil di otak yang disebut dengan “hipotalamus”. Rasa lapar dan kenyang kita diatur berdasarkan informasi keadaan kecukupan zat makanan di dalam tubuh kita. Pada saat tubuh kita kekurangan zat gula maka pusat otak untuk rasa lapar akan terangsang. Begitu juga sebaliknya bila tubuh kita dalam keadaan kecukupan zat gula, maka pusat kenyang di otak akan terstimulasi. Beda ambang rangsang di pusat otak inilah yang menyebabkan perbedaan banyaknya makan setiap orang. Selain itu rangsangan bau makanan serta “gambar” makanan yang tercipta dari visualisasi mata akan menyebabkan rangsangan pusat lapar lebih banyak. Ditambah lagi memori otak yang menyimpan tentang enaknya rasa makanan juga akan merangsang pusat lapar otak.

Hal diatas kemudian menjadi pertimbangan bagi para ahli khususnya ahli bedah saraf tentang kemungkinan mengatur pusat lapar di otak. Pengetahuan dan penelitian sudah membuktikan bahwa bila pusat lapar dirangsang maka kita akan merasa lapar dan bila pusat kenyang dirangsang maka kita  akan merasa kenyang pula. Oleh sebab itu saat ini sedang dikembangkan cara untuk merangsang pusat lapar dan kenyang otak yang baik dan tepat. Pusat-pusat kontrol ini sangat kecil dan terletak di antara pusat-pusat pengatur lainnya. Salah rangsang maka akibatnya bisa tidak baik atau bahkan fatal. Teknik-teknik stereotaktik dan ablasi dengan radiofrekuensi terus dikembangkan oleh ahli bedah saraf untuk bisa menyelesaikan masalah obesitas ini. Besarnya rangsangan juga terus diteliti agar didapatkan angka yang paling tepat untuk masing-masing orang.

Di akhir cerita, menurut saya tetap yang terbaik adalah pola hidup sehat. Walau keadaan jaman dan lingkungan tidak mendukung, kita harus tetap berusaha menjaga kesehatan fisik dan jiwa. Sebagai harapan saya, semoga perkembangan pengetahuan dan teknik mengatur pusat lapar dan kenyang ini semakin baik sehingga dapat membantu banyak orang dengan masalah obesitas. Ayo maju terus bedah saraf dunia.

Misteri regenerasi dan pemulihan saraf

Saya awali cerita ini dengan membandingkan dua penyakit yaitu penyakit stroke dan penyakit patah tulang. Seseorang dengan patah tulang akibat kecelakaan, maka dengan terapi yang tepat, baik operasi maupun tidak, maka tulang akan dapat menyatu dan pulih kembali. Tingkat pulihnya dan kembali normalnya juga amat baik. Namun bagaimana dengan seseorang yang terkena penyakit stroke? Umumnya dikatakan setelah mendapat serangan stroke maka seseorang akan menjadi cacat seumur hidup. Kelemahan sesisi tubuh, gangguan bicara, ketidakmapuan untuk mengurus diri sendiri hingga hilangnya produktifitas merupakan beberapa konsekuensi dari penyakit stroke. Walau tindakan operasi sudah dilakukan untuk mengeluarkan darah atau tindakan intervensi sudah dilakukan untuk membuka sumbatan, namun fungsi saraf yang sudah rusak akan sulit kembali normal. Kenapa ini terjadi? Kenapa tidak bisa gangguan atau kerusakan saraf pulih sebaik patah tulang?

Jawabannya adalah karena seluruh sistem, jaringan dan organ di tubuh kita memiliki kemampuan regenerasi atau memperbaiki diri yang berbeda-beda. Kemampuan untuk pulih dari masing-masing sistem atau organ tidak sama. Ada organ yang memiliki kemampuan pulih luar biasa dan mendekati sempurna seperti tulang dan kulit. Ada organ yang memiliki kemampuan pulih sedang dimana terdapat regenerasi namun tidak sempurna seperti pada organ hepar (hati), usus dan lain-lain. Tapi juga ada organ yang memiliki kemampuan pulih sangat rendah dan saraf termasuk dalam katagori ini. Saraf disini yang dimaksud adalah sistem susunan saraf pusat yaitu otak dan saraf tulang belakang (medula spinalis).

Berbeda dengan susunan saraf pusat, maka sistem saraf perifer memiliki kemampuan regenerasi yang lebih baik. Saraf-saraf perifer yang terletak di tangan atau kaki kita bila terluka atau putus, kemudian dilakukan tindakan penyambungan yang tepat dan suasana penyembuhan yang kondusif maka pemulihan dapat terjadi. Saraf perifer yang putus, maka mulai dari daerah yang putus tersebut hingga ke ujung terjauh saraf (distal) dari sistem saraf pusat akan terjadi peleburan saraf dan selaput saraf. Peleburan otomatis ini akan diikuti dengan dibersihkannya sisa-sisa peleburan dan penghancuran oleh sel-sel makrofag (sel yang membunuh atau membersihkan kuman dan benda berbahaya di tubuh). Setelah bersih, maka sel-sel pembentuk selaput saraf akan mulai membuat kerangka atau desain saraf serupa dengan yang lama untuk selanjutnya kerangka ini akan menjadi “blue print” dalam pembentukan saraf baru. Kerangka yang sudah dibuat selaput saraf kemudian akan diisi oleh sel-sel saraf baru hingga menyerupai saraf yang lama. Hal ini tidak terjadi pada sistem saraf pusat.

Hingga saat ini terus dilakukan penelitian untuk mencari dan mengetahui rahasia pemulihan otak dan saraf tulang belakang. Berbagai usaha penelusuran dilakukan untuk mengetahui cara modifikasi sistem saraf dalam tingkat biomolekuler agar regenerasi dapat distimulasi. Cadangan-cadangan untuk pemulihan terus dicari dari otak kita yang menakjubkan ini. Penemuan terakhir mengetahui bahwa adanya sel-sel muda (stem cell) saraf di sekitar saraf penciuman kita. Sel-sel muda ini dapat tumbuh menjadi sel-sel saraf normal dan berfungsi baik. Beberapa obat sudah diproduksi untuk menstimulus sel-sel muda ini tumbuh dan menggantikan sel-sel saraf yang rusak. Obat-obat ini umumnya diberi dengan cara penetesan langsung di hidung seorang pasien. Hasilnya memang belum dipastikan namun pengalaman menunjukkan terdapat beberapa hasil yang positif, dimana regenerasi saraf terjadi.

Menurut saya penelitian harus terus dilanjutkan agar pemulihan saraf yang baik dapat ditemukan. Otak dan saraf tulang belakang merupakan pusat pengaturan segala fungsi tubuh kita dan kerusakannya akan memberikan dampak yang berat bagi kehidupan si pasien dan keluarganya. Mari, kita para cendekiawan untuk terus bekerja dan berusaha mencari dan menguasai pengetahuan ini untuk memberikan kesempatan lebih baik bagi umat manusia.

Saraf